Bantaran Kali bagian dari sumber belajar. Petani di bantaran hulu Kali Sunter membabar bertani dengan penjadwalan, mengelola risiko harga panen, menata keseimbangan hara tanah. Menerapkan dasar bertani secara lumintu (sustain).
Selintas Kali Sunter
Salah satu kesukaan simbok kebun adalah blusukan di seputar bantaran hulu Kali Sunter. Kagum saja menikmati hulu kali yang mungil dengan aliran tenang. Melaju jauh melintas antar Provinsi dari Jawa Barat ke Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta dan bermuara ke laut Utara Jawa. Menghadirkan jejak danau Sunter yang terkenal dan sungai dengan gejolak luar biasa.
Hulu kali Sunter yang disambangi simbok hanya berukuran lebar sekitar 3m an, kedalaman bervariasi sesuai musim. Begitupun kederasan dan warna air sungainya. Ada kalanya terlihat lumayan jernih. Terkadang menggelegak dengan warna kecoklatan. Indikasi erosi tanah yang lumayan meski di areal hulu.
Pembelajaran "Kelumintuan" dari Petani di Bantaran Hulu Kali Sunter
Bantaran hulu kali Sunter menghadirkan dinamika kiprah petani perkotaan pinggiran. Sesaknya hunian, nyempil diantaranya petani menggunakannya untuk budidaya tanaman. Amatan ini sangat mikro hanya spot saat jalan kaki itupun menurut ukuran kekuatan jalan simbok.
Lahan subur di bantaran hulu kali Sunter ini menyuguhkan hamparan tanaman Kapulaga yang tumbuh subur. Dipanen bijinya baik untuk bumbu maupun komponen minuman herbal. Ada yang menanam dalam hamparan lahan terbuka maupun di bawah tegakan tanaman buah semisal rambutan dan pisang.
Obrolan ringan dengan beliau pengelola lahan sayuran ini menyerap aspek "kelumintuan". Lumintu kosakata bahasa daerah Jawa yang menunjuk pada terus menerus ada. Dekat dengan keberlanjutan atau sustainable.Â
Kelumintuan memiliki akar budaya yang kuat, bagaimana memelihara alam secara lestari. Kesadaran bahwa manusia bagian dari alam yang memelihara kehidupan.
Beberapa pembelajaran dari amatan selintas di bantaran hulu Kali Sunter:
1. Menanam dengan penjadwalan panen
Hamparan tanaman kangkung darat yang masih lembut, sekitaran umur 10 hari setelah semai. Terpisah oleh parit saluran drainase, di sebelahnya petak kangkung yang lebih besar. Terlihat di bedengan lain, beberapa petani sedang mencabut kangkung.
Sungguh cerdik, para petani tidak tanam serempak namun membuat penjadwalan sehingga dapat dipanen hampir tanpa jeda. Sesuai dengan kemampuan panen dan volume penjualan. Lumintu dalam pekerjaan dan pendapatan.
Sepeda motor siap di pinggir lahan untuk menghantar bentelan sayuran segar kepada pengepul. Duh segar hijau sayuran bayam dan kangkung ini. Semoga harga jual memadai ya. Gizi pemelihara kesehatan konsumen, keuntungan dinikmati pula oleh pedagang dan petaninya.
2. Tumpangsari untuk menekan risiko
Ini tampilan di bantaran hulu kali Sunter yang tepat berada di bawah jalan toll. Terlihat kan lalu lalang kendaraan di jalur toll serasa di atas kepala kami pelintas jalur desa. Kombinasi tanaman di lahan terlihat berbeda.
Sebaliknya ada masa harga cabai rawit membuat petani menangis, bukan karena kepedasan, namun harga yang anjlok. Kehadiran tanaman pendamping diharapkan menjadi penyulih, penghibur masih ada pendapatan dari bayam ataupun kangkung.
Belajar tentang risiko yang selalu dihadapi petani, mari berguru pada tulisan Mbah Ukik. Beliau menulis bukan hanya berdasar dari pengetahuan. Beliau menuliskannya dari pengalaman beliau pribadi selaku pelaku agribisnis maupun dari komunitas yang beliau dampingi.
3. Tumpangsari untuk keseimbangan hara
Hamparan ini memiliki pola tanam yang berbeda. Tumpang sari antara bayam cabut dengan tanaman terong. Kombinasi perputaran hara tanah yang apik. Organ panenan daun bayam berpadu dengan hasil buah terong.
Terjadi pengembalian sisa tanaman terong. Petani sedang memainkan proses daur ulang (nutriet cycling). Berupaya memelihara tingkat kesuburan tanah.
4. Tumpangsari untuk lumintu
Menarik, petani menanam pandan wangi di pematang. Bedengan utama untuk penanaman sayuran. Panenan pandan memiliki spektrum penjualan cukup luas dari bumbu, campuran bunga tabur hingga dekorasi.
Upaya penjadwalan tanam dan panen, pengelolaan risiko gagal panen atau harga jatuh juga penataan keseimbangan hara bagian dari usaha lestari. Menjadi pijakan usaha yang lumintu (sustain). Kelumintuan yang mempertimbangkan aspek ekonomi, lingkungan dan budaya setempat.
Wasanakata
Catatan ringan jalan kaki simbok di bantaran hulu Kali Sunter. Tentunya jauh dari pakem dan praktik. Tanggapan dan catatan dari sahabat pembaca pastinya akan memperkaya makna.
Artikel ke 222 di Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H