Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bangga dengan Generasi Y dan Z yang Berkesenian Tradisional

16 Juni 2019   22:10 Diperbarui: 17 Juni 2019   12:45 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaprukan oleh Gen Y (Dokumentasi pribadi)

Berseragam hitam saat pentas, dengan sigap membantu setiap pemain mulai dari alur keluar masuk panggung sesuai arahan sutradara. Mengajari penggunaan flip-on untuk setiap pemain. Menjadikan pertunjukan tradisional dengan balutan teknologi kekinian.

Crew pementasan yang dimotori oleh Gen Y (dari WA panitia)
Crew pementasan yang dimotori oleh Gen Y (dari WA panitia)
Terpikat dengan slogan yang dimuatnya pada WA grup. "Seperti layaknya sebuah pelayanan, tidak ada peran besar dan peran kecil. Karena setiap peran, baik di belakang maupun di depan layar memiliki pertanggung jawabannya masing-masing akan suksesnya sebuah pertunjukan (Hikmatus)" Pengakuan bukan hanya ketrampilan namun kekuatan team work sebagai energi penggeraknya.

Sungguh beruntung mengobrol dengan enam (6) pemain gaprukan prajurit yang berlaga dalam pagelaran. Usia muda mereka sebagai pewakil generasi Y. Keseharian beliau adalah pemain wayang orang dan ketoprak di Taman Balekambang, Solo. Menyandarkan diri pada ekspresi kesenian tradisional.

Gaprukan oleh Gen Y (Dokumentasi pribadi)
Gaprukan oleh Gen Y (Dokumentasi pribadi)
Tadinya saya menyangka bekalnya adalah kemampuan tari, namun ternyata tidak cukup, harus berbekal dengan keterampilan beladiri. Tampilan dipanggung menjadi daya pikat pertunjukan. Bagaimana mengolah peran prajurit menjadi tontonan teatrikal komedian yang memanen tepukan hebat dari penonton. Kesetiaan generasi Y mengelola kesenian tradisional dan meramunya menjadi tontonan kekinian. Terima kasih para pemain gaprukan.

Cuplikan krida Generasi Z berkesenian tradisional

Generasi berikutnya adalah generasi Z (gen Z) yang lahir dalam rentang tahun 1995 sampao 2010. Artinya pada tahun 2019 ini berusia 9-24 tahun. Mereka lahir pada era internet. Referensi berkesenian tradisional juga melekat dengan internet. Semisal, belajar dengan sumber dari youtube.

Salah satu contoh generasi Z yang sangat lekat dengan kesenian tradisional adalah Sandrina dari IMB. Serasa mengingat decak kagum kepada penari cilik Sandrina yang seluruh gerakkannya menyentuh perasaan penontonnya.

Mbak Tera, guru tari menyemangati penari asuhannya (pewakil Gen Z) di belakang panggung (Dokumentasi pribadi)
Mbak Tera, guru tari menyemangati penari asuhannya (pewakil Gen Z) di belakang panggung (Dokumentasi pribadi)
Mewakili generasi Z, mari berkenalan dengan mbak Tera. Beliau adalah penari dan baru saja lulus SMA, sedang berproses menjadi mahasiswa ISI Yogyakarta. 

Menyaksikan keluwesan mbak Tera menari sudah biasa. Kini menyaksikan dedikasi mbak Tera melatih empat remaja putri yaitu Mirel dkk. dengan usia belasan. Generasi Z melatih tari tradisional kepada generasi Z, luar biasa kan.

Menyapa Mas Zein (22 tahun) mahasiswa IAIN Salatiga yang aktif di UKM musik. Pada pagelaran ketoprak ini Mas Zein menjajal kemampuan di bidang peran sebagai salah seorang pangeran. 

Untuk kawasan Salatiga, IAIN sangat terkenal sebagai ladangnya persemaian bibit pemain teater dan tarian tradisional semisal Tari Topeng Ireng yang dinamis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun