Ada bagian yang memikat, di seberang Taman Panorama. Terlihat jajaran mobil parkir kemudian untaian bentukan fisik meliuk seolah merapat di tebing. Olala itulah Janjang Saribu.
Kini takikan asli telah salin rupa menjadi fasilitas rekreasi menjadi semacam tembok berjenjang semacam tembok raksasa di Beijing. Great wall kreasi masyarakat Minang. Nah kan, bisa trekking, belajar sejarah sekaligus sosial budaya setempat. Hiks saya harus puas dengan menatapnya dari kejauhan, sangat menyadari kapasitas lutut.
Apresiasi untuk penataan jalur pergerakan di Taman Panorama ini. Diharapkan tidak terjadi penumpukan pengunjung di satu titik. Rasanya setiap spot menyuguhkan panorama yang memikat dengan latar Ngarai Sianok subur dibingkai tebing terjal. Pahatan Agung dari Sang Pencipta, Kreator Sejati. Berlatar menjulangnya Gunung Singgalang di kejauhan.
Geowisata Geopark Nasional Ngarai Sianok
Pencapaian status geopark Nasional yang penuh perjuangan ini kiranya menjadi dasar pengembangan Ngarai Sianok. Geopark selalu mendasarkan pada diversitas. Diversitas geologi, keragaman flora fauna juga keunikan budaya lokal.
Saat di lembah Sianok, dekat dengan Bukik Takuruang, sempat singgah sejenak di kebun bunga dahlia milik masyarakat lokal. Luar biasa keragaman dahlia yang teramati. Suasana lembah seolah terkurung dengan kondisi ekologi yang khas tentunya didukung oleh keragaman flora fauna.
Keunikan budaya lokal. Kami datang ke Ngarai Sianok, kami ingin berjumpa dan belajar dengan budaya khas setempat. Budaya penunjang yang unik semisal tenun khas di Pandai Sikek. Menjaga warna budaya khas menjadi tantangan tersendiri. Estafet pewarisan budaya, bukan konservasi budaya statis.