Tidak hanya fauna di darat, fauna air tawar maupun laut juga merespon perubahan cuaca. Mereka diperlengkapi dengan kepekaan yang menjadi semacam sensor untuk bersahabat dengan cuaca.
Produksi pertanian merupakan akumulasi respon terhadap cuaca. Pertanian dalam artian luas tanaman termasuk perkebunan dan kehutanan, peternakan pun perikanan semua melibatkan unsur cuaca. Bertani berarti bersahabat dengan cuaca.
Cuaca dan sejarah peradaban kehidupan manusia
Sejarah arsitektur tempat tinggal manusia adalah wujud manusia bersahabat dengan cuaca. Bagaimana tempat tinggal manusia di areal kutub dengan iglo. Bentuk atap rumah di daerah tropis yang kaya hujan semisal model atap rumah bagonjong dibandingkan dengan wujud atap daerah gurun curah hujan sangat rendah.
Kehidupan manusia meliputi aspek papan (tempat tinggal), pangan pun sandang (busana). Masing-masing terkait dengan cuaca alam sekitarnya. Arsitektur tempat tinggal yang bersahabat dengan cuaca, diikuti oleh peradaban pangan dan sandang yang merespon cuaca.
Budaya peradaban kuliner juga senyatanya adalah upaya bersahabat dengan cuaca. Beberapa masyarakat memiliki tradisi gelar kuliner sesuai dengan cuaca wilayahnya. Jenis kuliner yang membangkitkan rasa hangat menetralisir cuaca yang dingin dan sebaliknya.
Pemanfaatan bulu angsa, bulu domba pun serat tumbuhan (kapas, rami, bambu) berkaitan dengan cuaca setempat. Sejarah peradaban busana merespon cuaca seiring dengan zaman dan teknologi.
Penutup
Cuaca dan unsur penyusunnya wujud berkat dalam kehidupan. Hidup bersahabat dengan cuaca bagian dari bagaimana manusia menempatkan diri menata dan menyelaraskan harmoni. Kearifan kesadaran dari suatu bagian tatanan yang lebih besar. Selamat bersahabat dengan cuaca.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H