Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Pembelajaran "Zero Run Off System" dari Cagar Budaya Nasional Lawang Sewu

25 Februari 2021   14:11 Diperbarui: 26 Februari 2021   03:28 2843
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menara kembar sebagai tandon air bersih (dok pri)

Memasuki bagian menuju bawah tanah tempat gorong-gorong (saluran air di dalam tanah) berada terasa kesan (maaf) sedikit kumuh. Juga "dibangun kesan kurang nyaman", semisal cerita-cerita seram, ruang suram, senter maupun sepatu boot dengan imej becek. Belum lagi kombinasi pertanyaan berbalut nada bujukan, berani turun?

Sehingga, saat pemandu wisata bertanya, apakah ibu akan turun? Kami duo simbok kebun sepakat iyalah sudah sampai di sini. Ini kunjungan lama, pada tahun 2013. Memilih sepatu boot plus senter dan siap menuruni tangga agak curam di ruang nan gelap. Kalau memang dirancang berkunjung ke areal ini, dapat bersiap mengenakan sepatu yang pas dari rumah.

Sebelum Mas pemandu bercerita lanjut tentang keseraman, simbok secara sistematis mengarahkan pada pertanyaan tentang sistem pembuangan air. Pada bagian ujung bawah tangga didapat bak-bak tandon penampungan air yang semua mengalir melalui pipa pembuangan.

Penampungan air hujan di ruang bawah tanah bangunan Lawang Sewu (dok pri)
Penampungan air hujan di ruang bawah tanah bangunan Lawang Sewu (dok pri)
Bergerak menjauhi tangga mengikuti lorong yang sangat panjang dengan pipa penampungan. Pada beberapa bagian nampak bekas pipa pembuangan air dari wastafel di ruangan tepat diatasnya. Pada bagian kanan, terdapat bak-bak kecil penampungan air berderet yang pernah dialihfungsikan dengan sangat kejam diluar batas kemanusiaan oleh Jepang sebagai ruang tawanan.

Pipa air di ruang bawah tanah bangunan Lawang Sewu (dokpri)
Pipa air di ruang bawah tanah bangunan Lawang Sewu (dokpri)
Pada bagian terjauh dari ujung tangga masuk terdapat kolam yang masih cukup menggenang dengan selang-selang terhubung dengan pompa untuk mengurangi tinggi genangan di lantai bawah tanah. Bila kini lantai sering sekali tergenang air di ruangan bawah tanah, disebabkan oleh masuknya air dari luar akibat pendangkalan parit di luar gedung.

Nah, dengan gambaran tersebut sangat menyedihkan bila dibangun kesan dominan setengah horor di ruangan tersebut. Mengapa ya tidak dilakukan pembalikan kesan semisal disajikan juga rancangan pipa drainasenya. Ruang bawah tanah ini menjadi bagian pembelajaran rancangan arsitektura ekologis tropis yang menarik dan sangat berharga.

Pengelolaan Limpasan Permukaan Hujan

Skema sederhana hujan, pasokan air datang adalah curah hujan. Sebagian air hujan akan diserap oleh tanaman dan kembali ke atmosfer melalui penguapannya. Sebagian masuk ke dalam tanah melalui proses infiltrasi lanjut perkolasi ke lapisan bawah sesuai karakteristik tanah.

Sisanya menjadi limpasan permukaan alias run off. Zero ron off bermakna tidak membiarkan curahan hujan mengalir di permukaan bebas. Air hujan ditampung dan disalurkan dengan kaidah tertentu.

Konsep ini bukanlah sangat baru. Dirancang dan diterapkan dengan sungguh-sungguh pada pembangunan gedung Lawang Sewu pada awal abad 19. Konsep yang tetap relevan hingga saat ini.

Berikut adalah Kajian Aspek Tropis Pada Bangunan Kolonial Lawang Sewu Semarang (Malik, Abdul (2004). Jurnal Jurusan Arsitektur UNDIP. Dengan penekanan pada sistem utilitas air.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun