Bagi penyuka dongeng, cerita rakyat Enthit sangat disukai. Telaah lebih dalam dengan dasar 'teori kepo', Enthit bukan hanya dongeng tradisional namun merasuk futuristik. Bahkan mengulik sisi kecukupan pangan. Menginspirasi peneliti hingga pimpinan negeri.
Loh koq bisa? Sabar. Mari simak telaah berikut ini.
Enthit Dongeng Tradisional
Enthit merupakan varian dongeng Panji yang terkenal dari Jawa Timur. Berkisah tentang pencarian hingga bertemunya Raden Panji Asmara Bangun dari kerajaan Jenggala dengan Dyah Ayu Dewi Galuh Candrakirana.
Tersebab oleh keadaan keduanya terberaikan dan suara hati masing-masing mendorongnya untuk saling mencari. Sang penganggit cerita tutur menetapkan lakon, dipertemukan dalam posisi saling tersamar. Dibutuhkan kearifan untuk saling mengenali.
Syahdan, Raden Panji Asmara Bangun salin rupa menjadi seorang petani. Penampilan fisik tak diperhitungkan. Memiliki keahlian bertanam sehingga tampilan sawah ladangnya memikat siapapun.
Sedangkan Dewi Galuh Candrakirana, tetap dicasting sebagai perempuan menawan bernama Ragil Kuning. Wanita muda, cantik, memiliki kecerdasan sosial tinggi. Memadukan keramahan dan kewaspadaan.
Sesi pertemuan di lahan pertanian disajikan dengan berbalas pantun dilagukan. Menggunakan media pertanaman. Berikut cuplikannya. [mohon maaf saya terjemahkan secara bebas, meski sedikit mengurangi keindahan percakapan]
"Enthit.....siapakah yang menanam padi nan subur ini?"
"Weladalah bidadari cantik. Akulah yang menanam. Ambillah bila kau mau. Sekalian dengan hatiku, ambillah."
"Tidak, Enthit. Aku hanya bertanya saja."
"Enthit.....siapakah yang menanam jagung bertongkol besar ini?"
"Suara merdumu merontokkan hatiku, dyah ayu. Akulah yang menanam. Ambillah bila kau mau. Sekalian dengan hatiku, ambillah."
"Tidak, Enthit. Aku hanya bertanya saja."
"Enthit.....siapakah yang menanam mentimun berbuah lebat ini?"
"Kekepoanmu mengalahkan kewarasanku, cantik. Akulah yang menanam. Ambillah bila kau mau. Seluruh kekayan dan hatiku hanya untukmu."
"Tidak, Enthit. Hatiku sudah ada yang punya."
Terjadi 'tragedi' si Enthit tdak mampu menahan diri. Menubruk Ragil Kuning yang siaga dengan senjata tajam untuk melindungi kehormatan diri. Sang penulis lakon menampilkan wujud asli Raden Panji Asmara Bangun dan Dewi Galuh Candrakirana.
Akhir cerita dengan bahagia. Melambungkan impian setiap pendengarnya. Kesetiaan yang teruji oleh aneka kesulitan. Kearifan lokal sarana edukasi tata krama.
Enthit Dongeng Futuristik
Mari kita sedikit ubah narasi percakapan Enthit dengan Ragil Kuning. Tetap dengan esensi tanya jawab yang dilantunkan dengan nada kenes menggemaskan.
"Enthit.....siapakah yang menanam padi dengan kandungan beta karoten tinggi ini?"
"Weladalah bidadari cantik. Akulah yang menanam golden rice ini. Aku memiliki kepedulian tinggi dengan problema malnutrisi balita dunia. Ambillah bila kau mau. Sekalian dengan hatiku, ambillah."
"Enthit.....siapakah yang menanam jagung QPM (quality protein maize) ini?"
"Suara merdumu merontokkan hatiku, dyah ayu. Akulah yang menanam. Jagung QPM dengan kandungan asam amino esensial lisin dan triptofan yang lebih tinggi dari jagung biasa. Terobosan perbaikan gizi abad kini. Ambillah bila kau mau. Sekalian dengan hatiku, ambillah."
"Enthit.....siapakah yang menanam buah semangka berdaun sirih ini?"
"Kekepoanmu mengalahkan kewarasanku, cantik. Akulah yang menanam. Aslinya sih lagu karya Rinto Harahap yang dinyanyikan Broery Pesolima. Terinspirasi penerapan bioteknologi pertanian. Ambillah bila kau mau. Seluruh kekayan dan hatiku hanya untukmu."
Nah kan, jadilah dongeng futuristik. Serasa fiksi ilmiah yang pada saatnya terwujud. Kini berkembang penelitian untuk peningkatan hasil pertanian baik dari sisi produksi dan kualitas.
Perspektif Kecukupan Pangan
Percakapan Enthit dan Ragil Kuning sangat terasa sebagai negosiasi. Pertanyaan dan jawaban, ada persyaratan yang dipenuhi. Hingga berakhir bahagia.
Materi pertanyaan tentang padi, jagung dan mentimun. Padi dan jagung menjadi simbol pangan kecukupan karbohidrat. Mentimun dapat dimaknai sebagai simbol pangan sayur dan buah. Penyedia vitamin, serat dan mineral. Bukankah paduannya menyoal kecukupan pangan?
Mari simak sang pemeran. Ragil Kuning. Seorang perempuan, cerdas, murah hati dan memiliki kesetiaan teruji. Mari pandang sebagai Ibu Pertiwi. Ibu bumi dengan segala kebaikannya.
Enthit, jelmaan ksatria berbudi. Pantang putus asa mencari putri belahan jiwanya. Mari pandang Enthit adalah perlambang para peneliti juga para pemimpin negeri.
Enthit bekerja dengan sungguh-sungguh. Terlihat dari panenan padi, jagung dan mentimun. Bukankah ini bagian dari kesejahteraan rakyat.
Negosiasi yang digambarkan dalam percakapan Enthit-Ragil Kuning. Bukankah ini juga dapat dimaknai sebagai bakti anak negeri. Peneliti, praktisi, politisi dan seluruh komponen negeri menjaga kewibawaan Ibu Pertiwi. Melalui kecukupan pangan sebagai bukti.
Nah inilah narasi Kearifan Enthit Dongeng Tradisional-Futuristik, Menyoal Kecukupan Pangan. Menuliskannya dengan dasar 'teori kepo'. Penyemarak Hari Dongeng 2020. Pastinya sahabat pembaca Kompasiana berkenan melengkapinya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H