Impian simbok pemblusuk untuk masuk ke bangunan Bank Indonesia, terwujud melalui BI Solo. Ada sambatan macul dengan BI diantaranya BI Solo. Kembali menikmati fasad gedung kuna megah menjulang.
Bonus menyusuri bagian dalamnya yang apik. Tata ruang fungsional menopang pekerjaan pada zamannya. Terasa ruang depan pelayanan dan bagian privasi.
Weladalah lupa membekali teruna kebun tentang tata cara busana untuk memasuki BI. Nah bagian dari citra BI sebagai bank sentral, tentunya pengunjung pun perlu menyesuaikan. Mengingatkan pepatah ajining raga gumantung busana.
Bank Indonesia Solo juga bagian dari sejarah. Berawal dari De Javasche Bank di Solo yang berdiri pada 1867. Sedikit lebih tua dari cabang Yogyakarta. Memiliki keunikan tersendiri karena berada di pedalaman bukan di pesisir, mengingat kemudahan transportasi laut pada zaman itu.
Geliat perekonomian di Solo saat itu memiliki peran strategis. Sektor perkebunan, industri batik bahkan kesenian wayang orang menjadi pilar ekonomi. Pertimbangan pendirian kantor cabang  lembaga perbankan. Â
Layanan BI Solo juga bertransformasi sesuai dengan teba tugasnya. Bangunan gedung baru modern siap mewadahi kiprahnya. Untuk apa nih bangunan cantik bersejarahnya? Museum uang adalah rencana yang dicanangkan. Warisan budaya yang tak terkira nilainya.
Mari singgah: Indonesia dalam Kancah Situs Warisan Dunia UNESCO
Bangunan gedung BI Solo termasuk bagian dari 172 cagar budaya. Selaras dengan keputusan Wali Kota Solo No. 646/116/1/1997 (direvisi tahun 2013). Penetapan bangunan-bangunan dan kawasan kuno bersejarah yang dilindungi menurut UU No. 5/1992 ( Solopos.com).
Gedung Bank Indonesia Semarang
Sepaket dengan sambatan cangkulan di Solo, mendapat kesempatan blusukan di BI Semarang. Mak gedandap harapan menikmati gedung kuna sirna. Berhadapan dengan gedung megah.