Setiap tanggal 16 Oktober, diperingati sebagai Hari Pangan Sedunia (HPS). Seturut dengan kelahiran Food Agriculture Organization (FAO), badan pangan dunia dibawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Tahun 2019, tema Global HPS adalah "Tindakan kita adalah masa depan kita. Pola Pangan sehat, untuk Zerohunger 2030". Setiap komponen yang terlibat digelitik untuk berupaya lebih keras mengakhiri kelaparan dan bentuk-bentuk kekurangan gizi lainnya.
Bubur Manado kecerdasan lokal pola pangan sehat
Sahabat Kompasiana suka dengan kuliner Bubur Manado? Jujur, pada awalnya saya termasuk yang tidak suka dengan tampilan bubur Manado. Sejumlah bahan tercampur aduk dalam kuali. Kini melihatnya sebagai wujud kecerdasan lokal pangan sehat. Ini narasinya.
Nah tangga piramida berikutnya adalah makanan pokok penghasil tenaga yaitu sumber karbohidrat. Mari tengok dalam semangkok bubur Manado. Keberadaan beras, jagung, singkong, ubi jalar, ubi talas juga labu kuning menjamin kecukupan karbohidrat.
Tangga piramida berikutnya adalah kecukupan sayuran dan buah-buahan. Setiap suapan bubur Manado terkandung sayuran yang khas yaitu daun gedi, kangkung juga bayam dan pewangi kemangi. Sayuran penyedia kecukupan serat, vitamin dan mineral semisal zat besi yang dibutuhkan oleh darah.
Berikutnya adalah tangga piramida kombinasi sumber protein nabati dan hewani. Beberapa kali menyantap bubur Manado, menjumpai campuran kacang hijau kadang kacang merah alias brenebon.
Sebagai kemewahan taburan goreng ikan asin. Kalau di Minahasa tersedia ikan rowa atau cakalang fufu asap. Bukankah ini sumber protein hewani dengan lemak ideal.
Sebagai puncak piramida, pengingat gunakan lemak dan gula secukupnya. Sambal dabu-dabu atau beberapa daerah menggunakan sambal terasi untuk memantapkan rasa.
Nah kan, bubur Manado mengikuti kaidah pola pangan sehat dengan acuan piramida prinsip gizi seimbang. Bukankah sajian bubur Manado lahir lebih awal dari piramida ini.