Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bangga dengan Generasi Y dan Z yang Berkesenian Tradisional

16 Juni 2019   22:10 Diperbarui: 17 Juni 2019   12:45 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mbak Tera, guru tari menyemangati penari asuhannya (pewakil Gen Z) di belakang panggung (Dokumentasi pribadi)

Pemain kesenian tradisional dari Gen Z (Dokumentasi pribadi)
Pemain kesenian tradisional dari Gen Z (Dokumentasi pribadi)
Mas Zein juga berpartner dengan Mas Nur Kholis (21 tahun) mahasiswa STIAB Smaratungga, Boyolali. Sebagai generasi Z, mas Nur Kholis sangat aktif berkiprah berkesenian tradisional di kampus-nya.

Bergeser ke sudut karawitan. Kagum dengan kelincahan Huda siswa SMAN I Salatiga memainkan demung. Begitupun Samuel dari sekolah yang sama dengan kempul gong. 

Andra yang sedang mendaftar menjadi siswa MAN Salatiga memainkan kenong. Jawaban lugu ya senang saja dengan kerawitan. Terima kasih para pewakil generasi Z yang senang berkiprah di kesenian tradisional.

Kesempatan berkesenian

Bermula dari GKJ Sidomukti yang merayakan syukur ulang tahun ke-25 dengan suguhan pagelaran ketoprak. Bapak Pdt. T. M. Eben Haezer Lalenoh, STh., MA. menyampaikan ide cerita dan Pak Amrih Gunarto, SSn., MPd. selaku sutradara meraciknya dalam lakon Songsong Agung Triwiguna Murca. Merakit tuntunan dalam tontonan. Beliau-beliau adalah bagian dari generasi X.

Pagelaran yang melibatkan banyak pihak, menarik banyak pendeta lintas gereja, lintas wilayah, instansi maupun iman. Kebersamaan untuk nguri-uri kabudayan kesenian tradisional ketoprak. Tentunya melibatkan antar generasi dari generasi sepuh baby boomers, gen X, gen Y dan Z.

Sungguh terharu dengan jawaban Pak Amrih, seniman yang menyutradarai acara ini atas ungkapan terima kasih untuk kesabaran, ketelatenan beliau melatih pemain 'amatiran'. 

Beliau menjawab, terima kasih juga diberi kesempatan untuk 'berkesenian' dan seluruh dukungan untuk pagelaran. Dalam diri seorang seniman, darah yang mengalir menderas dengan adanya 'panggung kesempatan berkesenian'. Kesempatan dan dukungan aneka pihak untuk 'manggung' memacu dan merawat kreativitas.

Minat generasi muda berkesenian tradisional

Melongok singkat dalam skala yang sangat mikro, bagaimana generasi Y dan Z berkesenian tradisional, menghadirkan rasa syukur bangga. Super mikro karena hanya berdasarkan satu event pagelaran dengan skala wilayah observasi Salatiga Salatiga.

Penonton yang memenuhi Balairung utama diambil dari balkon (Dokumentasi pribadi)
Penonton yang memenuhi Balairung utama diambil dari balkon (Dokumentasi pribadi)
Juga menjawab pertanyaan bagaimana minat penonton atas pertunjukan tradisional? Melihat kapasitas balairung utama dan balkon mengindikasikan masih tingginya minat penonton. Meski belum sempat didata berapa persen generasi mudanya. Salin rupa penyajian dengan suasana kekinian tanpa mengubah esensi nilainya akan membuat kesenian tradisional tetap diminati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun