Sukacita dalam bekerja menjadi daya dorong energi positif. Sebagai pasangan kontra digunakan kosakata bersungut-sungut dan berbantahan.
Bersungut-sungut bukan masalah mengeluarkan banyak sungut. Kamus Bahasa Indonesia memadankannya dengan mencomel, menggerutu. Luapan ketidakpuasan melalui luapan ucapan kurang jelas.
Ada kalanya menggerutu dengan diam-diam sendirian. Kini banyak gaya menggerutu melalui media sosial, menjadi bersungut-sungut berantai.
Berbantahan melibatkan lebih dari satu orang atau pihak. Ada perlawanan, saling sangkal dan bertengkar kata pendapat. Semakin meluas apabila keluar ke ranah publik.
Keduanya, bersungut-sungut dan berbantahan menguarkan energi negatif yang dapat menurunkan produktivitas kerja.
Bekerja dalam sukacita. Menjadikan sukacita sebagai gaya hidup. Mudah diungkapkan memerlukan penjabaran dengan gaya personal. Setiap pribadi memiliki cara untuk mengelola sukacita dalam bekerja.
Semisal, menulispun perlu sukacita. Bersungut-sungut dan berbantahan menjadikan kontra produktif. Meredamnya sehingga dihasilkann sebuah tulisan.
Kembali pada gambaran petani Meksiko yang bergitar di punggung kuda. Kita juga punya gembala yang bersuling kan ya. Atau lantunan lagu Koes Plus, nyambut gawe karo seneng, bekerja dengan gembira. Perwujudan bekerja dalam sukacita.
Setiap kita bekerja. Semoga pekerjaan kita menjadi karya yang indah di hadapan Sang Pemberi dan karya yang berguna bagi sesama. Selamat berkarya dalam sukacita.
[Catatan: pengingat diri untuk sukacita dalam kerja, dibumbui dengan buku Selamat Berkarya oleh Andar Ismail]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H