Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Pembelajaran "Kelumintuan" dari Petani di Bantaran Hulu Kali Sunter

11 Februari 2021   00:08 Diperbarui: 11 Februari 2021   17:06 1116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kombinasi cabai rawit-bayam cabut (dokpri)

Bantaran Kali bagian dari sumber belajar. Petani di bantaran hulu Kali Sunter membabar bertani dengan penjadwalan, mengelola risiko harga panen, menata keseimbangan hara tanah. Menerapkan dasar bertani secara lumintu (sustain).

Selintas Kali Sunter

Salah satu kesukaan simbok kebun adalah blusukan di seputar bantaran hulu Kali Sunter. Kagum saja menikmati hulu kali yang mungil dengan aliran tenang. Melaju jauh melintas antar Provinsi dari Jawa Barat ke Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta dan bermuara ke laut Utara Jawa. Menghadirkan jejak danau Sunter yang terkenal dan sungai dengan gejolak luar biasa.

Hulu kali Sunter yang disambangi simbok hanya berukuran lebar sekitar 3m an, kedalaman bervariasi sesuai musim. Begitupun kederasan dan warna air sungainya. Ada kalanya terlihat lumayan jernih. Terkadang menggelegak dengan warna kecoklatan. Indikasi erosi tanah yang lumayan meski di areal hulu.

Hulu Kali Sunter (dokpri)
Hulu Kali Sunter (dokpri)
Kali Sunter memiliki aliran sungai utama sepanjang 37 km. Melintas di bagian Timur kota Jakarta. Memiliki daerah aliran sungai (catchment area) seluas 73.184.092 m2. Debit air bervariasi sesuai dengan curah hujan.

Kali Sunter bagian dari tata sungai Jakarta (sumber gambar wikipedia.org)
Kali Sunter bagian dari tata sungai Jakarta (sumber gambar wikipedia.org)
Kepadatan penghuni kawasan aliran sungai Kali Sunter sangat tinggi. Karakter sungai tidak hanya ditentukan oleh fisiografi dan hidrologinya saja. Perilaku penghuni ikut mewarnai karakter sungai. Di sepanjang sisi aliran sungai ini terdapat beberapa danau yang sebagai bagian pengendalian banjir.

Pembelajaran "Kelumintuan" dari Petani di Bantaran Hulu Kali Sunter

Bantaran hulu kali Sunter menghadirkan dinamika kiprah petani perkotaan pinggiran. Sesaknya hunian, nyempil diantaranya petani menggunakannya untuk budidaya tanaman. Amatan ini sangat mikro hanya spot saat jalan kaki itupun menurut ukuran kekuatan jalan simbok.

Lahan subur di bantaran hulu kali Sunter ini menyuguhkan hamparan tanaman Kapulaga yang tumbuh subur. Dipanen bijinya baik untuk bumbu maupun komponen minuman herbal. Ada yang menanam dalam hamparan lahan terbuka maupun di bawah tegakan tanaman buah semisal rambutan dan pisang.

Hamparan Kapulaga (dokpri)
Hamparan Kapulaga (dokpri)
Terlihat bedengan bayam cabut bersanding dengan kangkung cabut. Ada pula pertanaman secara tumpang sari. Satu hamparan ditanami kombinasi tanaman pada saat yang sama. Kombinasi bayam terong ataupun kangkung cabai rawit.

Obrolan ringan dengan beliau pengelola lahan sayuran ini menyerap aspek "kelumintuan". Lumintu kosakata bahasa daerah Jawa yang menunjuk pada terus menerus ada. Dekat dengan keberlanjutan atau sustainable. 

Kelumintuan memiliki akar budaya yang kuat, bagaimana memelihara alam secara lestari. Kesadaran bahwa manusia bagian dari alam yang memelihara kehidupan.

Beberapa pembelajaran dari amatan selintas di bantaran hulu Kali Sunter:

1. Menanam dengan penjadwalan panen

Hamparan tanaman kangkung darat yang masih lembut, sekitaran umur 10 hari setelah semai. Terpisah oleh parit saluran drainase, di sebelahnya petak kangkung yang lebih besar. Terlihat di bedengan lain, beberapa petani sedang mencabut kangkung.

Sungguh cerdik, para petani tidak tanam serempak namun membuat penjadwalan sehingga dapat dipanen hampir tanpa jeda. Sesuai dengan kemampuan panen dan volume penjualan. Lumintu dalam pekerjaan dan pendapatan.

Bedengan sayuran dengan penjadwalan tanam-panen (dokpri)
Bedengan sayuran dengan penjadwalan tanam-panen (dokpri)
Pasangan kangkung adalah bedengan bayam cabut. Dengan pola tanam yang senada, bergiliran saat panen. Sungguh asiik mengikuti kiprah beliau mencabut hasil panen. Menumpuk dan mengusungnya ke pinggir lahan. Beberapa Ibu sambil berteduh di bawah pohon, mengikat hasil panen dengan ukuran tertentu.

Sepeda motor siap di pinggir lahan untuk menghantar bentelan sayuran segar kepada pengepul. Duh segar hijau sayuran bayam dan kangkung ini. Semoga harga jual memadai ya. Gizi pemelihara kesehatan konsumen, keuntungan dinikmati pula oleh pedagang dan petaninya.

2. Tumpangsari untuk menekan risiko

Ini tampilan di bantaran hulu kali Sunter yang tepat berada di bawah jalan toll. Terlihat kan lalu lalang kendaraan di jalur toll serasa di atas kepala kami pelintas jalur desa. Kombinasi tanaman di lahan terlihat berbeda.

Penanaman sayur di hulu Kali Sunter (dokpri)
Penanaman sayur di hulu Kali Sunter (dokpri)
Hamparan dengan kangkung yang baru tumbuh dengan cabai rawit. Nah dari sisi sebalik jalur toll, ini hamparan kombinasi cabai rawit dan bayam cabut. Prinsip kombinasi usaha quick yielding cepat menghasilkan dan tanaman berumur lebih panjang.

Kombinasi cabai rawit-bayam cabut (dokpri)
Kombinasi cabai rawit-bayam cabut (dokpri)
Cabai rawit umur panjang, dapat dipanen berkali-kali dengan harga bervariasi. Ada kalanya luar biasa pedasnya harga yang membuat petani lumayan bergairah, mencapai hampir 100K perkg di aras pedagang pengecer. Lebih dari 50K per kg dari petani.

Sebaliknya ada masa harga cabai rawit membuat petani menangis, bukan karena kepedasan, namun harga yang anjlok. Kehadiran tanaman pendamping diharapkan menjadi penyulih, penghibur masih ada pendapatan dari bayam ataupun kangkung.

Belajar tentang risiko yang selalu dihadapi petani, mari berguru pada tulisan Mbah Ukik. Beliau menulis bukan hanya berdasar dari pengetahuan. Beliau menuliskannya dari pengalaman beliau pribadi selaku pelaku agribisnis maupun dari komunitas yang beliau dampingi.

3. Tumpangsari untuk keseimbangan hara

Hamparan ini memiliki pola tanam yang berbeda. Tumpang sari antara bayam cabut dengan tanaman terong. Kombinasi perputaran hara tanah yang apik. Organ panenan daun bayam berpadu dengan hasil buah terong.

Bedengan bayam cabut-terong (dokpri)
Bedengan bayam cabut-terong (dokpri)
Hara tanah yang diserap oleh panenan daun, berbeda dengan hara tanah yang diserap oleh panenan buah. Petani sedang menata harmoni serapan hara dari tanah. Panenan bayam dilakukan dengan pencabutan. Pemanenan terong dengan memetik buahnya.

Terjadi pengembalian sisa tanaman terong. Petani sedang memainkan proses daur ulang (nutriet cycling). Berupaya memelihara tingkat kesuburan tanah.

4. Tumpangsari untuk lumintu

Menarik, petani menanam pandan wangi di pematang. Bedengan utama untuk penanaman sayuran. Panenan pandan memiliki spektrum penjualan cukup luas dari bumbu, campuran bunga tabur hingga dekorasi.

Pandan wangi di pematang (dokpri)
Pandan wangi di pematang (dokpri)
Penanaman pandan di area pematang tanpa mengurangi areal bedeng utama. Akar pandan diharapkan mampu memperkokoh pematang. Mempermudah pergerakan petani dengan cara melompat antar tanaman pandan yang dipertahankan ketinggiannya.

Upaya penjadwalan tanam dan panen, pengelolaan risiko gagal panen atau harga jatuh juga penataan keseimbangan hara bagian dari usaha lestari. Menjadi pijakan usaha yang lumintu (sustain). Kelumintuan yang mempertimbangkan aspek ekonomi, lingkungan dan budaya setempat.

Wasanakata

Catatan ringan jalan kaki simbok di bantaran hulu Kali Sunter. Tentunya jauh dari pakem dan praktik. Tanggapan dan catatan dari sahabat pembaca pastinya akan memperkaya makna.

Artikel ke 222 di Kompasiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun