Terbayang semangat edukasi yang dibangun saat perancangan. Setiap komponen digagas dan ditata dengan baik. Kenyataan di lapang tidak selalu mudah diterapkan. Semangat kepada pengelola, apresiasi atas gagasan yang diimplementasikan.
Sambil berjalan pulang, pandang tertambat pada pola di lantai selasar. Tokoh pewayangan, bagian dari kota budaya. Semisal Sumbadra dan Sumantri. Sumbadra, dewi sakti cantik anggun lemah lembut. Sumantri dengan kesaktiannya memindahkan Taman Sriwedari dari Kahyangan. Filosofi memetri bumi.
Bendung Tirtonadi selalu di hati
Bendung Tirtonadi bagi warga Solo dan pelintasnya memiliki tempat khas di hati. Tirtonadi, berasal dari kata tirto bermakna air dan nadi adalah pembuluh darah. Menjadi gabungan penanda aliran air kehidupan.
Secara fisik sungai atau kali yang mengalir tersebut menampung air dari pemukiman. Bersama melaju menuju ke pembuangan atau induk sungai Bengawan Solo. Melindungi pemukiman bagian hulu dari genangan.
Bendung yang berada di depan terminal bus Tirtonadi ditujukan untuk menata ketinggian air. Agar aman baik bagi pemukiman hulu pun hilir. Begitupun ditata pelimpasannya melalui pintu air agar daerah hilir tidak terendam saat air melimpah.
Tidak hanya difungsikan secara teknis, bendung Tirtonadi juga menjadi bagian pariwisata kota Solo. Selalu nyes menikmati tembang Tirtonadi karya komponis Eyang Gesang. Warga masyarakat bercengkerama menikmati gemericik air di Tirtonadi.
Juga menjadi sarana edukasi hidroponik sayuran bagi warga sekitar. Semoga apa yang sudah dimulai dapat berlangsung terus. Semakin menjadi berkat dengan penyesuaian minat peserta ajar. fungsi bendung
Multi fungsi Bendung Tirtonadi. Penata air, ekowisata hingga eduwisata. Lestari kawasan bantaran sungai.