Melongok Cagar Budaya Jembatan Pasar Gede Hardjo Nagoro, Solo

Merawat cagar budaya wujud upaya melestarikan kehidupan, Simbok Kebun

Kota Solo dengan sebutan kota budaya menyimpan banyak cagar budaya. Warisan budaya yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi kehidupan. Mencakup kebendaan maupun non benda.

Berdasarkan UU Cagar Budaya No 11 Tahun 2010, cagar budaya kebendaan dipilah menjadi lima. Mulai dari Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, hingga Kawasan Cagar Budaya.

Salah satunya adalah Jembatan Pasar Gede Hardjo Nagoro. Menarik ya, suatu jembatan mendapat penetapan sebagai cagar budaya setelah melalui langkah penilaian yang ketat. Berikut data No. Regnas CB: CB.1292. SK Penetapan Wali Kota Solo No SK : 646/1-2/1/2013 Tanggal SK : 3 Mei 2013.

Baca juga: Melongok Cagar Alam Bukit Gamping Bonus Cagar Budaya Ambarketawang

Jembatan Pasar Gede Hardjo Nagoro yang berada di Jl Urip Sumoharjo ini masuk cagar budaya kategori perabot jalan (Solopos.com). Secara teknis pengelolaan ber no KB002107 (referensi.data.kemendikbud.go.id).

Merujuk pada KBBI, jembatan dimaknai sebagai titian besar, penghubung yang merentang di atas sungai. Jembatan Pasar Gede Hardjo Nagoro merentang di atas Kali Pepe. Menghubungkan Jl Jend Sudirman di depan Balaikota Solo dengan Jl Urip Sumoharjo.

Ini beberapa foto yang diambil saat sekilas melongok di Cagar Budaya Jembatan Pasar Gede Hardjo Nagoro. Suasana Imlek tahun 2023. Sayang tidak menikmati suasana lampion Natal yang lalu. Tentunya kini bersiap untuk momen berikutnya.

Melongoknya dari arah Pasar Gede di dekat Tugu Jam. Sebagai latar belakang adalah Tugu Pamandengan. Semuanya adalah cagar budaya. Membentuk kawasan bersejarah. Semoga dapat menyajikannya kemudian.

Pilihan jalan dolan di Kota Solo, trip menyusuri aneka Cagar Budaya. Selain menikmati kuliner. Juga budaya lain semisal wayang orang ataupun berburu batik.

Baca juga: Melongok Kemajemukan di Cagar Budaya Sam Poo Kong Semarang

Lah ini suasana Kali Pepe dengan dermaganya. Belum sempat menikmati acara praon naik perahu di Kali Pepe. Mungkin bisa senada dengan mini kota tua Hoi An pelancong berwisata air suasana malam dengan taburan lampion. Modal wisata budaya dengan pengelolaan yang apik.

Baca juga: Catatan Harian, Melongok Cagar Budaya Pegadaian Tempel, Yogyakarta

Dermaga Kali Pepe di sebelah Jembatan Pasar Gede (dokpri)

Secara filosofis Jembatan Pasar Gede Hardjo Nagoro mengemban amanat agung apik. Memisahkan sekaligus menghubungkan antara kawasan pemerintahan kerajaan (Keraton) dan Belanda (Balaikota) dengan kawasan ekonomi (Pasar Gede Hardjo Nagoro).

Pemilah sekaligus menjembatani antara kehidupan kerohanian diwakili Masjid Agung Keraton dan GPIB Penabur dengan aktivitas wadag diwakili Pasar Gede Hardjo Nagoro. Jembatan pranata sosial warga keraton, masyarakat umum antar etnis Jawa, Tionghoa, Belanda maupun Arab. Kemudian meluas antar suku.

Bantaran di tata rapi di sepanjang kali Pepe dekat Cagar Budaya Jembatan Pasar Gede Hardjo Nagoro dan dermaga. Berjajar kursi untuk penikmatnya. Pastinya dibutuhkan komitmen luar biasa menjaga kebersihan kali Pepe Pasar Gede dan lingkungannya.

Bantaran Kali Pepe Pasar Gede (dokpri)

Muatan kisah suka duka yang melingkupi Jembatan Pasar Gede Hardjo Nagoro kiranya menjadi kaca benggala. Cermin introspeksi dan energi inspirasi menjaga keutuhan dalam kepelbagaian. Kemajemukan dalam kehidupan keseharian.