Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mari Bekerja dalam Sukacita

6 November 2019   16:20 Diperbarui: 6 November 2019   16:30 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mari bekerja dalam sukacita (dokpri)

Quote hari ini di meja, membuat saya setengah tergelak. Teringat tebakan, mengapa petani Meksiko berladang sambil menyanyi? Usai bekerja mereka berkuda seraya bergitar. Apakah mereka satria bergitar?

"Segala sesuatu yang dikerjakan dengan tulus dan sukacita akan lebih baik hasilnya daripada dengan bersungut-sungut dan berbantahan"

Hakekat Hidup dan Kerja
Semua bermula dari pandangan tentang kerja. Apakah kerja dipandang sebagai beban atau berkat kesempatan. Cara pandang yang melahirkan cara bersikap dalam bekerja.

Manusia adalah karya cipta dari Sang Maha Pencipta. Ada proses kerja didalamnya. Kita sebagai ciptaan menurut gambarNya juga manusia kerja. Maka Aku hidup aku bekerja atau berkarya. Kerja sebagai hakikat manusia hidup.

Pendekatan Homo Faber merupakan sebuah konsep yang menggambarkan manusia sebagai pekerja. Manusia mampu mengenal dirinya melalui apa yang mereka kerjakan. Nilai-nilai kehidupan manusia ditemukan melalui apa yang mereka kerjakan.

Kerja dalam Bingkai Berkat Kesempatan
Dikenal aneka rupa pekerjaan. Penegak keadilan, pengawal kebenaran, guru, petani, petugas kesehatan, pengusaha katering hingga ibu rumah tangga. Ada yang mendapat imbalan langsung berupa uang ada yang imbalannya tidak langsung terlihat. Ada yang menyebutnya sebagai karir, yang lain menyebutnya hobi.

Setiap pekerjaan yang dimaknai dalam koridor meneruskan karya penciptaan, oleh manusia sebagai ciptaan yang segambar adalah wujud panggilan Sang Pencipta. Manusia adalah duta Sang Khalik dalam rupa-rupa pekerjaan. Pekerjaan dirasakan dalam bingkai berkat kesempatan atau panggilan Tuhan.

Pengakuan bahwa tiap jenis pekerjaan yang menopang kehidupan adalah panggilan Tuhan, muncul dalam banyak bahasa. Pekerjaan dalam bahasa Inggris adalah vocation (Latin, vocatio bermakna memanggil).

Bagi bangsa Jerman, pekerjaan beruf berasal dari kata ruf=memanggil. Belanda, pekerjaan atau beroep, roep=memanggil. Lah saya bekerja sebagai buruh koq terdengar mirip beruf ataupun beroep. Ya tetap dimaknai panggilan berkat kesempatan.

Mari Bekerja dalam Sukacita
Nah, kalau pekerjaan itu sebagai panggilan berkat kesempatan, bagaimana kita menyikapinya. Orang kebun menggambarkannya dengan dibenam, berakar dan bertumbuh dalam pekerjaan. Apapun pekerjaannya.

Pengakuan bahwa pekerjaan adalah wujud panggilan dalam berkat kesempatan, melahirkan sikap hati gembira, bahagia atas pekerjaan. Melahirkan credo aku hidup, aku berkarya dan aku bahagia.

Sukacita dalam bekerja menjadi daya dorong energi positif. Sebagai pasangan kontra digunakan kosakata bersungut-sungut dan berbantahan.

Bersungut-sungut bukan masalah mengeluarkan banyak sungut. Kamus Bahasa Indonesia memadankannya dengan mencomel, menggerutu. Luapan ketidakpuasan melalui luapan ucapan kurang jelas.

Ada kalanya menggerutu dengan diam-diam sendirian. Kini banyak gaya menggerutu melalui media sosial, menjadi bersungut-sungut berantai.

Berbantahan melibatkan lebih dari satu orang atau pihak. Ada perlawanan, saling sangkal dan bertengkar kata pendapat. Semakin meluas apabila keluar ke ranah publik.

Keduanya, bersungut-sungut dan berbantahan menguarkan energi negatif yang dapat menurunkan produktivitas kerja.

Bekerja dalam sukacita. Menjadikan sukacita sebagai gaya hidup. Mudah diungkapkan memerlukan penjabaran dengan gaya personal. Setiap pribadi memiliki cara untuk mengelola sukacita dalam bekerja.

Semisal, menulispun perlu sukacita. Bersungut-sungut dan berbantahan menjadikan kontra produktif. Meredamnya sehingga dihasilkann sebuah tulisan.

Kembali pada gambaran petani Meksiko yang bergitar di punggung kuda. Kita juga punya gembala yang bersuling kan ya. Atau lantunan lagu Koes Plus, nyambut gawe karo seneng, bekerja dengan gembira. Perwujudan bekerja dalam sukacita.

Setiap kita bekerja. Semoga pekerjaan kita menjadi karya yang indah di hadapan Sang Pemberi dan karya yang berguna bagi sesama. Selamat berkarya dalam sukacita.

[Catatan: pengingat diri untuk sukacita dalam kerja, dibumbui dengan buku Selamat Berkarya oleh Andar Ismail]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun