Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Rasa Bahasa Merdesa di Kompasiana

24 Januari 2023   14:39 Diperbarui: 25 Januari 2023   07:33 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbahasa benih berkomunikasi. Bukan hanya kejelasan dan kebenaran makna. Diperkaya rasa bahasa untuk menikmatinya. Mari meraciknya dengan merdesa dan merdeka.

Bahasa dan komunikasi

Kilas balik berdasawarsa silam, bocah generasi sepuh. Pembelajaran Bahasa Indonesia di tingkat SMP dan SMA menduduki agihan jam belajar yang tinggi per minggunya. Kurikulum saat itu memilahnya dalam 3 tatap muka yang mengedepankan capaian pembelajaran berbeda.

Pertama, saya lupa namanya, mencari terminologi belum bersua. Mengasah keterampilan membaca, menyimak hingga paham melalui panduan pertanyaan. Diikuti dengan pemahaman kosakata baru dan contoh penerapannya untuk meracik kalimat. Bagian ini disukai dan relatif mudah diikuti oleh siswa.

Kedua, kajian tentang tata bahasa. Lah, bagian ini bagi kami pada umumnya terasa sulit. Mulai dari struktur sederhana SPOK subyek-predikat-obyek-keterangan hingga bagian yang terasa rumit. Setara dengan sub structure pada bahasa Inggris yang membuat siswa meringis.

Ketiga, kesusastraan dari kata dasar susastra. Membahas karangan indah baik dari kajian lisan maupun tulisan. Siswa mengincip hingga melahap sajian gurindam, prosa hingga novel modern. Pelajaran yang disukai dan membuat pening saat ditugasi praktek membuat puisi pun karangan. Berhenti pada frasa, pada suatu hari bla, bla, bla.

Berkali guru dengan sabar meletakkan dasar pemahaman, keterampilan dan penghargaan kebanggaan berbahasa sebagai dasar komunikasi. Orang lain dapat mengetahui pendapat pun perasaan kita melalui cara kita berbahasa.

Melalui kemampuan kita berbahasa, komunikasi yang efektif dan efisien dibangun. Dilandasi oleh etika yang berlaku dalam masyarakat setempat maupun global. Juga menggugah kebanggaan akan bahasa yang kita hidupi melalui komunikasi.

Benih kebahasaan yang disemaikan oleh para guru ini mewarnai karakter komunikasi lisan pun tertulis. Bagaimana pesan disampaikan secara logis, sistematis serta etis dari sisi nilai humanis. Juga ada nuansa estetika keindahan menambah sedapnya rasa bahasa.

Rasa bahasa merdesa di Kompasiana

Melanglang di rimba Kompasiana, pembaca diajak berkelana dari pohon artikel ke anggitan para penulis. Keanekaragaman sajian bukan hanya masalah substansi. Cara menaja suguhan dengan variasi gaya.

Nikmat rasa bahasa yang khas, unik dari setiap penggubah karya. Pastinya mengedepankan nilai logis, sistematis pun etis secara budaya Nusantara. Pengenalan hingga penyemaian nilai aspek kesusastraan yang mewarnai rasa bahasa yang diracik.

Rasa bahasa bukan hanya masalah penerapan tata bahasa. Mencakup gaya berbahasa si penulis menyampaikan gagasannya. Bagaimana cara menyapa dalam komunikasi dengan pembacanya.

Bahkan rasa dan gaya berbahasa menjadi penciri setiap penulis Kompasiana. Semacam signature, ini karya rekan Kompasianer puan Indah Juwita atau tuan Bagus Bijaksana. Pun gaya slengekan ala Limbuk.

Setiap penulis silakan menuangkan rasa bahasa secara merdesa di Kompasiana. Merdesa? Salah ketik mungkin, merdeka kah maksudnya atau ala desa? Bukan loh ini tidak salah ketik, beneran merdesa.

Mari mengulik di kbbi.web.id/:

merdesa/mer*de*sa/ /merdesa/ a layak; patut; sopan (beradab): perkataan yang tidak --; kelakuan dan perbuatan yang --

Nah kan ada kosakata merdesa yang bermakna patut, sopan, beradab disesuaikan dengan norma yang berlaku. Bila setiap gagasan disampaikan dengan logis, sistematis pun etis. Dikemas dalam rasa bahasa merdesa, amboi alangkah indahnya.

Tidak hanya gagasan bahkan kritik masukan pun tentunya lebih mudah diterima dengan kaidah dan gaya kemasan komunikasi tersebut. Tujuan tercapai dengan meminimalkan bias komunikasi. Kena iwake aja nganti buthek banyune, kata pepatah Jawa. Ikan tertangkap tanpa membuat air keruh.

Selamat menikmati dan mengemas rasa bahasa merdesa dan merdeka di Kompasiana. Salam hangat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun