Lagu dolanan Pitik Tukung dari Jawa, sebagai contoh:
Aku duwe pitik pitik tukung
Saben dina tak pakani jagung
Petok gok gok petok petok ngendhog pitu
Tak ngremake netes telu
Kabeh pitik trondol dol tanpa wulu
Megal megol gol gawe guyu
(Aku punya ayam tukung. Setiap hari ku beri makan jagung. Petok gok gok petok petok bertelur 7. Ku eramkan menetas 3. Semuanya ayam trondol tanpa bulu. Megal megol membuat tertawa)
Lagu dolanan ini sangat indah saat dinyanyikan, iramanya membuat tubuh ingin bergoyang. Nah raut muka menjadi tersenyum, kendor dari kaku. Coba saja dilagukan dengan sikap badan tegak bak upacara, apalagi dengan raut muka dan nada sedih, alamak bakalan ambyar.
Meski disusun dengan lirik sederhana, lagu Pitik Tukung tetap indah. Mengikuti kaidah guru lagu atau pantun, kesamaan bunyi huruf di akhir kalimat. Mari simak ung (u), ung (u), u, u, u, u.
Menurut para ahli budaya lagu dolanan/permainan tidak termasuk kategori tembang. Tembang melibatkan bahasa sastra yang indah. Lah lagu dolanan menggunakan bahasa sederhana.
Mari simak lebih rinci. Lagu dolanan Pitik Tukung mengandung pembelajaran cinta kasih terhadap sesama ciptaan. Pitik atau ayam juga ciptaan Tuhan, mengajak bersyukur kepada Sang Maha Pencipta.
Memiliki peliharaan semisal ayam memerlukan pemeliharaa. Setiap hari diberi pakan berupa jagung. Tanpa pemeliharaan si ayam akan mogok. Pada gilirannya ayam juga memelihara kesehatan manusia. Memberikan telur dan dagingnya yang sedap nikmat.
Telur perlu dierami oleh induk hingga menetas. Belajar proses. Dari 7 telur hanya 3 yang menetas alias hampir 50%. Mengenal kata berhasil dan belum atau tidak berhasil
Menyisip juga hereditas pewarisan sifat dari genetika. Dari si induk punya 3 ayam trondol alias brondol tanpa bulu. Benih rasa ingin tahu pewarisan sifat dari tetua kepada turunannya.