Bagaimana pekerjaan impian sahabat pembaca Kompasiana? Jenis pekerjaan yang memenuhi hasrat bepergian dan memperoleh pendapatan?Â
Masa kecil kami, dibesarkan dengan kebiasaan hiburan membaca peta. Ha membaca peta, bukankah peta berupa gambar? Ya, orang tua kami meneladankan membaca peta.
Semisal nih, kami yang dibesarkan di lereng G. Lawu menatap peta P. Jawa dan melihat kota Cirebon. Bapak dengan sederhana menjelaskan konsep skala jarak dengan perbandingan panjang jari dan jengkal. Pertanyaan bagaimana mencapainya dijawab dengan pengenalan moda transportasi bis dan sepur (kereta api).
Peta luar negeri yang paling awal kami buka adalah peta Eropa. Khususnya negeri Belanda, mungkin dekat dengan pola pikir warisan sejarah. Terbayang jauhnya, imajinasi kami diisi dengan kapal dan montor mabur (pesawat terbang).
Sesuai dengan perkembangan usia kami, mendapat penjelasan karakteristik kota. Aneka sisi dari sejarah, ekonomi pun budaya. Tentunya dengan bahasa dan termonilogi sederhana. Menumbuhkembangkan minat bepergian.
Menjembatani impian masa kecil, kamipun berangan bagaimana mendapat pekerjaan yang banyak bepergian. Tentunya memperoleh rezeki dari pekerjaan tersebut. Menerapkan pekerjaan sesuai hasrat passion hati.
Beberapa pekerjaan impian
Ini racikan pekerjaan impian berdasarkan impian pribadi. Berkembang dari pemikiran bocah lereng gunung suka blusukan di desanya. Diwarnai kebiasaan membaca peta di masa kecilnya.
Pramugari. Entah mengapa jenis pekerjaan ini membius kami. Angan membayang duhai senangnya bekerja sebagai pramugari. Melintasi angkasa menuju kota dan negara lain dengan seragam keren.
Seiring waktu pemenuhan persyaratan yang dibutuhkan semakin tidak terkejar. Persyaratan yang terukur saja semisal tinggi badan. Lah masa iya berbekal dingklik untuk merapikan kompartemen di atas tempat duduk. Luruh sudah impian ini.
Pilihan pekerjaan selaku pramugari bukan semata didasari oleh hasrat senang bepergian saja. Profesoinalisme dengan standar tinggi sesuai keamanan dan kenyamanan penerbangan. Bepergian sebagai konsekuensi logis dan bonus.
Mengamati pola kerja pramugari hanya sepanjang menikmati jam penerbangan saja menumbuhkan kekaguman dan respek profesi. Bagaimana mengelola energi dalam pelayanan yang selalu dituntut ramah. Menghadapi penumpang dengan aneka respon.
Apalagi pada penerbangan yang sangat lama. Selaku penumpang melibas bosan dengan tidur ataupun menikmati hiburan. Lah pramugari tetap stand by bekerja. Andai istirahat pun dengan pengaturan pergiliran waktu.
Pemandu wisata. Nah ini dia pilihan pekerjaan memenuhi rasa dolan tanpa biaya. Begitu pikir simbok kebun remaja. Olala, panjang nian senarai profesionalitas yang harus dibekalkan. Kembali urung dari pilihan profesi ini.
Ternyata pilihan profesi di bidang wisata juga sangat beragam. Mulai dari manajemen perjalanan, pemandu wisata, travel blogger, konsultan wisata. Segmen pasarnya juga bervariasi.
Bukan hanya pengetahuan tentang obyek wisata. Menempatkan diri sebagai sahabat wisatawan. Mengimbangi gaya dan minat peserta selama masih dalam lingkup tugas memerlukan penerimaan diri dan peningkatan profesionalisme tiada henti.
Pernah berada pada konsepsi sempit. Mengutarakan candaan, enak ya Mbak Mas berwisata dan mendapat gaji. Sambil tersenyum beliau mengatakan, kami sedang bekerja.
Beneran dengan waktu tidak terlalu lama terasa tugas penanggung jawab wisata tidaklah ringan. Membuat peserta merasa nyaman. Mendapat pengalaman perjalanan yang tidak terlupakan. Sungguh, mau tukar tempat pekerjaan? Tiada pekerjaan yang mudah dijalani tanpa persiapan hati.
Wartawan. Nah ini beneran idola pekerjaan. Bagaimana kita semua mendapat pengalaman pembelajaran dari membaca koran, majalah dan aneka bacaan. Karena ada pengelola media masa, cetak saat itu, pun digital perkembangannya.
Duh kereen banget ya menikmati liputan pertandingan olah raga, apalagi event besar. Reporternya meliput langsung dari tempat kejadian dan menyajikan dalam wujud tulisan yang enak dinikmati. Kelar acara utama bisa sedikit jalan-jaan tipis minimal di sekitar penginapan dan perjalanan.
Wartawan media lokalpun berkesempatan meramu berita dan artikel melalui wilayah regional. Apalagi media berlingkup nasional. Beneran nih pekerjaan dengan bepergian beriringan serta memperoleh penghidupan.
Serius dengan pilihan ini? Pekerjaan dan tanggung jawab selalu beriringan. Ada ketatnya tenggat waktu. Liputan lelet beritapun jadi basi. Informasi keluar rel alamat penyesatan publik pun pencemaran nama baik.
Berat nian tugas wartawan. Biarlah menjadi bagian pemangku yang kuat. Awak menjadi penyimak dan belajar membaca dengan sedikit kritis obyektif yang terus perlu ditatar. Nah kan undur sebelum mencoba melamar pekerjaan keren spesifik ini.
Perjalanan waktu membawa kisah menjadi simbok kebun. Dijalani bertahun-tahun. Semakin dinikmati kian terasa bukankah setiap pekerjaan dapat dikondisikan menjadi pekerjaan impian.
Eh, sesekali digoda tanya, beneran bisa bepergian seraya memperoleh pendapatan? Mari rasakan dalam diri bukankah suatu pekerjaan itu layaknya perjalanan. Tidak statis di tempat menjadi sevisi dengan esensi bepergian.
Sesekali mendapat penugasan juragan untuk macul di tempat lain. Hasyiik anggap saja bepergian menjalankan tugas. Lah kalau berjumpa dengan pramugari saat penugasan ini, sejenak tempatkan diri dalam empati saling menghargai. Bukankah profesi ini pernah ada dalam senarai impian.
Bagaimana dengan pemandu wisata versi simbok kebun. Menikmati saja perjalanan dari kebun ke kebun sebagai perjalanan wisata. Jadilah wisata kebun yang tetap menyenangkan. Sumber inspirasi tiada henti.
Peran wartawan ala simbok kebun juga tetap dapat dilakukan. Mempersiapkan reportase pun artikel cekak dalam laporan penugasan. Tentunya mengikuti format yang berlaku di kebun. Jadilah ala pewarta.
Sari yang terangkum, ngebunpun tetap mampu mengakomodasi impian pekerjaan yang diangankan. Bukan dengan cara menemukan namun meraciknya dalam keseharin. Pekerjaan sebagai perjalanan laiknya bepergian dan memperoleh pendapatan sesuai haknya.
Wasana kata
Menikmati dan meracik pekerjaan keseharian dalam bingkai pekerjaan impian. Setiap pekerjaan menyimpan keindahannya tersendiri. Pilihan kita untuk menyenangi, merombak pemaknaan kita bahkan meninggalkannya. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H