Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menyelisik Kearifan Lokal "Pageblug", "Ajian", dan "Mesu Diri" dalam Kaitannya dengan Pandemi Covid-19

16 Maret 2020   20:44 Diperbarui: 1 Oktober 2020   15:40 971
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustasi (Shutterstock via KOMPAS.com)

Artikel ringan ini tidak hendak menyoal persebaran, daya serang Penyakit coronavirus (Covid-19), karena banyak artikel dari pakar yang kompeten. Hanya akan menyelisik fenomena pageblug, ajian, dan mesu diri yang sering diceritakan oleh para leluhur.

Tentunya dengan perspektif kekinian agar tetap kontekstual. Menyorotnya dari sisi lain semoga menjadi bagian keteduhan informasi santun. Menyelisik kearifan lokal kekayaan Nusantara.

Pageblug dalam Perspektif Kekinian
Pageblug, kosa kata yang menghadirkan rasa miris pada zamannya. Merujuk pada bencana yang bersifat massal dalam waktu yang hampir bersamaan. Umumnya berkenaan dengan wabah penyakit yang penularannya sangat cepat. Mengait kepanikan massal.

Para bijak mengatakan terjadinya perubahan keseimbangan kosmik. Goncangnya tatanan alam dan merasuk kehidupan bersama. Merasuk sembari merusak apabila tidak ditangani dengan apik. Hingga akhirnya terbentuk keseimbangan baru.

Sejarah mencatat deret aneka pageblug yang mengguncang dunia. Bukan hanya masalah medis namun merambah ke semua aspek kehidupan. Tatanan sosial dihembusnya. Sendi perekonomian digoyangnya.

Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO menyatakan penyakit coronavirus (Covid-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus baru yang belum teridentifikasi sebelumnya pada manusia. Juga disebut: 2019 Novel Coronavirus, 2019-nCoV.

Bermula dari Kota Wuhan, Republik Rakyat Tiongkok (China). Kini merebak ke seluruh penjuru dunia. Menjadi pandemi Covid 19 global. Setiap negara terpanggil dan dihimbau untuk melakukan penanganan dan penanggulangan secara bersama. Protokol disusun dan disesuaikan sesuai dengan karakter khas wilayah.

Menelisik gelombang pemberitaan, respons masyarakat, parade kecemasan rasanya tak jauh dari esensi pageblug yang dikenal oleh para leluhur. Kosa kata yang juga sering disalahartikan entah sebagai kutukan ataupun hukuman. Kosa kata yang juga dihembuskan saat perebutan kekuasaan antarkerajaan dalam sejarah.

Belajar dari tatanan leluhur, mengantisipasi, menerima dan menyikapi pageblug dengan bijaksana. Membaca tanda alam sebagai antisipasi. Mendasari perakitan sistem peringatan dini (early warning system). Menerima sebagai bagian pepesthen yang disikapi dan diselesaikan dengan arif.

Organisasi Kesehatan Dunia menjelaskan, serangan virus yang menyebabkan penyakit saluran pernapasan (seperti flu). Gejala awal mirip batuk, demam, dan pada kasus yang lebih parah, pneumonia.

Perlindungan dasar dengan sering mencuci tangan secara rutin. Penderita batuk menggunakan masker untuk menghambat penularan.

Bahasa teknis yang segera tiwikrama berubah secara mengerikan menjadi bahasa kepanikan. Aksi borong tak jarang dibarengi dorong antar pembeli. Saatnya kesetiakawanan diuji dan diwujudnyatakan.

Ajian dalam Perspektif Kekinian
Nenek moyang memberikan teladan bahwa setiap pagebluk memiliki penangkalnya berupa ajian. Ajian berupa mantra karunia sang maha supra natural. Ataupun dari senjata sakti yang memiliki daya mumpuni.

Ajian, berasal dari kata dasar aji atau sesuatu yang sangat berharga. Berupa benda ataupun tindakan yang sangat efektif mengatasi maupun benangkal wabah penyakit. Berasal dari alam maupun campur tangan dari para linuwih (seseorang yang memiliki kelebihan).

Merespons Covid-19, betapa kita bersyukur begitu banyak para linuwih yang mendedikasikan dirinya. Memolakan inkubasi, masa puncak serangan hingga penurunan. Memadukannya dengan ketersediaan peralatan medis. Meracik langkah mitigasi.

Kesigapan Rumah Sakit, dokter dan tenaga paramedis bagian dari ajian untuk mengatasi pageblug ini. Almarhum Dokter Li Wenliang, dokter mata di sebuah rumah sakit di Wuhan, kota di pusat penyebaran virus adalah salah seorang linuwih.

Ajian lain berupa aneka langkah antisipasi, penanganan sanitasi diri. Alam juga menyediakan diri semisal penyediaan empon-empon sebagai bagian menjaga stamina. Daun sirih (Piper betle) ditengarai terbukti mengandung aneka senyawa bermanfaat baik sebagai antiseptik, antibakteri nabati.

Tentunya dibutuhkan banyak orang mumpuni yang menyajikan serangkaian ajian untuk 'menjinakkan' Covid-19 ini. Tidak hanya ajian sejati, dalam kondisi riuh juga muncul 'ajian ngasal' semisal maraknya masker bekas dan aneka ujaran yang belum teruji.

Beredar 'orang linuwih bayangan' yang menyebar 'ajian ngasal' di aneka lini media massa. Betapa setiap detik media digelontor aneka info. Kadang membutuhkan waktu untuk menyeleksinya. Beberapa malah mengaburkan informasi yang sungguh penting.

Kinipun muncul gerakan SPK stop posting korona. Aneka postingan yang menyuburkan kekawatiran yang berlebih kadang menutup rasa waspada. Waduh, semoga artikel ini tidak menambah bising informasi. Mencoba menyorot dari sisi lain dan menempatkan dalam proporsinya.

Mesu Diri dalam Perspektif Kekinian
Ajian unggul dilakukan oleh pribadi yang bersedia mesu diri. Pada zamannya, mesu diri dilakukan dengan jalan sunyi, bertapa jiwa raga. Mendekatkan diri kepada Hyang Maha untuk mendapat pencerahan yang berguna bagi kepentingan luhur bersama.

Begitupun kini, ajian untuk mengatasi setiap jenis pageblug kekinian juga merupakan buah pikir dan ketulusan banyak pihak. Mesu diri kekinian yang bermakna mengerahkan seluruh potensi diri. Menyerahkannya dalam tuntunan terang Illahi. Sehingga ajian yang dihasilkan efektif berdaya guna bagi kemanusiaan.

Mesu diri melalui ketekunan dan ketulusan pekerjaan di laboratorium oleh para pelaku kesehatan. Kesungguhan merakit simulasi model perkiraan masa puncak dan menyampaikannya dalam bahasa yang mudah dipahami sehingga masyarakat tetap waspada namun tidak panik.

Social distancing, bersama menjaga jarak sosial juga bagian dari mesu diri. Menggalang kesediaan bersama berperan serta memutus mata rantai penyebaran virus. Kesediaan 'mekak' mengetatkan jari menekan tombol teruskan untuk berita yang membutuhkan kajian dan berpotensi menyumbang kepanikan juga bagian dari menahan diri.

Kebijakan penetapan lockdown maupun kondisi luar biasa (KLB) kiranya juga diwarnai oleh spirit mesu diri. Mempertimbangkan seluruh aspek kehidupan. Mengutamakan harkat kemanusiaan. Pewujudan ajian dan mesu diri sebagai kearifan lokal menyikapi pageblug atau pandemi covid 19.

Pengerahan segala potensi diri dan bahu membahu menjadi penyatuan potensi instansi, wilayah untuk masing-masing berperan serta secara aktif positif. Mesu diri dengan meninggalkan kepentingan pribadi, ego sektoral demi kesehatan nasional bahkan global.

Coretan ringan, belajar merefleksikan pembelajaran kearifan lokal pageblug, ajian dan mesu diri dalam perspektif kekinian dengan kasus Covid 19. Setiap pihak dapat ikut mesu diri, berperan aktif meredam efek kepanikannya, berbagi informasi santun dan mengambil sari pembelajaran dari setiap kejadian.  Salam sehat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun