Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

[Serial Gendhuk Limbuk] Pohon Dikenali dari Buahnya dan Penjenamaan Diri

14 Juni 2021   06:30 Diperbarui: 14 Juni 2021   10:25 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pohon dikenali dari buahnya (sumber: balitjestro.litbang.pertanian.go.id)

Pohon dikenali dari buahnya. Contoh peribahasa kebun yang sangat umum nan sederhana. Menjadi dasar pemahaman penjenamaan diri. Penasaran? Ini pengakuan Limbuk.

"Ndhuk Limbuk koq wajahmu njengkerut melebihi benang kusut sih"

"Gegara admin Kompasiana nih Mbok Cangik. Menyoal kesan orang lain tentang Limbuk. Personal branding begitulah..."

"Weladalah Limbuk, mosok abdi kaputren saja mikir penjenamaan diri alias personal branding. Makan buah ini saja biar segar. Ayook bantu Simbok menyiangi kebun sayur"

Pohon dikenali dari buahnya

Menimang buah bundar berwarna kuning keemasan. Cuping hidungnya mengembang menghidu aura segar khas perpaduan manis asam. Senyumnya mengembang, hmm.... buah jeruk kesukaanku, kata batin Limbuk.

Mak jenggirat, Limbuk teringat pepatah sederhana. Buah jeruk hanya dihasilkan oleh pohon jeruk, bukan pohon lainnya. Pohon dikenali dari buahnya. Kecuali lagunya Broery, buah semangka berdaun sirih.

Kebun pembelajaran mempersembahkan contoh peribahasa sederhana, pohon dikenali dari buahnya. Memuat makna nilai diri seseorang dikenali melalui karya nyatanya. Karya yang dibangun oleh perilaku atau sikap yang mendukung.

Mengaku penyabar, keseharian mudah bergoyang berang. Jadilah emak berang-berang, lagaknya Limbuk. Bukan berang-berang yang lucu namun mudah berang.

Laiknya orang mengakui buah bundar keemasan beraroma segar sebagai buah jeruk bukan buah yang lain. Didasarkan pada standar tertentu yaitu karakter morfologi buah jeruk yang bersifat baku.

Peribahasa pohon dikenali dari buahnya bukan hanya memuat makna pernyataan atas penilaian. Tidak hanya bertumpu pada hasil akhir. Memuat pula nasihat ataupun tuntunan.

Tutur yang diteruskan turun temurun antar generasi. Melestarikan praktik hidup baik. Mencerminkan kualitas diri sebagai titah dengan aneka anugerah.

Ada upaya membangun hasil perilaku hidup yang baik. Menjadi acuan agar buah yang dihasilkan mampu mengenalkan pohonnya kepada khalayak. Merangkum pendekatan proses dan hasil pembelajaran hidup.

Pohon dikenali dari buahnya dan penjenamaan diri versi Limbuk

Sambil merem melek, Limbuk mencecap buliran buah jeruk yang dikupasnya. Aroma segar nyegrak dari minyak atsiri membelai indera penciuman. Rasa segar mengulik indera pencecap.

Paduan rangsang indera menggetarkan sel-sel kelabu di keping otak Limbuk. "Eurika...." lagak serunya menirukan Archimedes. Pohon dikenali dari buahnya tak ubahnya cara membangun personal branding. Ini beberapa butir penjenamaan diri.

1. Pengakuan atau rekognisi

Penjenamaan diri lahir dari pengakuan atau rekognisi dari orang lain atas seseorang. Penjenamaan lahir dari penilaian pihak eksternal. Penilaian yang teruji dengan kriteria yang dapat dipertanggungjawabkan.

Pengakuan merupakan penilaian yang gamblang dan jujur. Terasa obyektif karena dikemukakan oleh orang lain atas produk ataupun seseorang. Rekognisi ini akan menjadi iklan berjalan (word of mouth) yang efektif dalam penjenamaan diri.

Penilaian dari luar bukan satu-satunya dasar penjenamaan diri. Upaya membangun penjenamaan diri merupakan cara sadar terencana memperkenalkan diri kepada pihak lain.

Banyak produsen besar maupun pribadi terkenal melakukannya secara sistematis. Cara membangun personal branding dapat dilaksanakan oleh siapa saja. Tujuannya tetap yaitu pengakuan atau rekognisi dari pihak lain.

Keluasan berinteraksi membangun medan area pengakuan. Pengakuan dari lingkup yang bukan hanya sejenis memperkuat gema. Pengakuan yang teruji oleh waktu dan lingkup penilai yang berbeda.

Laiknya buah jeruk teruji oleh waktu, keadaan pun ragam penilai. Tidak terdistrak oleh informasi. Jeruk menurut leluhur sekian abad yang lalu tetaplah jeruk menurut genZ. Orange menurut sahabat di UK tetaplah jeruk bagi masyarakat di lereng Merbabu.

Mari tengok: [Serial Gendhuk Limbuk] Dewi Surtikanti dan Tragedi Informasi

2. Kompetensi

Kompetensi menjadi elemen penting dalam penjenamaan diri. Menjadi inti utama yang dijual dari produk. Komponen utama yang tidak membuat orang merasa kecelik kecewa salah menilai dan memilih.

Aneka ukuran dari kompetensi, salah satunya kesesuaian dengan penugasan. Menggambarkan kecakapan seseorang dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan penugasannya. Melibatkan azas keterukuran.

Semisal nih kalau Limbuk mengaku sebagai penulis dengan kompetensi kebun, apakah tepat? Memang sering mengidentikkan diri dengan simbok kebun. Ini bukan kompetensi.

Lah memang simbok alias perempuan yang ngrabuk (memupuk) di kebun. Namun belum selaras dengan kompetensi kecakapan kebun. Ini bukan cara membangun pengenalan lanjut pengakuan yang tepat.

Kompetensi bukan sesuatu yang statis. Aneka upaya untuk meningkatkan kompetensi bagian dari penajaman penjenamaan diri. Sebagai teladan untuk menulis di Kompasiana terdapat aneka sarana meningkatkan kompetensi menulis.

Mari tengok:  Limbuk Belajar Menulis di Kompasiana

3. Atribut sikap/attitude

Unsur pembentuk penjenamaan diri berikutnya adalah sikap/attidude. Sikap menjadi penguat kompetensi dalam personal branding. Kompetensi berkolaborasi dengan sikap. Nilai tambah yang sangat menjual.

Senang sekali belajar puisi dengan Bu Guru Ari. Beliau sungguh kompeten, menguasai puisi dari hati. Eh, beliau juga sangat ramah dan sabar loh.

Sebagai abdi yang rewang alias membantu di kaputren, Limbuk dibekali sikap mengabdi. Kemampuan mendengar tanpa mengadili, melihat dengan cermat dan memberi masukan pada waktu yang tepat. Namun dasar Limbuk suka melupakan pendidikan sikap yang dibekalkan oleh gurunya.

Mari tengok:  Belajar Kearifan Lokal dari Gendhuk Limbuk

4. Proses panjang

Siapapun menyadari bahwa membangun penjenamaan diri bukan proses yang instan. Lahir dari proses panjang untuk menghasilkan buah karya yang bermakna. Pengakuan atas kompetensi dibarengi dengan atribut sikap.

Peribahasa pohon dikenali dari buahnya dengan konteks jeruk menjadi penegas. Butuh waktu yang sangat panjang dari sebutir biji ataupun sebatang bibit muda untuk menghasilkan buah jeruk. Apalagi jeruk dengan atribut yang disukai dan bermanfaat.

Kembali mengambil contoh Limbuk. Mendayagunakan fitur pencarian artikel dengan kata kunci Limbuk, muncul 14 artikel dengan judul mengandung kata Limbuk. Mari simak pilahan berdasarkan penulisnya.

Artikel yang mengandung kata Limbuk pada judulnya ditulis oleh 10 orang. Delapan (8) penulis masing-masing menulis 1 artikel, mbak Indria Salim menulis 2 artikel. Nah sisanya 4 artikel alias 28,5% adalah coretan simbok kebun. [Ini mah karena mbak Indria memberi ruang Limbuk kepada simbok]

Perlu sekian warsa si Limbuk muncul dan bertahan dalam judul artikel yang ikut meramaikan jagad Kompasiana. Menjadi bagian dari cagar aksara bukti proses panjang pembelajaran.

Mari tengok: Gendhuk Limbuk dan Ibu Siem Tjiang Nio di Cagar Budaya "House of Sampoerna"

Pemungkas kata

Cara membangun penjenamaan diri tak ubahnya menghidupi peribahasa pohon dikenali dari buahnya. Selamat membangun pengakuan berdasar kompetensi dan atribut sikap yang terkait.

Salam hangat Limbuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun