Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Nasi Jagung Urap Bunga Turi dan "Zero Waste"

11 Oktober 2021   10:01 Diperbarui: 13 Oktober 2021   20:05 1539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nasi jagung urap bunga turi (Dokumen Pribadi)

Sepincuk nasi jagung urap bunga turi penyedia energi hingga pengungkit nostalgia. Mengajarkan kecukupan hingga pengelolaan limbah dapur. Mari nikmati narasi ini.

Selamat pagi di awal pekan baru untuk sahabat pembaca Kompasiana. Syukur untuk hari baru, kiranya anugerah rezeki yang secukupnya dilimpahkan. Kesehatan, sukacita, dan kecukupan pangan sandang.

Nasi Jagung Urap Bunga Turi

Menyoal pangan, beberapa hari lalu diperjumpakan dengan pedagang nasi jagung dan gendar pecel. 

Tidak seperti biasanya, ibu penjual duduk manis menghadap bakul tenggok dagangan. Kali ini bapak penjaja dengan sepeda pedal. Menjemput rezeki bersahabat dengan teknologi.

Dagangan ditata apik, nasi jagung dalam tumbu anyaman bambu. Sayuran disusun berdasar warna. Terlihat payung tenda besar diikat di sepeda. Beliau akan ngepos di titik tertentu. Sepanjang perjalanan mampir di beberapa pelanggan yang memesan melalui aplikasi perpesanan.

Jenis jualan menarik. Nasi jagung urap dan gendar pecel. Yuup ada kesamaan komponen yaitu sayuran. 

Untuk nasi jagung dengan topping sambal kelapa, gendar pecel dengan topping sambal kacang. Diversifikasi produk secara efisien dengan kesamaan komponen.

Bapak penjaja bermasker, menyenduk nasi jagung dan menatanya pada bungkus beralas daun pisang. Menambahkan sayuran hijau berupa daun adas dan mbayung daun kacang dengan penjepit. Kombinasi sayuran kecambah dan bunga turi putih.

Topping sambal kelapa plus sambal korek khas. Tidak lupa peyek ikan asin. "Mau sambal tumpang?" diwadahinya duduh atau kuah tumpang dan sepotong kecil tahu. Jadilah sepaket nasi jagung urap kembang turi yang siap disantap di rumah.

Menakar tumbu wadah nasi jagung dan ukuran porsi sajian. Sekali jalan akan menyediakan sekian porsi dengan harga @5K. Bila sekian persen adalah pendapatan bersih. Nyatalah langgam pujian permohonan, berilah kami hari ini rezeki secukupnya.

Mencukupkan rezeki penyedia energi. Paduan karbohidrat, protein, lemak, serat dan vitamin. Serba sederhana cukup mengenyangkan. Beberapa penyantap menjadikannya andalan asupan pangan. Tidak sedikit yang menyantapnya sebagai pemanja lidah pengelana nostalgia.

Bunga turi putih dipetik dari tanaman yang sering dijadikan peneduh jalan. Ataupun penguat pematang sawah dan pembatas ladang. Peneduh dengan hasil pangkasan untuk pakan. Penyubur lahan melalui bintil akarnya. Kembang turi sedapnya dinikmati untuk urap maupun pecel. Menemani nasi jagung juga gendar.

Zero waste budaya leluhur

Menyantap nasi jagung membawa diri pada kelana masa. Bagi kami masyarakat lereng Barat Lawu, jagung berkah pangan yang lumintu. Bukan pengalih namun menjadi bagian pemeliharaan Illahi.

Menjelang panen jagung, paman tani memancas bagian atas tanaman yang relatif masih segar menjadi bagian ternak. Jerami jagung, tebon kami menyebutnya. Saatnya panen, buah jagung kami petik dan angkut. Batang jagung dibabat dikeringkan untuk sediaan kayu bakar.

Menikmati bunyi kerisik kelobot keemasan bergesekan antar buah jagung laiknya musik kecukupan pangan. Kami menjemur buah jagung secara utuh dengan kelobotnya. Sering tampil eksotik kala petani mengupas sebagian kelobot masing-masing jagung dan mengikatnya menjadi untingan segenggaman setangkap tangan dewasa.

Kelak kami menyadap ilmunya bahwa penyimpanan jagung dengan kelobot meningkatkan daya simpan. Ikatan jagung kering disimpan di paga atau para-para ruang dapur tidak jauh dari tungku. Efisiensi energi, panas yang menguar dari tungku menjaga buah jagung tetap kering.

Para dulur di NTT memiliki budaya menyimpan buah jagung dengan cara eksotik atraktif. Digantungkannya ikatan buah jagung kering di pohon. Sangat mungkin bersahabat dengan iklim setempat.

Pada saat dibutuhkan, seikat jagung kering diturunkan dari para-para. Dikupasnya klobot kering. Disisihkannya klobot untuk keperluan menyalakan kayu bakar di tungku. Tangan terampil memipil biji jagung. Melepaskannya dari janggel. Janggelpun menjadi sediaan bahan bakar tungku, bara arangnya cukup panas dan tahan lama.

Saatnya kami menangani butir-butir biji jagung. Hendak dibuat apakah? Marning, grontol, nasi atau bubur jagung? Menunggu kreativitas pengolahnya.

Merencanakan menanak nasi jagung, ibu merendam bulir jagung semalaman. Paginya ditiriskan dan siap untuk dikecrok tumbuk kasar. Terpisah menjadi dedak katul jagung dan bulir pecah. Beberapa penanak memadukan bulir pecah dengan beras dan menanak, mirip paduan mixed grain.

Bila diinginkan dapat dilanjutkan dengan penepungan. Bagaimana dengan limbah dedak dan katul jagung. Umumnya menjadi bagian dari ternak unggas yang juga umum dimiliki warga. Eh adakalanya ibu memasaknya menjadi penganan loh namanya jenjet jagung.


Iseng mengetikkan kata jenjet jagung di mesin peramban. Ooh masih muncul, bahkan ada sajian youtubenya. Bagaimana membumbui dan mengolah adonan berbahan katul jagung dengan dikukus. Variasinya kami ingat dengan cara memanggangnya di kereweng atau wajan gerabah tanah liat.

Sejak dari lahan, budaya masyarakat tidak membiarkan limbah tanaman jagung melenggang. Begitupun dari kawasan dapur. Klobot kering, janggel hingga katul mendapatkan penanganan. Zero waste alias nol limbah adalah budaya masyarakat. Termasuk penanganan limbah dapur.

Kini dengan kemajuan teknologi hadir mesin pemipil jagung juga penepungnya. Nilai dasar pengelolaan limbah tetap berlaku. Kalau kita menengok penanganan panen jagung di negara lain. Mekanisasi mulai dari lahan. Sejak pemanenan, pengupasan hingga pemipilan.

Panenan bukan lagi berupa pikulan buah jagung namun sudah dalam bentuk bulir biji. Semua limbah batang, klobot hingga janggel mengumpul di lahan siap untuk alih rupa. Penanganan limbah terpadu.

Wasana kata

Menyantap nasi jagung urap bunga turi membawa kembara pikiran melompat ke zero waste. Pendekatan pembiasaan aspek kasanah budaya untuk pengelolaan limbah dapur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun