Obrolan ringan dengan beliau pengelola lahan sayuran ini menyerap aspek "kelumintuan". Lumintu kosakata bahasa daerah Jawa yang menunjuk pada terus menerus ada. Dekat dengan keberlanjutan atau sustainable.Â
Kelumintuan memiliki akar budaya yang kuat, bagaimana memelihara alam secara lestari. Kesadaran bahwa manusia bagian dari alam yang memelihara kehidupan.
Beberapa pembelajaran dari amatan selintas di bantaran hulu Kali Sunter:
1. Menanam dengan penjadwalan panen
Hamparan tanaman kangkung darat yang masih lembut, sekitaran umur 10 hari setelah semai. Terpisah oleh parit saluran drainase, di sebelahnya petak kangkung yang lebih besar. Terlihat di bedengan lain, beberapa petani sedang mencabut kangkung.
Sungguh cerdik, para petani tidak tanam serempak namun membuat penjadwalan sehingga dapat dipanen hampir tanpa jeda. Sesuai dengan kemampuan panen dan volume penjualan. Lumintu dalam pekerjaan dan pendapatan.
Sepeda motor siap di pinggir lahan untuk menghantar bentelan sayuran segar kepada pengepul. Duh segar hijau sayuran bayam dan kangkung ini. Semoga harga jual memadai ya. Gizi pemelihara kesehatan konsumen, keuntungan dinikmati pula oleh pedagang dan petaninya.
2. Tumpangsari untuk menekan risiko
Ini tampilan di bantaran hulu kali Sunter yang tepat berada di bawah jalan toll. Terlihat kan lalu lalang kendaraan di jalur toll serasa di atas kepala kami pelintas jalur desa. Kombinasi tanaman di lahan terlihat berbeda.