Bisa jadi Kartini ngeblog. Apalagi kalau ada blog keroyokan beyond blogging beliau menjadi kompasianer bersama dengan teman-teman menulisnya. Kartini mengunggah gagasannya, membuat artikel tanggapan atas tulisan teman yang lain. Rosa Abendanon adalah salah satu kompasianer sahabatnya, mereka saling vote dan komen.
Rubrik apa ya yang beliau sasar. Kartini menulis tentang perempuan, pendidikan, budaya, hingga politik pemerintahan di tempat tinggalnya. Lintas rubrik artikel yang dianggitnya. Peduli literasi dan edukasi sematan yang diberikan oleh para kompasianer sahabatnya.
Artikel pembahasan gagasan Kartini yang kontekstual sesuai dengan zamannya. Mengisi rubrik pendidikan perempuan yang kontekstual. Meracik kurikulum kewanitaan. Memadukan capaian pembelajaran ketrampilan dan etika.
Kartini bertindak lokal berpikir global
Menurut Kartini, penguasaan etika dan ketrampilan memampukan manusia berkontribusi secara utuh dalam kehidupan yang lebih baik. Padanannya kini adalah penguasaan hardskill dan softskill. Pemenuhan kemampuan profesional dan attitude perilaku. Mencakup ranah kognitif, psikomotorik hingga afektif.
Lah kalau beliau mengajar perempuan berpolitik praktis ataupun pengetahuan robotik kan tidak sesuai dengan budaya saat itu. Memilih keluarga sebagai basis pendidikan. Pendidikan perempuan sebagai embrionya, perempuan yang terdidik mampu mendidik keluarganya.
Kartini berpikir dan bertindak kontekstual dan realistis. Menyigi optimasi pendidikan perempuan pemantik pendidikan keluarga. Keluarga bagian dari masyarakat yang menyusun bangsa. Keren sekali, bertindak lokal berpikir global.
Kartini realistis, bagian dari penerimaan kenyataan. Cita-cita Kartini sekolah ke jenjang yang lebih tinggi dan keluar dari kelokalan pun kandas. Kartini menjadi bagian budaya masyarakatnya pernikahan muda dan bukan ratu tunggal dalam keluarga.
Tersenyum tulus seraya menimang buah hati tunggalnya Soesalit Djojoadhiningrat pada tanggal 13 September 1904. Senyum Kartini terkatub selamanya, selang beberapa hari kemudian. Titimangsa 17 September 1904, Kartini tutup usia pada usia 25 tahun. Mewariskan pembelajaran pentingnya kesehatan ibu hamil, bagian dari keprihatinan yang selalu diudarnya.
Yes, Kartini Kompasianer kontekstual keren
Kartini sebagai pribadi memang perempuan berusia muda yang pyayi Jawa. Namun spirit jiwa Kartini bersifat universal. Dapat menjelma pada siapa saja dengan latar belakang budaya apa saja. Ini bukan gender, usia, pun pewakil budaya. Ini tentang jiwa visioner.