Plengkung Gading menempati arti khusus, karena pada zamannya menjadi pintu keluar saat raja mangkat dan hendak dimakamkan ke Imogiri. Penamaan Nirboyo, berasal dari kata nir alias tanpa dan boyo atau bebaya artinya bahaya. Nirbaya merupakan harapan doa agar kalis ing bebaya atau terhindar dari marabahaya.
Cagar Budaya Pojok Beteng Timur
Keluar dari Plengkung Gading, kami mengarah ke kanan menyusuri Jl Langenarjan Kidul. Bersambung ke Jl Siliran Kidul dan berhenti mampir di cagar budaya Pojok Beteng Timur. Kalau berpusat dari posisi keraton adalah arah Tenggara.
Beneran sedang dilaksanakan pemugaran. Minta izin mendaki tangga ke atas terlihat kesibukan pekerja. Menyesap posisi pojok beteng dengan 3 ceruk pengintai memantau keamanan dari segala penjuru. Mengintip dasar selokan diantara 2 lapisan beteng dalam dan luar.
Menyisir sisi beteng serasa perjalanan nggirmbok alias pinggir tembok. Kini menjadi pemukiman yang lumayan padat tetap tertata apik. Aneka bisnis kuliner berderet di sepanjang jalan di lingkungan jeron beteng.
Hampir tersilap oleh tampilan Wedangan Rondjeng yang persis menempel di cagar budaya pojok beteng. Nuansa bangunan dan identitas nama senada dengan suasana jokteng. Ooh, ternyata caf kekinian yang belum setua kisah jokteng.
Minta tolong Bapak pengayuh becak untuk menuju ke Plengkung Wijilan. Kami menyusuri Kembali Jl Siliran Kidul lalu belok kanan ke Jl Gamelan terus ke Jl Wijilan. Menumpang becak kami bisa jalan terus, karena sebenarnya Jl Wijilan berlaku kendaraan bermotor satu arah.
Salah satu keunggulan santai naik becak adalah kesempatan menikmati blusukan dengan santai. Belum lagi kisah yang dituturkan oleh beliau selaku bagian dari marketing pariwisata lokal. Banyak hal dapat diserap dari perbincangan kami.