Teduh sunyi damai tenang telaga Sarangan
Indah bukan buatan pemandangan untuk bertamasya
Tempat marga satwa mandi berkecimpung ria
Bebas menghias diri berkicau murai di tepian tlaga
Kolam air ciptaan Tuhan dipagar bukit bukit rimba
Tempat insan datang untuk menghibur lara
Dikakinya gunung Lawu di situ letaknya
Kagum aku memandang keindahanmu oh rahasia alam [Keroncong Telaga Sarangan]
Saat menikmati alunan lagu Keroncong Telaga Sarangan, hati dan jiwa pendengar dibawa ke nuansa alam yang teduh. Harmoni kehidupan marga satwa dan telaga yang apik. Tujuan penciptaan agung kesatuan manusia, alam telaga, bukit rimba. Kearifan lokal mengulik rahasia alam melalui lirik dan melodi.
Betapa setiap jengkal bentang lahan diciptakan secara istimewa. Kesatuan alam, budaya lokal dan tatanan masyarakat yang terbuhul secara unik. Menjadikan harmoni khas tanpa harus dibaluri dengan penanda yang terasa 'nyleneh'.
Bentang Alam Telaga Sarangan Berpagar Bukit
Sebagai bocah arga Lawu sisi Barat, saat kecil saya sering bertanya seperti apa ya keelokan wilayah kaki Lawu sebelah Timur. Ini remah ingatan serial kunjungan dengan rentang waktu lebih dari dua dekade. Liburan akhir tahun 2016 berkesempatan menikmatinya kembali.
Perjalanan menanjak G. Lawu dengan keelokan alam wisata Tawangmangu sungguh memanjakan mata. Jarak dari Tawangmangu ke Telaga Sarangan sekitar 5 km-an. Melewati Cemara Sewu kami memasuki wilayah perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur disambut oleh wilayah Cemara Kandang.
Perbukitan Sidoramping membingkai mangkuk alami telaga. Gunung Lawu tegak memayunginya dari kejauhan. Perpaduan hutan, gunung, telaga menjadikan Telaga Sarangan kawasan tetirah alam kesukaan.
Tak ayal mendapat julukan Little Switzerland alias Swiss alit. Mengingat alam Swiss berpagar pegunungan Alpen yang memiliki panorama cantik. Berbalut kelokalan, Telaga Sarangan tetap cantik dengan bentang alam berpagar bukit.
Legenda Telaga Sarangan dan Nilai Moral yang Diembannya
Keberadaan telaga tidak lepas dari legenda, cerita rakyat yang membalutnya. Mari awali dengan menyimak legenda Telaga Sarangan yang melibatkan Ki dan Nyai Pasir. Â Konon Telaga Pasir (Telaga Sarangan) ini terbentuk oleh ulah mosak-masiknya sepasang naga jelmaan Ki dan Nyai Pasir.
Ada pesan tersirat untuk lebih berhati-hati mengambil dan mempergunakan sesuatu yang belum diketahui pasti asal-usulnya. Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Masyarakat sekitar telaga memiliki ritual khusus labuh sesaji sehubungan dengan telaga ini. Menempatkan diri sebagai bagian dari alam utuh kawasan Telaga Sarangan. Bagian budaya kearifan lokal menjaga ekosistem.
Bingkai Wisata Alam dan Pengembangan Perekonomian Setempat
Apa saja yang dapat dilakukan saat menikmati Telaga Sarangan? Mari dipilih, menikmati gisik telaga dengan naungan payung warna-warni.
Seraya menikmati debur alun riak telaga yang digoyang perahu cepat. Menikmati perairan dengan bebek air yang harus digenjot sendiri yang tentunya menambah keakraban kerja sama. Kami melewatkan pilihan-pilihan ini.
Mau mencoba perahu cepat? Hayook dengan 2 perahu sebagian kami menikmati keriaan telaga Sarangan. Serasa saling adu manuver antar perahu dari tenang ke hempasan berbasah ria, pengunjung dihantar mengitari Telaga.
Untuk buah tangan mari ditenteng kerajinan tangan aneka anyaman bambu, sayuran, buah segar maupun tanaman hias hortikultra setempat.
Setiap pilihan kegiatan di atas berkenaan dengan roda perekonomian setempat. Pelibatan masyarakat lokal dalam pariwisata berbasis alam. Penanaman nilai bahwa kelestarian keelokan Telaga Sarangan berkaitan dengan model pengelolaan wilayah setempat.
Tata letak dan kapasitas bangunan di seputaran bibir Telaga Sarangan. Pengelolaan lahan sayuran dan konservasi lahan menyesuaikan besaran erosi yang dapat ditoleransi.
Kapasitas pemulihan kawasan diperhitungkan dalam pengembangan kawasan wisata. Muaranya adalah penampilan ekologis telaga ini relatif terjaga kelestariannya.
Mari menikmati sajian Telaga Sarangan The Little Switzerland. Bentang alam telaga berpagar bukit, budaya lokal bernilai luhur, mengungkit roda perekonomian setempat. Setiap jengkal ciptaanNya istimewa. Mewartakan sebagian rahasia alam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H