Yuup saatnya dilepas, pemegang benang menyendalnya dengan tekanan tepat. Layangan perlahan mulai membubung, ekornya berlenggak-lenggok menggoda. Tidak selalu berhasil, kadang perlu diulang.
Bermain layangan berbincang dengan bapa angkasa. Menari bersama angin. Merasakan arah dan kecepatan angin. Ada kalanya mengikuti hingga melawan angin.
Saat menegangkan adalah kesempatan memegang gulungan benang dan menjaga layangan tetap mengangkasa. Hayuuk jangan kaku, rasakan arah lenggokan layangan dan angin. Bagian ini saya sering gagal.
Tengah asyiik bermain layangan tetiba, tes.... layangan putus. Aneka penyebab dari hempasan angin atau terkena sabetan benang gelasan dari teman lain. Hiks serasa mau menangis.
Berani bermain layangan, berani bermimpi. Berani menata laju terbang juga siap dengan putusnya layangan menjadi layangan kleyang. Responsif dengan perubahan tidak terduga.
Layangan, Industri Kreatif, dan Harmoni Alam
Bermain layangan bukan hanya permainan individual lokal. Kini merambah menjadi permainan komunal global. Aneka event festival dan kompetisi digelar menjadi bagian pariwisata.
Wujud layang-layang juga mengalami perubahan. Tidak melulu bidang datar berbentuk geometri belah ketupat. Kini aneka wujud 3 dimensi dan tampilan sesuai dengan karakter budaya lokal hingga wujud lakon animasi.
Hadir aneka galeri yang memajang karya seni layangan. Hingga museum layang-layang, dokumentasi karya budaya bangsa.
Tetap mengingat bahwa bermain layangan adalah berbincang dengan alam. Berbincang dengan bumi sumber kehidupan. Materi layangan tetap ramah lingkungan. Berbincang dengan angkasa aneka penggunaan.