Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Warisan Budaya Dunia: Antara Borobudur dan Badaling, Batu Bertutur

17 Februari 2021   14:43 Diperbarui: 18 Februari 2021   12:48 1678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Candi Borobudur dari Taman Lumbini (Dokumen Pribadi)

".... formasi X terbentuk pada zaman Pleistosen ... perhatikan tekstur pejal batuan andesit ...." Terngiang pitutur berharga dari Eyang Rahmat. Saat itu saya menyarikan batu bertutur peradaban bangsa melalui sisi kemampuannya menyuburkan lahan.

Sejarah membuktikan catatan perkembangan budaya kehidupan terpahat pada lempengan, wungkulan maupun bangunan bebatuan aneka ukuran. Menjadi warisan budaya antar generasi, laiknya batu bertutur. Prasasti lintas zaman bagian dari ketidakabadian.

Artikel Kompasianer Mas Wuri Handoko tentang pelesestarian warisan budaya dan investasi pariwisata sungguh menggelitik. Menggerakkan jemari simbok untuk merajut ulang artikel dalam bingkai pendukung.

Borobudur Warisan Budaya Dunia

Candi Borobudur merupakan salah satu keajaiban dunia .... Peradaban bangsa kita dicatat sejarah di kancah internasional. Mendapat penetapan warisan budaya dunia (World Heritage) dari UNESCO pada tahun 1991. Borobudur menjadi salah satu asset monumental bangsa bahkan dunia. Bagian dari keistimewaan leluhur kita.

Borobudur berselimut hijau (dokpri)
Borobudur berselimut hijau (dokpri)
Pengetahuan bangsa lain atas Borobudur belum tentu lebih dangkal dari pengenalan kita. Begitu banyak karya cipta dunia yang diinspirasi oleh keagungannya. Aneka publikasi dan publisitas menyoal keluhuran warisan budaya Borobudur.

Silakan baca: Indonesia dalam Kancah Situs Warisan Dunia UNESCO

Kapan dan bilamana sahabat pembaca Kompasiana mengunjungi Borobudur? Bebatuan penyusun Borobudur pun bertutur kebanyakan pengunjung mengelusnya, saat darmawisata sekolah.... Saat mengantar anak-anak (atau sebaliknya diantar orang tua).... Saat mengantar tamu.....

Mendambakan Borobudur juga menjadi impian kunjungan nasional bangsanya. Manula yang semasa mudanya kurang memiliki waktu berkunjung diantar kerabatnya. Semakin meningkat jumlah pengunjung yang memiliki waktu mendengar bebatuan bertutur melalui intensnya amatan.

Pengunjung yang mengagihkan waktu dan hati menyimak batu bertutur. Lebih dari sebagai latar belakang foto unggahan. Melampaui foto sebagai penanda destinasi.

Selain bertutur tentang sejarah peradaban bangsa, bebatuan Borobudur dengan lirih berbisik ada kalanya betapa hiruk pikuk pengunjung saat suasana hening ibadah dibangun. Blitz berkilatan saat cahaya teduh disaputkan. Kepekaan pada rasa bahasa tubuh rohaniawan yang terganggu khusuknya dalam manengku puja seolah terabaikan.

Menyimak dinamika pengelolaan Borobudur sungguh menarik. Dari pengelolaan tujuan wisata lokal menjadi tujuan wisata global. Tetap berharap status Warisan Budaya Dunia sebagai materi jual. Sehingga menumbuhkan kepekaan dan tanggung jawab setiap komponen untuk merawatnya.

Harmoni antara pemangku kepentingan, pengambil kebijakan, sektor pariwisata, sektor pendidikan dan budaya. Edukasi tiada henti untuk setiap pelaku. Pengunjung bersyukur atas anugerah warisan budaya luar biasa melalui rasa hormat.

Badaling, Tembok Raksasa Warisan Budaya Dunia

Saat berkesempatan menikmati keindahan tembok besar Tiongkok (great wall) melalui pintu Badaling, saya terkagum dengan lautan manusia yang merayapinya, mewujudkan mimpi menapaki salah satu keajaiban dunia.

Terhenyak saat berjumpa dengan rombongan keluarga yang memapah pyayi sepuh, beberapa anggota keluarganya menggotong kursi roda lipat sehingga pada bagian datar beliau bisa duduk di kursi dorong. Terasa kekhidmatan rombongan tersebut seolah sedang ziarah peradaban.

Tembok Raksasa, warisan budaya dunia (dokpri)
Tembok Raksasa, warisan budaya dunia (dokpri)
Bila dinikmati dalam hening, bebatuan tembok besar tersebut bertutur tentang pewujudan kedaulatan bangsa atas rongrongan dari wilayah luar. Dokumentasi nyata atas teknologi mengunggah bebatuan dari bawah pada zamannya. Bermeter kubik air mata yang ditumpahkan anggota keluarga penggarap tembok.

Secara pribadi batu tembok juga bertutur bagaimana bertahan atas deraan panas menyengat dan gigilan beku bergantian. Usapan kekaguman berseling cubitan vandalisme. Bebatuan pun menyimpan rapat aneka rahasia pengunjungnya selama menikmati keelokan aneka warna pulasan antar musim.

Mencatat salah satu cara unik yang mungkin bisa diterapkan dengan modifikasi khas budaya setempat. Saat rombongan tiba kami dihampiri fotografer setempat untuk dokumentasi di spot tertentu, cetak foto rombongan berukuran besar akan diisikan pada halaman pertama dari buku indah pariwisata setempat.

Tampilan buku dan cara bertutur petugas sungguh enak, menempatkan setiap pengunjung menjadi bagian sejarah. Banyak pelancong dengan senang hati merogoh kocek yang tak sangat murah, bagian dari promosi wisata yang sangat efektif.

Warisan budaya dunia tembok raksasa, insert adalah sertifikat kunjungan (dokpri)
Warisan budaya dunia tembok raksasa, insert adalah sertifikat kunjungan (dokpri)
Pun pemesanan semacam sertifikat telah mengunjungi Great Wall yang berupa bilah bambu dengan aksara khas bertuliskan nama pengunjung. Pemesanan dapat dilakukan saat datang dan diambil saat pengunjung akan pulang. Membukukan kenangan secara personal, batu Badaling membagi berkah kepada banyak pihak.

Kemasan Wisata Warisan Budaya Dunia

Menepuk dan mengelus batuan Badaling seolah diingatkan bahwa "batu tetangga tidak lebih kasar pun lebih keras dibanding batu di halaman sendiri" Candi Borobudur setara istimewanya dengan Tembok Raksasa, sesama warisan budaya dunia. Semakin disadarkan untuk lebih menghargai batu bertutur yang berserak di Nusantara.

Fitur kemasan wisata warisan budaya dunia tentunya dirancang untuk kelumintuan. Sustainabilitas kawasan warisan budaya dunia yang tidak hanya untuk kepentingan jangka pendek dan wilayah mikro. Mendukung aspek evaluasi status situs yang dilakukan secara berkala.

Sekadar urun rembug, komponen kemasan wisata warisan budaya dunia:

a. Menempatkan pengunjung sebagai bagian budaya sejarah dunia. Penyiapan hati dan hasrat eksplorasi pengunjung atas kawasan yang dikunjunginya. Semisal melalui tahapan ketersediaan sarana theater sajian film.

Film tidak hanya gambar dokumenter. Sajian film sebagai sarana edukasi tanpa menggurui. Menyapa hati setiap pengunjung bersyukur hadir dan menyaksikan kawasan warisan budaya tingkat dunia. Sapaan afektif yang menambah wacana kognitif dan menghaluskan tindakan motorik.

Mengurangi niat vandalis pun memperlakukan kawasan dengan sikap kurang hormat. Membangun kebanggaan atas kawasan. Apalagi kalau diperkuat dengan semacam sertifikat kunjungan. Mungkin terasa absurd, lah ke Candi Borobudur saja ada sertifikatnya. Ini Candi Borobudur, Warisan Budaya Dunia (World Heritage) begitu looh..

b. Pengelolaan berkelas yang humanis. Yuup berpangkal dari pengelolaan mulai dari gerbang awal. Pengelolaan berkelas sekaligus humanis mengikat langkah tindak pengunjung sejak memasuki kawasan. Memfasilitasi sekaligus membimbing pengunjung, ini Anda memasuki kawasan warisan budaya tingkat dunia.

Kenyamanan, kepuasan pengunjung atas kebutuhan rasa keindahan, pengetahuan, kekayaan budaya akan memenuhi hati dan pikirannya. Tiada henti menikmati dan mewartakannya melalui aneka media. Menjadi publikasi tiada ternilai.

Harmonisasi pilar kepariwisataan dan pendidikan kebudayaan secara apik pastilah akan menghasilkan pengelolaan berkelas. Sekaligus humanis, menempatkan human sebagai inti layanan. Pada gilirannya akan juga melayani dan menghargai warisan budaya apa pun tingkatannya, mulai dari situs budaya lokal, nasional hingga dunia.

Penutup

Bebatuan Borobudur bersama batuan berserakan di aneka situs di Nusantara, ibarat ceceran simfoni peradaban bangsa pemuja simbol gula kelapa. Bukan hanya wujud bangunan batu secara wadag. Sesungguhnya setiap kitapun keping batu bertutur ciptaanNya yang menuturkan keagungan Sang Maha.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun