Secara posisi, letak cagar alam nyaris terjepit di tengah pemukiman. Dari jalan Gamping Tengah, masuk jalan relatif sempit. Tantangan besar dalam pelestarian. Bagaimana membangkitkan dan memelihara peminat pembelajar cagar alam.
Bagaimana menuju cagar alam Bukit Gamping? Mengikuti Jalan Lingkar Barat Yogyakarta ke arah Wates. Selepas pertigaan Ringroad jalur Wates ke arah Barat sangat dekat. Usai pasar ada pertigaan belok kiri dengan penanda yang jelas. Simbok pemblusuk tidak kesasar.
Cagar Budaya Ambarketawang
Melongok CA Bukit Gamping bonus CB Ambarketawang, posisinya berdekatan serasa adu punggung. Kembali ke jl Gamping Tengah sedikit ke Selatan lalu belok ke kiri (Timur). Jalan cukup kecil, kendaraan roda 4 muat asal tidak berpapasan.
Penasaran dengan penamaan Ambarketawang. Ambar merujuk pada bau harum yang menguar. Ketawang berasal dari kata tawang atau langit angkasa. Paduan Ambarketawang, bau harum yang menguar ke angkasa. Elok nian.
Apa yang didapat dari CB Ambarketawang? Berupa petilasan pasanggrahan, tempat istirahat tetirah raja. Berkenaan dengan aspek historis pembangunan keraton Ngayogyakarta.
Menurut Dinas Kebudayaan DIY, Ambarketawang merupakan situs Kraton yang merupakan kediaman Sultan Hamengkubuwono I pada tahun 1755-1756. Mencakup tiga komplek kekunoan (petilasan) berupa bekas Kraton Ambarketawang, Kestalan dan Kademangan. Amatan wadag saya tidak mampu membayangkannya.
Inilah yang terlihat secara visual. Keberadaan reruntuhan pagar sisi Selatan sebagai pintu masuk masih lumayan utuh beberapa ruas. Pagar sisi Barat langsung bersentuhan dengan pemukiman. Tebal dinding lebh dari 50 cm terlihat dari jajaran panjang 2 batu bata merah.