Sebaliknya ada masa harga cabai rawit membuat petani menangis, bukan karena kepedasan, namun harga yang anjlok. Kehadiran tanaman pendamping diharapkan menjadi penyulih, penghibur masih ada pendapatan dari bayam ataupun kangkung.
Belajar tentang risiko yang selalu dihadapi petani, mari berguru pada tulisan Mbah Ukik. Beliau menulis bukan hanya berdasar dari pengetahuan. Beliau menuliskannya dari pengalaman beliau pribadi selaku pelaku agribisnis maupun dari komunitas yang beliau dampingi.
3. Tumpangsari untuk keseimbangan hara
Hamparan ini memiliki pola tanam yang berbeda. Tumpang sari antara bayam cabut dengan tanaman terong. Kombinasi perputaran hara tanah yang apik. Organ panenan daun bayam berpadu dengan hasil buah terong.
Terjadi pengembalian sisa tanaman terong. Petani sedang memainkan proses daur ulang (nutriet cycling). Berupaya memelihara tingkat kesuburan tanah.
4. Tumpangsari untuk lumintu
Menarik, petani menanam pandan wangi di pematang. Bedengan utama untuk penanaman sayuran. Panenan pandan memiliki spektrum penjualan cukup luas dari bumbu, campuran bunga tabur hingga dekorasi.
Upaya penjadwalan tanam dan panen, pengelolaan risiko gagal panen atau harga jatuh juga penataan keseimbangan hara bagian dari usaha lestari. Menjadi pijakan usaha yang lumintu (sustain). Kelumintuan yang mempertimbangkan aspek ekonomi, lingkungan dan budaya setempat.