Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

[Embun Kebun] Antara Cafe Dedaunan dan Menulis

25 Agustus 2021   15:42 Diperbarui: 25 Agustus 2021   15:53 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi cafe dedaunan (Dokumen Pribadi)

Antara menulis dan cafe atau warung dedaunan terdapat benang merah penghubung. Proses panjang dalam menulis untuk menyuguhkan artikel yang berenergi positif bagi pembacanya. Selamat mengelola cafe dedaunan dan kepenulisan.

Cafe dan warung dedaunan

Cafe Dedaunan yang terkenal berlokasi di Kebun Raya Bogor. Penjenamaan diri yang berlandaskan spesifik lokasi. Nah, warung pecel, gado-gado ataupun lotek juga visualisasi cafe dedaunan, menyajikan aneka dedaunan sebagai bahan bakunya. Julukan cafe dedaunan dengan aneka pemaknaan.

Peran cafe ataupun warung mencakup bagaimana memasarkan dan meracik produk. Kejelian menjalankan promosi dan menyuguhkan racikan yang memikat dan mengikat pelanggan. Seni berproduksi dan berjualan.

Tulisan ini mengulas tentang daun yang merupakan salah satu organ tumbuhan. Berfungsi sebagai penangkap energi dari cahaya matahari  untuk kemudian dikonversi menjadi energi kimia melalui proses fotosintesis.

Dalam pengenalan sains sederhana sering diilustrasikan daun sebagai 'dapur' yang mengolah. Mensintesia karbon dioksida bersama air menjadi karbohidrat sederhana oleh energi cahaya matahari. Menjadi bahan dasar dari aneka produk (senyawa metabolit) tanaman.

Yuup mirip dengan cafe dan warung dedaunan. Hasil fotosintesis ini diramu dan diracik oleh 'koki handal' dalam tumbuhan menjadi belbagai produk. Mulai dari kesegaran seduhan daun teh, semerbaknya aroma minyak atsiri hasil sulingan daun nilam. Nikmatnya menyedot lintingan rajangan daun tembakau, segarnya menikmati es tebu hijau di panas terik.

Cafe dedaunan tersebut tidak pernah tutup, tidak mengenal hari libur. Tanpa pekerja mogok menuntut kenaikan UMR. Tidak memiliki anggaran promosi untuk mengemas keunggulan produknya.

Dharmanya hanya bagaimana tetap membuka cafe ataupun warung. Menyediakan aneka 'olahan' dengan beragam khasiat dan kelezatan bagi titahNya. Kesinambungan gugur meranggas dan membentuk tunas baru  sebagai bagian alam keberlanjutan cafe dedaunan.

Beragam bentuk daun berupa helaian maupun bermodifikasi menjadi duri. Wujud penampakan dua dimensinyapun beragam membulat, menjari, elip/lonjong hingga memanjang berpita ataupun menjarum.

Variasi warnanya memanjakan mata mulai dari dominan hijau, kekuningan hingga kemerahan. Gradasi perubahan warna daun baik oleh penuaan maupun perubahan suhu. Semisal dari musim panas ke musim gugur meninggalkan sensasi keindahan tersendiri.

Yaak ringkasnya, daun tiada henti berproduksi dan berjualan mewartakan karya. Menjalankan peran cafe ataupun warung dalam keseharian.

Cafe dedaunan dan menulis 

Hakekat cafe dedaunan ini juga mewarnai perjalanan menulis artikel baik opini maupun fiksi. Ibarat daun, penaja artikel juga menyajikan aneka hidangan. Olahan dari konversi informasi (bacaan, amatan, pendengaran) dipadukan dalam percermatan, pendalaman permenungan.

Berkreasi selaras dengan selera racikan sehingga muncul aneka sajian yang khas ala masing-masing kokinya. Ada yang mengadopsi peran sejati dari daun. Melakukan proses secara mendalam dan tuntas. Eksplorasi, penyarian, hingga menghasilkan artikel karya.

Semisal penganggit artikel ala daun teh yang memproses dan menghasilkan kesegaran bahan aktif l-theanine. Artikel yang dihasilkan menyegarkan hingga menyehatkan. Mampu meredakan stres hingga meningkatkan ketahanan berkarya.

Tidak berbeda apresiasi dengan peracik artikel ala daun kemangi. Mengedepankan kepraktisan menikmati karya. Melengkapi sajian dan membangkitkan selera karena aroma dan tampilan ringkasnya.

Boleh juga memodifikasi peran cafe atau warung dedaunan. Menyajikan gado-gado paduan olahan daun pun daun segar dengan pengayaan gizi tulisan. Belum lagi kriuk renyah emping yang memikat setiap pembaca artikel membuatnya ketagihan membaca karya gurih dan artikel berikutnya.

Bagian dari cara membangun personal branding  pengenalan ciri khas antar penulis artikel. Saling melengkapi tidak harus frontal diperbandingkan. Setiap pelakunya berkembang dan merasa senang. Sederhana dan kompleks itulah pasangan. Saling sapa untuk perbaikan adalah kewajaran.  

Menulis untuk menyalurkan hobi seraya melepas penat. Mengisi waktu pensiun dengan produktif upaya merawat ingatan bahagia. Menulis cara menikmati kehidupan.

Semisal sajian simbok kebun lebih berupa sajian lalapan. Berasal dari proses sederhana, petik saji dari kebun tanpa proses rumit. Kenikmatan cita rasa ada karena pembacanya membawa sendiri sambal cocol aneka rasa. Hehe... [belum lagi yang sambil menyantap bebek bakar pun penyetan]

Mari sahabat, bersama berproses seni produksi artikel dan meruahkan buah pikir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun