Rinai hujan terasa menyatukan potongan gambar. Terbayang pada bidang lahan ini sekumpulan bocah cilik bersukacita menjelajah sawah. Kelompok remaja pemuda belajar menyusun puzzle ekokultural. Secara berkala petani dan pelaku seni budaya gelar ekspresi ekokultural. Sanggar belajar ekokultural.
Elemen pada sebidang sawah
Mari, simbok sajikan elemen yang tertangkap langsung oleh indera penglihatan. Masih menggunakan sudut sumber air sebagai pangkal amatan. Mata air berada di sudut pinggir perkampungan.
Penduduk setempat menggunakannya untuk keperluan bebersih. Terlihat dari bangunan padusan (tempat mandi cuci) berpagar bata tanpa atap. Juga bekas sisa wadah kemasan sarana bebersih yang menumpuk di pojokan.
Paduan kerimbunan pohon beringin dan udara terbuka menjadikan kolam sumber sebagai media tumbuh Azolla sp. Si paku air tawar tumbuh subur memenuhi permukaan air kolam. Terdapat simbiosis mutualisme antara Anabaena azollae yang mampu memfiksasi nitrogen (N) dengan paku air tawar.
Kumpulan paku air tawar yang mengambang di permukaan kolam kaya dengan hara N. Bila secara berkala digelontorkan ke saluran pembuangan dan masuk ke petak sawah menjadi sumber pupuk N yang gratis dari alam. Membantu pengelolaan tanaman secara ekologis.
Air dari sumber sebagian mengalir ke kolam pemeliharaan itik. Kemudian limbah air kolam itik dan sumber dialirkan ke kolam dengan tumbuhan Eceng Gondok. Terjadi proses penyaringan secara biologis, filter nabati sebelum dilimpahkan ke lahan budidaya.
Menebar pandang mata tertangkap hamparan sawah berkombinasi dengan petakan jagung yang baru saja di panen. Menyipit terlihat ornamen yang khas. Hampir terkecoh menyebut rubuha rumah burung hantu. Metode pengendalian hama tikus sawah secara ekologis.
Ooh, ternyata perangkap (light trap) serangga. Model perangkap serangga untuk monitoring sebagai dasar pengendalian organisme pengganggu tanaman secara ekologis. Mekanisme dasarnya serangga dipikat dengan cahaya lampu di malam hari dan terperangkap.