Kali Krasak menjadi jalan raya bagi aliran lahar di musim penghujan. Kelumintuan dan keajegan aliran menjadi sarana pengendalian aliran lahar sesuai dengan jalurnya. Mengirim berkah pasir dan batu Merapi, salah satu material bangunan berkualitas tinggi.
Seolah menjadi jemari bagi G. Merapi untuk menggapai Laut Selatan alias Segara Kidul yang secara budaya dipercaya sebagai pasangannya. Nah, alam membentuk harmoni berpasangan. Setiap komponen, Kali Krasak dan Merapi menjadi mata rantai ekologi lingkungan.
Grojogan Watu Purbo Kali Krasak
Mengikuti kaidah gravitasi, aliran Kali Krasak yang bermuatan material mengalir dari tempat tinggi menuju ke tempat yang lebih rendah.Â
Menyimpan energi potensial dan kinetik mengikuti formula tertentu. Secara wadag merangkum aspek masa dan kecepatan aliran serta perbedaan ketinggian alias kecuraman.
Akal budi manusia menata aliran disesuaikan dengan kecuraman aliran. Kita mengenal dam, bangunan untuk membendung aliran dan menata aliran lebih lambat agar aman.Â
Sering sekali dibuat berjenjang sehingga aliran teratas diterjunkan pada bidang berikutnya. Hingga aliran menyentuh bagian paling bawah.
Secara kasat mata terlihat bagaikan grojogan (air terjun bertingkat). Pada beberapa kelerengan cukup beberapa terjunan. Namun pada kelerengan aliran yang curam diperlukan cukup banyak jenjang  grojogan.
Salah satunya adalah Dam atau Grojogan Watu Purbo yang berada sedikit arah hulu dari jembatan Kali Krasak di ruas jalan utama Magelang Yogyakarta. Secara teknis bangunan tak lain adalah dam atau sabo, komponen pengendali aliran lahar dingin.
Era komunikasi digital mampu mengubah suatu bangunan air dam menjadi konten viral. Air terjun bertingkat 6 dengan latar belakang kegagahan G. Merapi. Teknik fotografi dramatis menggunakan shutter speed yang super lambat menghasilkan potret air terjun yang eksotik.