Usai menyantap Rendang juga Coto Makassar yang lumayan berat. Mari coba kuliner yang lebih ringan rasanya. Minuman hangat atau dingin? Bagaimana kalau segelas bir pletok sebagai penutup.
Bir apa yang tidak membuat mabuk? Bir pletok tentunya. Minuman yang lekat dengan rakyat. Sekumpulan peronda yang menjaga keamanan memerlukan minuman yang menghangatkan dan menjaga stamina.
Imajinasi suara pletok saat toewan Belanda membuka botol bir, menjadi inspirasi penamaan bir pletok. Minuman lokal kaya manfaat sarat kearifan lokal. Tak lekang oleh zaman, kontekstualisasi penyajian selaras zaman. Kini cukup banyak hotel yang menyajikan bir pletok sebagai minuman selamat datang sambut tetamu.
Nah, bir pletok mendapat penetapan sebagai warisan budaya takbenda tingkat Nasional pada tahun 2014 dengan noreg 201400127. Pengusungnya adalah Jakarta.
Nah inilah Rendang, Coto Makassar serta Bir Pletok bagian dari cagar kuliner. Warisan budaya takbenda tingkat Nasional. Masih banyak jenis kuliner lain yang juga mendapat penetapan sebagai warisan budaya takbenda. Keberadaannya dilindungi oleh perundangan.
Mari bergiat perkenalkan dan rawat kelestarian menu lokal. Bagian dari kekayaan budaya. Racikan khasiat yang tertata secara logika, disajikan memenuhi kaidah etika dan estetika. Serta memuat filosofi harmoni.
Salatiga, 15 Agustus 2020. Salam kuliner Nusantara. Selamat berakhir pekan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H