Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar Menulis Kata Pengantar Buku

17 Oktober 2022   08:43 Diperbarui: 17 Oktober 2022   10:01 821
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kata pengantar (olah grafis, pribadi)

Bergabung menulis di Kompasiana menghadirkan aneka pembelajaran. Setiap Kompasianer dapat membuat senarai panjang pengalaman unik berharga. Pernah merasakan keringat dingin saat dikontak sahabat sesama Kompasianer?

Kata pengantar dan keringat dingin

Pembaca Kompasiana pasti mengenal Mbak Ari Budiyanti. Ya, beliau penulis sangat produktif. Kanal puisi menjadi ladang utama kreatifitasnya. Selain artikel tentang literasi, berkebun, dan lingkungan. Nah, beliaulah yang membuat Simbok kebun mati gaya.

Bermula dari sapaan di aplikasi percakapan. Titi mangsa 30 September 2021 pukul 12.08, Mbak Ari dengan khas bahasa santun bertanya, "apakah berkenan menulis kata pengantar untuk buku kumpulan puisi perdana saya?" Buku bersampul merah muda bertajuk Bunga-Bunga Puisi Hati.

Jeda beberapa menit 12.13 Simbok menjura selamat untuk buku puisi yang siap terbit. Sungguh tersanjung dan akan mencoba melakukan semampunya. Tentu saja dari kacamata seseorang yang belum bisa apalagi biasa menulis puisi.

Menelisik kata pengantar buku

Mati gaya kan, terbiasa blusukan di kebun tetiba mendapat kesempatan meracik kata pengantar buku kumpulan puisi. Dilandasi semangat mengapresiasi karya sahabat seraya belajar, menyibak ulang hakekat secarik kata pengantar. Menyesap kaidah dasar dalam penyusunannya.

Salah satu acuan tentunya dari Pak Bambang Trim penulis handal di Kompasiana, beliau Pendiri Institut Penulis Indonesia. Beliau menyebut diri sebagai tukang buku keliling yang lebih dari seperempat abad malang melintang di jagat perbukuan. Pastinya Begawan perbukuan.

Artikel beliau tentang prakata versus kata pengantar menjadi bacaan wajib bimbingan teruna kebun dalam menulis skripsi dan tesis. Menyematkan penulisan prakata yang dibuat sendiri pada karya laporan penelitian. Berbeda pula dengan penulisan testimoni atau endorsement.

Kata pengantar (olah grafis, pribadi)
Kata pengantar (olah grafis, pribadi)

Sang Begawan menjelaskan bahwa kata pengantar (foreword) ditulis oleh orang lain atas permintaan penulis buku. Aneka pertimbangan diantaranya keterdekatan rasa. Sebaiknya tidak dipandang enteng alias kurang serius.

Kata pengantar menjadi pemantik gairah membaca buku yang dihantarkan. Langkah pendalaman isi buku diperlukan agar kata pengantar menjadi berenergi. Menjadi apresiasi penulis kata pengantar untuk sang penulis buku.

Bahkan ada kalanya dari sisi seni jual, kata pengantar menjadi elemen kuat. Pertimbangan pembeli diwarnai sosok penghantarnya. Keterkaitan kuat antara figure penulis kata pengantar dengan tema buku yang dihantarkan.

Menganggit kata pengantar: berkebun puisi

Berbekal pemahaman tumbuhnya rasa bahagia saat diminta menuliskan kata pengantar. Tersanjung saat diminta Mbak Ari menuliskan kata pengantar untuk buku beliau. Rasa yang dibarengi dengan tanggung jawab dan tetesan keringat dingin.

Segera membuka laman beliau di YPTD untuk mendapat feel dan energi sang pemuisi. Beberapa puisi ditayangkan ulang di Kompasiana. Karya puisi khas, beliau menyebutnya puisi hati.

Pengenalan akan pribadi penulis puisi dan pendalaman karya menghasilkan sudut penulisan kata pengantar. Pastinya bukan dari kaidah puisi yang sama sekali di luar ranah pemahaman Simbok. Kami, Mbak Ari dan Simbok memiliki kesamaan minat bermain dan berteduh di kebun.

Imajinasi olah rasa, terbayangkan proses kreatif dalam berpuisi memiliki analogi dengan berkebun. Ada proses menggali tema, menyemai ide, hingga melarik diksi. Tidak jarang harus tega memangkas bagian yang tidak pas. Merawat karya hingga buahnya dapat dinikmati.

Jadilah secarik kata pengantar yang bertajuk Berkebun Puisi. Terdiri dari 7 alinea imitasi bait puisi. Ini intipan gugus kalimat awal pembuka.

Meracik puisi dan berkebun adalah kegiatan yang menghasilkan keindahan yang berbeda. Ada pribadi yang piawai menganggit puisi. Pribadi lain dikenal terampil berkebun. Bagaimana kalau keduanya digabungkan? Berkebun Puisi. Inilah yang dilakukan oleh Ari Budiyanti.

Kata pengantar seutuhnya tentunya dapat dijumpai dalam buku karya Mbak Ari. Bunga-Bunga Puisi Hati. Membiaskan cinta literasi pada setiap butir karya yang beliau untai.

Belajar menganggit kata pengantar pada buku dengan minat tema berbeda menghadirkan semangat dan energi tersendiri. Mencoba bedah kaidah.

  • Terpenuhilah kaidah pertama kata pengantar. Ditulis oleh orang lain. Simbok meraciknya untuk buku penulis. Terdapat juga prakata yang disampaikan langsung oleh penulis buku.
  • Terajut apresiasi. Simbok menjura apresiasi atas jawilan Mbak Ari. Melalui kata pengantar mengapresiasi proses kreatif dan karya penulis buku.
  • Berbekal pendalaman, terangkai gugus kalimat menghantar isi. Menjadi jembatan antara penulis dan pembaca buku. Membersamai penulis menjumpai pembacanya.
  • Bagaimana dengan fungsi pemantik gairah menuntaskan membaca? Nah ini tentunya harapan. Saya yakin pembaca menuntaskan bacaan oleh karisma pribadi pemuisi yang luar biasa.
  • Kaidah nilai jual buku. Saya yakin sejak awal bukan ini tujuan Mbak Ari menghadirkan Bunga-Bunga Puisi Hati. Keberadaan kata pengantar dari Simbok adalah kemurahan hati pemuisi, buah dari persahabatan melalui Kompasiana.

Saya haturkan kata pengantar buku Bunga-Bunga Puisi Hati. Sila dipirsani (dilihat, dibaca, dipertimbangkan) dulu kalau berkenan silakan diagem (digunakan). Kebesaran hati beliau mengikuti kaidah, seyogyanya kata pengantar tidak diedit tanpa seizin penulisnya. Terkecuali pengeditan mekanik.

Berkebun puisi dalam Bunga-Bunga Puisi Hati (kolase dari foto Ari Budiyanti)
Berkebun puisi dalam Bunga-Bunga Puisi Hati (kolase dari foto Ari Budiyanti)

Kelahiran buku cantik ini diabadikan dalam artikel apik "Hari Bersejarah dalam Perjalanan Literasiku" Setahun yang lalu di Kompasiana, 15 Oktober 2022. Mbak Ari tetap produktif menganggit dan mengunggah karya di Kompasiana.

Inilah secuil kisah, Berkebun Puisi, buah pembelajaran menulis kata pengantar buku. Bagian dari interaksi di sekolah Kompasiana. Salam pembelajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun