Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Warung Kelontong, Katup Penyelamat Gawat Darurat

6 Desember 2022   16:35 Diperbarui: 8 Desember 2022   01:15 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi warung kelontong (Kompas.com/Raja Umar)

Warung kelontong sebagai katup penyelamat gawat darurat. Bukan sekedar transaksi jual beli dagangan. Tidak hanya berwajah dimensi ekonomi, bersanding dimensi sosial dan kekerabatan yang terungkap.

#1

Sreek... Thok...thok.... Ladalah, sudah malam pun hujan deras koq ya ada yang datang. Coba dibukakan pintu saja Pak'e, siapa tahu sangat butuh, bujuk Bu Prasaja.

"Mohon maaf, Pakdhe, malam pun hujan nekad ketok warung" Teguh putra Pak Kuwat, tukang becak di ujung jalan, berujar. Ayahnya pulang kehujanan merasa tidak enak badan. Dibelinya satu botol minyak kayu putih dan jamu masuk angin.

"Sebentar, Le" Bu Prasaja mengulurkan tambahan 2 sachet jahe instan penghangat badan, tolak angin alami ujarnya. Membungkuk hormat berterima kasih, Teguh lanjut bergegas pulang, berpayung menerobos curahan air langit.

#2

Tanpa aba penanda sebelumnya, satu kendaraan penuh penumpang memasuki halaman rumah Bu Kasih jelang tengah hari. Digamitnya Ayu, anak gadisnya dengan bisikan lirih, ke warung Budhe Prasaja. Ayu pun tanggap sasmita.

"Budhe, maaf ada tamu mendadak. Diminta Ibu, minta beras dan uba rampe dulu ke Budhe"

Sorenya Bu Kasih mengangsurkan satu sisir pisang kepok dan seikat tempe belum jadi kepada Bu Prasaja. Sebagian dari buah tangan tetamu siang tadi. Terima kasih, loh Mbakyu, kerabat datang ngepasi kosong sediaan di rumah. Pelunasan belanjaan berlangsung lancar.

#3

Pak Prasaja bernafas panjang menata emosi. Menyambut Lik Kardi yang menuju warungnya. Teringat daftar panjang catatan kas bon sang tetangga. Menyusun kiat menampik halus bila dipintai hutang tambahan.

Saling sapa ringan. Lik Kardi membabar warta bila tiga pekan ia boro. Berpeluh menukang batu spesialisasi pekerja bangunan di kota. Transaksi penyobekan catatan hutang dengan pelunasan. Menambah beras dan kopi dibayar kontan.

Lik Kardi berpamitan dengan senyum lega. Kas bon dibangun atas kepercayaan. Pak Prasaja bersyukur bertambah bekal untuk kulakan besok besok hari.

*****

Warung kelontong merupakan bagian dari keseharian. Berada di antara pemukiman. Menyediakan barang kebutuhan rumah tangga kebutuhan warga. Ragamnya bervariasi menurut hasil 'riset jenis, frekuensi, dan kuantitas' pelanggan.

Susunan dagangan sangat khas. Super lengkap, jumlah per item tidak terlalu banyak, struktur penataan mengikuti selera empunya warung. Uniknya beliau sangat mudah menemukan dan mengambil barang yang disebutkan pembeli.

Merangkum tiga narasi alit di atas. Sungguh terasa, warung kelontong sebagai katup penyelamat gawat darurat. Tidak hanya berwajah dimensi ekonomi, ada dimensi sosial dan kekerabatan yang terungkap.

Sang empunya warung tidak hanya bermodalkan naluri pebisnis sukses. Perhitungan lokasi, pemilihan pemasok dagangan pun rumus pembentukan harga eceran. Sediaan modal sekian kali dari rerata transaksi aktif bulanan.

Memiliki modal sosial tuk menjaga keberlanjutan bisnisnya. Mengenali karakter pelanggan. Menerapkan strategi kucuran pinjaman kas bon. Si A kas bon bernilai besar cepat balik lunas, si B perlu strategi penagihan khusus agar efektif.

Tidak mudah mengelola warung. Sangat perlu mental petarung pebisnis. Perilaku hitungan modal dan untung jangka sesaat akan terlibas pada model warungan ini.

Ketangguhan yang teruji di tengah maraknya mini market yang menjamur hampir setiap sekian ratus meter. Juga meruahnya market place penuntas minat belanja daring. Warung kelontong masih tetap bertahan.

Setiap wilayah memiliki keunikan warung kelontong. Perwujudan interaksi empunya warung dengan lingkungan sekitar. Seperti kisah warung Pak Bu Prasaja di atas. Di wilayah lain mungkin kisahnya adalah warung Pak Bu Berkah.

Pamit dulu ah, Simbok hendak beli sandal jepit ke warung sebelah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun