Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Gendhuk Limbuk dan Ibu Siem Tjiang Nio di Cagar Budaya "House of Sampoerna"

26 Maret 2021   22:55 Diperbarui: 31 Maret 2021   17:54 1065
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pintu masuk pintu berkat Wisma Sampoerna (dok pri)

Dokumentasi seragam marching band Sampoerna yang legendaris. Beliau tersenyum maklum saat keponakan Limbuk bergaya bak mayoret. Pun saat Limbuk minta time out sejenak, berpose sebagai Rara Mendoet gadungan di warung rokok.

Saat Limbuk membatin betapa enaknya dilahirkan sebagai konglomerat serba ada, dengan lembut ditariknya si gendhuk ke lantai atas. Secara wadag di areal ini disajikan aneka merchandise Sampoerna. Dinding yang mewadahi naluri swafoto pun ruang tinjau pabrik di lantai bawah.

Sayang Limbuk berkunjung di hari Minggu sehingga aktivitas buruh linting rokok lewat dari amatan. Jari lentik beliau menunjuk ke ruang pabrik. "Kemakmuran datang dari kebersamaan dan seyogyanya kemakmuran untuk kebersamaan" demikian pesan yang coba Limbuk sarikan.

Pembelajaran tentang setia mulai dari hal kecil. Bermula dari perusahaan dengan nama NV Handel Maatschappij Liem Seeng Tee. Berganti nama menjadi NV Handel Maatschappij Sampoerna. Tanpa meninggalkan sejarah, NV Handel Maatschappij Sampoerna (NV HM Sampoerna) bertransformasi menjadi PT Hanjaya Mandala Sampoerna (PT HM Sampoerna).

Metamorfose dari kesuksesan individu Liem Seeng Tee, menjadi kesempurnaan yang melibatkan 234 karyawan. Ranah usaha dari fokus ekonomi perusahaan menjadi rangkaian gerbong wisata dan seni budaya. Eduwisatabudaya estafet nilai cagar budaya House of Sampoerna.

Wejangan Semar di House of Sampoerna

Melihat sinar mata Limbuk yang masih belum mudheng, Ibu Siem Tjiang Nio mengajak ke gedung samping kiri museum, berupa galeri seni di belakang kafe. Ditatanya dingklik agar Limbuk duduk sejenak di belakang para punakawan, "dengarkan ndhuk kisah Rama Semar"

Gendhuk Limbuk nyantrik di Museum Sampoerna (dokpri)
Gendhuk Limbuk nyantrik di Museum Sampoerna (dokpri)
Ibu Siem Tjiang Nio menuntun Limbuk ke replika wejangan Semar kepada anak-anaknya Gareng, Bagong dan Petruk.

"Bapak Liem Seeng Tee, pendiri dan empunya pabrik ini juga belajar dari Ki Lurah Semar" bisiknya dengan kebanggaan seorang istri.

Dibabarnya kisah awal perjalanan Liem Seeng Tee cilik hingga sebatang kara di negeri orang. Pasangan muda Liem Seeng Tee -- Siem Tjiang Nio yang memaknai suami istri adalah garwa yaitu sigaraning nyawa atau belahan jiwa. Pasangan yang saling mendukung terlihat dari replika warung.

Perjuangan keras dari seorang Liem Seeng Tee. Kisah sepeda armada transportasi awal beliau. Pernik tembakau dan racikannya hingga berkembang menjadi seraksasa kini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun