Meski sering menikmati pertunjukan barongsai, ini pertama kalinya menikmati di Sam Poo Kong. Alunan dan hentakan musik penuh semangat terasa pula aura magisnya. Amatan detil terlihat 4 komponen di panggung ada liong putih, keemasan, manekin sosok tua (itukah manekin Dewa Rezeki?) dan tarian naga. Para pemain selain atraktif juga komunikatif dengan penonton.
Nonton pertunjukan di keteduhan bangunan dengan arsitektura warna khas merah. Menatap jajaran kelenteng di hadapan. Tetap menyertakan komponen hijau tumbuhan. Memicu semangat menyempatkan blusukan di setiap kelentengnya dari Dewa Bumi hingga kelenteng Jangkar.
Terasa haus dan lelah, mari berteduh di kawasan kuliner. Paduan merah dan pepohonan menghijau menambah meriah suasana. Saat itu kami incip gempol pleret salah satu kuliner lokal.Â
Oh ya menarik juga loh buat yang mau mencoba busana Tiongkok. Nggak perlu jauh melintasi buana sudah bisa mengenakan busana dengan aneka pilihan. Tentunya dilanjutkan dengan dokumentasi ya.
Saat kunjungan cuaca sungguh cerah. Paduan langit biru tebaran awan putih aneka corak memanjakan para pengunjung terutama penyuka fotografi. Bukan hanya dokumentasi bangunan cagar budaya, sekaligus pertunjukan pun aneka gestur respon para pengunjung.
Salah satu pusat perhatian adalah visualisasi patung perunggu keberadaan Laksamana Cheng Ho yang menjulang. Letaknya dekat dengan pintu Selatan. Selain membaca penjelasan di bawah pijakan kaki sang laksamana, pengunjung dapat berfoto dengan aneka angle sesuai pilihan.
Kisah heroik Laksamana Cheng Ho sangat hidup di tengah masyarakat. Mendapat tempat di hati dengan tebaran jejaknya di banyak tempat. Religi berpadu budaya di tengah realitas kehidupan keseharian.