Mensyukuri peringatan Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) 29 Mei 2020. Melongok sejenak artikel 2 tahun lalu 29 Mei 2018 bertajuk Taman Kota yang Ramah "WULAN" Rasanya masih tetap relevan dengan tema HLUN 2020 yaitu Negara hadir untuk lansia.
Kilas balik perjalanan berbangsa Negara Kesaruan Republik Indonesia. Pada tanggal 29 Mei 1945, Bapak Dr KRT Radjiman Wediodiningrat ditunjuk sebagai pemimpin sidang  Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Beliau sebagai peserta tersepuh usia 66 tahun.
Usia yang merangkum pengalaman, wawasan luas dan kematangan jiwa. Salah satu bukti bahwa warga usia lanjut adalah bagian berkat bangsa. Inilah tonggak awal penetapan 29 Mei sebagai Hari Lanjut Usia Nasional.
Menyimak piramida penduduk Indonesia berdasarkan umur data 2019 dengan struktur dasar piramida. Aneka dasar penetapan sebutan lanjut usia. Diantaranya pilahan lanjut usia (elderly) dari 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) 75-90 tahun dan sangat tua (very old) di atas 90 tahun.
Secara Nasional, warga lanjut usia juga bagian dari sumberdaya manusia yang tak terpisahkan. Pembangunan manusia berusia lanjut baik dalam pendayagunaan potensi maupun tanggung jawab pemeliharaan masa sepuhnya.
Klaster warga lanjut usia ini menjadi berkat sekaligus tanggung jawab didalamnya. Semisal dalam masa pandemi COVID 19 ini ditengarai warga lanjut usia termasuk rentan. Daya tahan tubuh menurun seiring dengan mulai merosotnya fungsi organ.
Kesediaan warga lanjut usia dalam isolasi mandiri bagian dari tanggung jawab. Sebaliknya juga, pembatasan gerak ini dirasakan sangat menekan warga sepuh, menguatnya rasa bosan dan kesepian.
Lanjut usia sebagai berkat
 "Umur panjang ditangan kanannya. Ditangan kiri kekayaan. Dan kehormatan selama-lamanya" nukilan lirik pujian. Lanjut usia, kekayaan dan kehormatan menjadi sepaket berkat.
Menjadi tua adalah proses alamiah. Berkesempatan memiliki umur panjang atau lanjut usia (lansia) adalah karunia. Tidak semua orang berkesempatan umur panjang. Bagaimana menyikapi hari tua adalah pilihan.
Kekayaan, ya warga lanjut usia sungguh orang kaya. Tidak selalu berkaitan dengan hartawan atau banyak harta. Namun pastinya kaya pengalaman hidup. Kaya kebijaksanaan yang bukan hanya berasal dari pengetahuan.
Memiliki kekayaan batin. Mengalami sederet gemblengan pendidikan karakter. Mengikuti langgam tembang macapat beliau sudah melewati masa maskumambang (pembentukan dan perkembangan janin), mijil (kelahiran), kinanthi (pendampingan pertumbuhan), sinom (masa muda), pun romantika  asmarandana.
Sudah pula melewati masa gambuh, dandanggula (manis pahitnya kehidupan). Melanglang durma, memberikan pengabdian melalui kehidupannya bagi masyarakat dan bangsa. Hingga kini memasuki periode pangkur, masa meninggalkan nilai yang berakar pada kefanaan yang bersifat sementara. Banyak orang mengatakan saatnya hamandita.
Proses ini tidak selamanya linier dan mengikuti fungsi umur. Cukup banyak warga usia relatif muda memiliki karakter durma penuh pengabdian hingga waskita bijaksana dalam pikir dan sikap.
Kehormatan, yah warga lanjut usia layaknya bermahkotakan kehormatan. Kehormatan yang bukan berpangkal pada gelar maupun pangkat. Kehormatan yang melekat karena selarasnya kata ucap, buah pikir dan laku tindak. Kehormatan yang berakar dari integritas tinggi.
Cukup banyak warga lanjut usia yang SMART. Beliau hidup sehat, mandiri, aktif dan produktif. Menjadi berkat bagi lingkungan mulai dari keluarga, komunitas dan orang-orang yang diperjumpakan dengannya.
Karunia kelemahan saat lanjut usia
Tidak dipungkiri bahwa pada saat lanjut usia juga sering dibarengi dengan aneka kelemahan. Berkurangnya kemampuan fisik semisal pendengaran, penglihatan menjadi tidak seawas dulu. Terjadi pengalihan kendali diri, tidak selamanya menjadi leader, ada saatnya hidup dalam bimbingan atau pertolongan orang lain.
Kelemahan bisa mendatangkan rasa frustasi. Namun sekaligus kelemahan ini menjadi bagian dari karunia. Hah, bagaimana bisa menerima kelemahan menjadi karunia?
Karunia kelemahan dirasakan saat kita belajar tentang keniscayaan perubahan. Tiada yang abadi kecuali perubahan. Perubahan dari muda menjadi lanjut usia. Perubahan dari perkasa menjadi biasa saja. Tidak selamanya kuat. Menerima kelemahan sebagai bagian alami perubahan. Saat itulah karunia kelemahan dirasakan.
Kelemahan juga mengajarkan saat menerima kendali pihak lain berdampingan dengan kemandirian kita. Bersyukur sekali saat melihat banyak warga lansia yang mampu mandiri dalam banyak aspek keseharian.
Menjadi sangat melelahkan saat 'rasa bisa sendiri' berbenturan dengan keterbatasan. Terjadi penolakan bantuan kendali dari orang lain. Kendali tidak selalu berarti dikuasai orang lain. Bersahabat dengan teknologi semisal alat bantu dengar, kursi roda juga bagian dari berdamai dengan kendali. Saat berdamai menyatukan kemandirian dengan kelemahan, itulah rasa karunia.
Selamat menikmati berkat lanjut usia. Selamat Hari Lanjut Usia Nasional, 29 Mei 2020. Â Umur panjang ditangan kanannya. Ditangan kiri kekayaan dan kehormatan.
Catatan: dimuat juga dengan penyesuaian di blog pribadi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H