Serius dengan pilihan ini? Pekerjaan dan tanggung jawab selalu beriringan. Ada ketatnya tenggat waktu. Liputan lelet beritapun jadi basi. Informasi keluar rel alamat penyesatan publik pun pencemaran nama baik.
Berat nian tugas wartawan. Biarlah menjadi bagian pemangku yang kuat. Awak menjadi penyimak dan belajar membaca dengan sedikit kritis obyektif yang terus perlu ditatar. Nah kan undur sebelum mencoba melamar pekerjaan keren spesifik ini.
Perjalanan waktu membawa kisah menjadi simbok kebun. Dijalani bertahun-tahun. Semakin dinikmati kian terasa bukankah setiap pekerjaan dapat dikondisikan menjadi pekerjaan impian.
Eh, sesekali digoda tanya, beneran bisa bepergian seraya memperoleh pendapatan? Mari rasakan dalam diri bukankah suatu pekerjaan itu layaknya perjalanan. Tidak statis di tempat menjadi sevisi dengan esensi bepergian.
Sesekali mendapat penugasan juragan untuk macul di tempat lain. Hasyiik anggap saja bepergian menjalankan tugas. Lah kalau berjumpa dengan pramugari saat penugasan ini, sejenak tempatkan diri dalam empati saling menghargai. Bukankah profesi ini pernah ada dalam senarai impian.
Bagaimana dengan pemandu wisata versi simbok kebun. Menikmati saja perjalanan dari kebun ke kebun sebagai perjalanan wisata. Jadilah wisata kebun yang tetap menyenangkan. Sumber inspirasi tiada henti.
Peran wartawan ala simbok kebun juga tetap dapat dilakukan. Mempersiapkan reportase pun artikel cekak dalam laporan penugasan. Tentunya mengikuti format yang berlaku di kebun. Jadilah ala pewarta.
Sari yang terangkum, ngebunpun tetap mampu mengakomodasi impian pekerjaan yang diangankan. Bukan dengan cara menemukan namun meraciknya dalam keseharin. Pekerjaan sebagai perjalanan laiknya bepergian dan memperoleh pendapatan sesuai haknya.
Wasana kata
Menikmati dan meracik pekerjaan keseharian dalam bingkai pekerjaan impian. Setiap pekerjaan menyimpan keindahannya tersendiri. Pilihan kita untuk menyenangi, merombak pemaknaan kita bahkan meninggalkannya. Â