"Enthit.....siapakah yang menanam jagung bertongkol besar ini?"
"Suara merdumu merontokkan hatiku, dyah ayu. Akulah yang menanam. Ambillah bila kau mau. Sekalian dengan hatiku, ambillah."
"Tidak, Enthit. Aku hanya bertanya saja."
"Enthit.....siapakah yang menanam mentimun berbuah lebat ini?"
"Kekepoanmu mengalahkan kewarasanku, cantik. Akulah yang menanam. Ambillah bila kau mau. Seluruh kekayan dan hatiku hanya untukmu."
"Tidak, Enthit. Hatiku sudah ada yang punya."
Terjadi 'tragedi' si Enthit tdak mampu menahan diri. Menubruk Ragil Kuning yang siaga dengan senjata tajam untuk melindungi kehormatan diri. Sang penulis lakon menampilkan wujud asli Raden Panji Asmara Bangun dan Dewi Galuh Candrakirana.
Akhir cerita dengan bahagia. Melambungkan impian setiap pendengarnya. Kesetiaan yang teruji oleh aneka kesulitan. Kearifan lokal sarana edukasi tata krama.
Enthit Dongeng Futuristik
Mari kita sedikit ubah narasi percakapan Enthit dengan Ragil Kuning. Tetap dengan esensi tanya jawab yang dilantunkan dengan nada kenes menggemaskan.
"Enthit.....siapakah yang menanam padi dengan kandungan beta karoten tinggi ini?"