Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tradisi Purnama, Bersukaria bersama Alam dan Sesama

16 Oktober 2019   07:14 Diperbarui: 16 Oktober 2019   23:33 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Purnama bersukaria bersama alam dan keluarga (sumber: id.pixbest.com)

Mendapat warta dari sahabat, acara purnaman pada masa penghayatan bulan keluarga. Warga berkegiatan di malam bulan purnama di area terbuka. Bonus acara kembul bujana makan bersama.

Mengingatkan kepada masa kecil kami dahulu. Setiap bulan purnama dan cuaca cerah, kami bersukaria dengan alam dan sesama. Keluarga berbondong keluar rumah, bersantai secara komunal.

Tembang dolanan, lagu permainan yang pada dasarnya pantun sederhana bergema. Ajakan untuk bersama menikmati bulan purnama. Menunda tidur awal dan bercengkerama dengan keluarga bahkan tetangga.

Yook prakanca dolanan neng njaba. Padang mbulan, padange kaya rina. Rembulane sing ngawe-awe. Ngelikake aja padha turu sore.

(Mari teman-teman bermain di halaman. Bulan purnama terangnya laksana siang. Rembulan membujuk, jangan tidur saat masih sore)

Tradisi Purnaman

Ketatawian alam sungguh teratur. Sebulan lamanya bulan mengitari bumi. Ada saatnya bulan tak terlihat dari posisi kita. Terlihat bulan sabit awal, bulan separuh hingga bulan purnama.

Bulan purnama bukan hanya peristiwa alam tanpa makna. Suasana benderang di malam hari tanpa panas menyengat. Menebarkan aura damai, terjadi pelepasan rasa stress.

Saatnya titah manusia sejenak beristirahat dari kelelahan bekerja. Suasana riang membuatnya santai menikmati keelokan purnama.

Keluarga demi keluarga keluar rumah, hingga terbentuk kesatuan pola, mengapa tidak berkumpul bersama. Awal dari tradisi purnaman. Setiap individu adalah bagian dari masyarakat, komponen alam dan berada di bawah kedaulatan Sang pencipta.

Bersukaria bersama Alam dan Sesama

Segera terlihat gelombang kelompok. Para bapak dan pemuda berkumpul. Obrolan khas para pria mulai dari sawah ladang alias pekerjaan. Hingga rembug desa kepedulian terhadap tata pemerintahan alias politik.

Kelompok lain adalah para ibu dan pemudi. Obrolan domestik rumah tangga. Penjualan hasil panen yang saat itu menjadi ranah perempuan. Kadang dibumbui gosip kecil antar tetangga.

Bagian yang paling heboh adalah kelompok kanak-kanak. Semua bersukaria, aneka tembang dolanan dilagukan. Permainan tradisional digelar.

Purnaman adalah kelembagaan non formal. Masyarakat bersukaria dengan alam dan sesama. Solidaritas terbentuk secara alami. Aneka keputusan bersama lahir tanpa persidangan formal.

Solidaritas sosial juga teracik dengan sendirinya. Lik Warni keluar dengan sepiring kacang rebus. Budhe Siti membawa sabakul kecil singkong rebus. Kang Rebo menenteng satu cerek wedang jahe hangat. Jadilah kumpul sambil ngemil.

Generasi riang

Dolanan dan tembang jamuran bagi anak perempuan. Gobag sodor yang riuh diikuti oleh bocah laki-laki maupun perempuan. Tiada ruang bagi wajah bermuram durja.

Bila ditelaah seksama, aneka wujud kecerdasan sedang diasah. Kecerdasan sosial berkembang. Setiap bocah terhubung dalam relasi sosial. Terlihat bibit-bibit muda, mana yang cenderung memimpin, mana yang suka momong penyelaras.

Gerak dan lagu disenandungkan. Kecerdasan kinestika dan musikal disentuh. Sinar lembut bulan purnama serasa menelusup ke pori-pori tubuh menggetarkan syaraf estetika yang mewujud dalam gerak dan nyanyian.

Fantasi keindahan digelorakan oleh kelembutan purnama. Mari simak ribuan puisi maupun cerpen dengan latar bulan purnama. Suasana syahdu purnama menelusup ke sel-sel kelabu, meracik diksi bagian dari kecerdasan verbal.

Ada lagi pribadi yang menempatkan suasana purnaman menjadi bagian dari kecerdasan natural. Awal ketertarikan dengan bidang antariksa. Atau memandangnya dari aspek ciptaan dan keMahaan Sang Pencipta. Awal mula kecerdasan eksistensial.

Ringkasnya betapa tradisi purnaman, saat santai sejenak menikmati bulan purnama sejenak. Saatnya bersukaria bersama alam dan sesama. Kesempatan menjadi pribadi yang utuh dengan aneka potensi diri.

Apalagi kalau waktu kebersamaan selama sekitar satu jam ini, sementara dijauhkan dari gadget. Biarkan gadget humanistik berkembang secara alami dengan ngobrol dengan keluarga dan tetangga. Para buah hati berkesempatan menggerakkan seluruh anggota tubuhnya dengan dolanan bersama.

Selamat menikmati purnaman, salam bulan purnama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun