Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Wangi Melati, Antara Filosofi Tradisi dan Ekonomi

25 September 2020   21:07 Diperbarui: 26 September 2020   11:21 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Periode berharga ini dalam budaya Jawa dilekatkan dengan karakter tembang macapat yaitu Maskumambang. Bagaikan emas permata yang mengapung di samudera kehidupan mini, garba rahim ibunda.

Tradisi periode kelahiran, saya ambilkan contoh saat mitoni atau menujuh bulani, kehamilan memasuki usia 7 bulan. Serentetan prosesi yang membuhul makna memohon berkat Tuhan agar pertumbuhan sang jabang bayi seturut dengan rahmatNya. Seturut dengan titah, AKU mengenal dan membentuk engkau sejak dalam kandungan.

Nah, rangkaian melati hadir dalam prosesi, semisal saat acara mandi ibunda calon ibu. Dalam rangkaian membelah cengkir, kelapa sangat muda yang dihubungkan dengan dugaan jenis kelamin sang jabang bayi. Meski kini akan dipindai oleh dokter kandungan dengan USG.

Pasca kelahiran, akan diikuti oleh tradisi tedhak siti. Sang bayi yang masih belum mampu berdiri, secara simbolis ditapakkan kakinya ke bumi. Filosofi dan rangkaian doa agar sang buah hati diberkati dengan bersahabat dengan tanah atau bumi.

Rangkaian melati hadir, melalui banyak variasi. Semisal sebagai rangkaian panjang yang menghiasi kranji, kurungan ayam dari material bambu. Doa yang dilantunkan agar sang bayi sangat mengenal dan menghargai lingkungan kecilnya, hingga saatnya membuka diri ke dunia yang lebih luas. Pemahaman bahwa manusia adalah bagian dari alam dan lingkungan sosial.

Periode pernikahan. Rangkaian melati hadir dalam banyak ragam pada periode pernikahan ini. Mari lihat secara terpusat saja melalui sosok sang sepasang pengantin. Pada prosesi pernikahan secara adat, rasanya aroma melati sangat pekat menguar dari tubuh dua sejoli.

Bunga melati dalam pernikahan (dok pri)
Bunga melati dalam pernikahan (dok pri)
Mari simak dari bagian tubuh paling atas. Rangkaian melati menghiasi sanggul mempelai wanita. Hampir membungkus sanggul dengan rangkaian pola kawung. Kawung yang dekat dengan makna mengosongkan diri.

Pada bagian dada. "Roncen tiba dada" untaian melati menjuntai dari atas yaitu kepala ke dada hingga pinggang mempelai putri.  Rangkaian melati Juga melingkar anggun dari leher ke dada pengantin pria. Sering dikalungkan oleh ayahanda mempelai putri kepada pengantin pria saat panggih atau temu sebagai simbol penerimaan.

Mari tengok bagian pinggang belakang pengantin pria. Pada tradisi Jawa, umumnya mempelai mengenakan keris di belakang dengan aturan susunan tertentu. Sebentuk rangkaian melati menghias kepala keris.

Mengawali kehidupan pernikahan dengan ketulusan, bersendikan restu dari keluarga. Bersenjatakan kesucian dalam menegakkan bahtera rumah tangga. Mengasah ketajaman senjata dalam perjuangan kehidupan bermodalkan putih dan sederhananya melati.

Saat kematian. Periode berakhirnya masa bhakti di bumi. Dari tanah insan akan kembali ke tanah. Kembali rangkaian melati hadir, entah sebagai penghias peti atau keranda. Juga bunga tabur. Pengingat keharuman budi tak lekang oleh waktu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun