Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Kelana Rasa Rujak Cingur dan Warisan Budaya

19 Juni 2021   14:20 Diperbarui: 19 Juni 2021   17:12 1351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penganan bukan hanya soal pemuas rasa lapar dahaga. Pengisi dan penenang ruang tengah alias lambung. Makanan juga menuntaskan kelana rasa hingga warisan budaya bangsa. Mari simak kelana rasa rujak cingur.

Akhir pekan di rumah saja. Mengapa angan tidak jalan-jalan sambil mencicip penganan yang menggugah rasa. Kelana angan siang ini berlabuh tergiur rujak cingur. Mari pesan melalui aplikasi yang ada.

Bukan sekadar kepengin makan sesuatu. Mengunyah, menggoyang lidah, menenangkan lambung dan memberi kesempatan penyerapan sari gizi. Makanan juga membujuk rasa rindu.

Kosa kata rujak cingur menyuguhkan fantasi penglihatan. Sepiring campuran irisan lontong, warna warni sayuran, rupa-rupa buah, seonggok irisan cingur disiram pekatnya saus petis kacang. Perpaduan warna maupun bentuk.

Sepiring rujak cigur juga menggelitik indera penciuman. Aroma khas cingur alias olahan bagian moncong eh diperhalus dengan mulut sapi. Wangi segar nenas, mentimun, belimbing, bengkoang apapun buah yang dipadukan. Makin menggoda dengan khas bau petis yang membuat lidah berdesis.

Rujak cingur siang ini

Menenangkan kelana angan, membujuk dengan realita pesanan rujak cingur tanpa lontong. Membuka kemasan alamak ukuran dahsyat mampu menenangkan 2 ruang tengah ukuran sedang. Agar tidak kewowogan alias kekenyangan, mari ambil separohnya.

Menata dengan seksama sayuran matang, sejumput bayam menghijau plus putihnya kecambah. Tumpukkan warna-warni irisan buah segar mentimun, bengkoang dan menguningnya nanas. 

Mari tambahkan irisan tempe tahu goreng plus olahan cingur. Jangan lupa remesan kriuk kerupuk aci. Pamungkasnya siram dengan saus kacang petis coklat kehitaman.

Pastinya tidak tahan menunda melahapnya. Hmmm indera pengecap berkolaborasi dengan penciuman menghargai kerja organ awal pencernaan. Kelana rasa bergulung mengirim pesan kepada sel-sel kelabu mendecapkan penilaian enak... wuih beneran rasa rujak cingur yang diangankan.

Mari sok usil memerikan komposisi nilai gizi. Karbohidrat utama dipenuhi dari irisan longtong juga bahan pangan lainnya. Protein hewani dari olahan cingur. Protein nabati dari tahu dan tempe. Lemak dari paduan kacang plus kedelai bahan tahu tempe. Mineral, serat dan vitamin dari seonggok racikan sayur dan buah.

Nah kan sepiring rujak cingur tidak hanya mengenyangkan. Menjamin asupan nilai gizi secara lengkap dan seimbang. Menghadirkan decap kegembiraan mengungkit imunitas.

Kelana rasa rujak cingur

Merunut asalnya, rujak cingur yang berkomponen khas petis adalah dari Jawa Timur khususnya Surabaya. Aneka makanan Jawa Timuran yang memikat lidah. Harmoni rasa pedas, manis, dan asin yang nampol. Salah satunya adalah rujak cingur.

Pernah menyantapnya di Kota Malang sekian dasawarsa lampau. Rela antre berlama-lama demi seporsi rujak cingur. Awalnya lidah Jawa Tengah saya harus membiasakan. Menjadi kemewahan dan awal rasa menghargai bila dapat menikmati kuliner khas daerah lain.

Ini kenangan sekian warsa di Kota Sidoarjo. Untuk santap siang kami pilih rujak cingur, yuk berburu rujak cingur Tanggulangin. Ketik saja rujak cingur Sidoarjo yang muncul adalah depot rujak cingur mbak Tila, Jl Wates kedensari, Tanggulangin.

Ikuti yook panduan GPSnya, aha muter-muter hingga jalan ditutup panggung segala, padahal ada jalan besarnya. Melihat antrean mobil berjajar indikasi dari rujak cingur yang laris biasanya rasa enak dan harga rasional dan beneran enak tenan apalagi plus air degan atau sinom (air daun asam) yang segar.

Rujak cingur di Sidoarjo (Dokumentasi pribadi)
Rujak cingur di Sidoarjo (Dokumentasi pribadi)
Variasi bahan penyusunnya juga lebih lengkap. Ada irisan tipis pisang klutuk yang berbiji. Beberapa iris dondong dengan rasa aroma yang menambah kesegaran rujak cingur. Juga krai sebangsa timun yang banyak dibudidayakan petani setempat.

Penyajian sesuai pesanan semisal penyuka matengan atau semua yang dimasak. Akan diracik tanpa buah mentah. Beberapa depot menyajikan dengan alas pincuk daun pisang mirip dengan gaya penyajian pecel.

Sayang belum mencoba di kawasan aslinya di Surabaya. Wah berderet depot rujak cingur dengan bintang dan reviewnya. Klaim menjadi langganan artis maupun pejabat menjadi bahasa pemasarannya.

Rujak cingur dan warisan budaya

Seporsi rujak cingur bukan hanya masalah makanan. Terhisap di dalamnya identitas kebanggaan masyarakat. Rujak cingur diakui sebagai makanan rakyat.

Paduan rasa dan bahan bercerita tentang harmoni. Bagaimana cingur, sayuran dan buah bertekuk lutut kepada siraman saos petis kacang. Masing-masing melepas ego demi paduan rasa yang berdaya guna. Aha terasa nilai filosofis bangsa yang cinta damai, mengedepankan rasa kebersamaan.

Peracik rujak cingur biasa mencampurkan 2 jenis petis. Menurut sahabat kebun yang kelahiran Surabaya dan besar sebagai kana Ngalam (anak Malang), pencampuran antara petis kualitas utama dan biasa. Bukan hanya alasan ekonomi namun tepatnya perpaduan.

Pembelajaran hidup tentang harmoni toleransi. Sangat enak terasa saat mencicip yang biasa saja. Legitnya nanas terasa karena kecut masamnya dondong. Seporsi rujak cingur bagian kelana rasa. Mengolah rasa menjadi karya budaya kuliner.

Rujak cingur bagian dari sejarah panjang. Konon industri petis di Surabaya telah dimulai pada awal abad ke 19. Racikan rujak cingur tentunya setelah waktu tersebut. Beberapa depot rujak cingur yang bertahan di Surabaya ada yang mulai operasi sebelum tahun kemerdekaan.

Pengenalan rujak cingur kepada khalayak bukan hanya diperuntukkan kepada masyarakat non Kawasan Timur. Ada upaya sistematis pengenalan makanan ini ke aras global. 

Pernah diperkenalkan kepada peserta APEC dari aneka negara. Hehe terbayang penerimaan lidah peserta, seperti kita saat mencicip makanan yang benar-benar asing.

Rujak cingur pada pencatatan 1 (sumber: warisanbudaya.kemdikbud.go.id)
Rujak cingur pada pencatatan 1 (sumber: warisanbudaya.kemdikbud.go.id)
Merunut situs warisan budaya Kemendikbud, rujak cingur diajukan untuk dicatat sebagai warisan budaya pada tahun 2010. Nomor. Registrasi 2010000500 dengan domain Keterampilan dan Kemahiran Kerajinan Tradisional. Pengajunya adalah Provinsi Jawa Timur.

Kembali diajukan pada Tahun 2016 dengan Nomor. Registrasi 2016006751. Domain Keterampilan dan Kemahiran Kerajinan Tradisional dan pengaju Provinsi Jawa Timur. Belum menemukan data hasil penetapan pengakuan.

Semoga dengan memenuhi persyaratan berkas ajuan rujak cingur berhasil mendapat penetapan pengakuan sebagai warisan budaya tak benda. Bagian dari warisan budaya bangsa.

Kata pemungkas

Menyantap sepiring rujak cingur ini mengikuti kelana rasa. Tidak hanya mendecap nikmat juga merasakan nilai filosofi yang diemban. Bagian dari warisan budaya bangsa menuju pengakuan.

Salam rujak cingur dari Salatiga, 19 Juni 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun