Saat ini semesta sekitar sedang disibukkan dengan berita penghitungan. Menghitung apalagi diajak menghitung warisan pastinya menyukakan hati. Apalagi warisan yang tak akan habis dalam berderet keturunan hingga bumi berakhir.
Mari membilang daftar situs warisan dunia UNESCO di Indonesia. Indonesia bersama dengan Vietnam menjadi ujung tombak jumlah terbanyak pengakuan situs warisan dunia UNESCO di kawasan Asia Tenggara. Perolehan pengakuan yang tidak hanya menyangkut masalah prestasi dan prestise bangsa, namun sekaligus tanggung jawab besar bagi kemaslahatan bersama.
Situs Warisan Dunia UNESCO di Indonesia
Secara agregat kawasan Asia Tenggara memiliki 38 situs warisan dunia UNESCO yang terdiri dari 24 warisan budaya, 13 alam dan 1 campuran. Indonesia dan Vietnam memimpin, masing-masing memiliki 8 situs. Diikuti oleh Philipina (6), Thailand (5), Malaysia (4), Kamboja (3), Laos (2), dan Myanmar serta Singapura masing-masing satu (1). Sementara Brunei dan Timor Timur belum memilikinya.
Sejak tahun 1991, Indonesia berhasil mendapatkan pengakuan atas 4 situs yaitu warisan budaya atas Candi Borobudur, candi Prambanan dan warisan alam atas Taman Nasional Komoda dan Taman Nasional Ujung Kulon. Disusul oleh warisan budaya pada tahun 1996 daerah prasejarah manusia Sangiran. Pada tahun 1999, lolos dengan Taman nasional Lorenz dengan kategori alam. Hutan hujan tropis Sumatra (2004) dan yang terbaru Subak mewakili warisan budaya yang menerapkan nilai luhur filosofi Tri Hita Karana.
Sebuah pengkuan juga dibarengi dengan konsekuensi penilaian. Situs warisan dunia Hutan Hujan Tropis Sumatra yang terdiri dari: Taman Nasional Gunung Leuser, Taman Nasional Kerinci Seblat, dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan dinyatakan sebagai situs warisan yang terancam sejak 2011. Penebangan ilegal, penurunan boidiversitas sebagian penyebabnya. Perlu kerja keras dengan dukungan semua komponen untuk melestarikan warisan alam ini.
Selain warisan dunia UNESCO dari aspek alam dan budaya, Indonesia juga memiliki sejumlah warisan dunia kriteria warisan karya budaya tak benda (Intangible Heritage). Wayang (2003), keris (2005), batik (2009), angklung (2010), tari Saman (2011), noken (2012) adalah karya budaya yang memperoleh pengakuan.
Situs Warisan Dunia UNESCO, warisan bagi generasi berikutnya
Situs Warisan Dunia mencakup suatu tempat budaya, alam, maupun kombinasinya, serta benda yang berarti bagi umat manusia dan menjadi sebuah warisan bagi generasi berikutnya. Estafet budaya dan alam ciptaan hingga dunia berakhir.Â
"Indonesia dan Vietnam menjadi negara dengan jumlah terbanyak pengakuan situs warisan dunia UNESCO di kawasan Asia Tenggara."
Diperlukan suatu aksi yang diwadahi dalam program yang mengkatalog, menamakan, dan melestarikan tempat-tempat yang sangat penting agar menjadi warisan manusia dunia.
Situs Warisan Dunia UNESCO (UNESCO's World Heritage Sites) adalah sebuah tempat khusus (misalnya, Taman Nasional, Hutan, Pegunungan, Danau, Pulau, Gurun Pasir, Bangunan, Kompleks, Wilayah, Pedesaan, dan Kota) yang telah dinominasikan untuk program Warisan Dunia Internasional yang dikelola UNESCO World Heritage Committee. Meliputi warisan alam, warisan budaya maupun warisan karya budaya tak benda.
Kriteria yang memuat mahakarya, keutamaan nilai kemanusiaan, mengandung kekhasan, menggambarkan peradaban dan peristiwa tertentu. Kategori situs alam meliputi 4 kriteria utama. Mencakup fenomena alam, sejarah bumi, penting secara ekologis dan menjadi habitat alami.
Manusia sebagai titah ciptaan teringgi mendapat mandat mengelola bumi. Sebagai ciri makluk berbudaya, manusia mengembangkan budaya untuk mengelola bumi. Bumi adalah berkah yang diwariskan secara lestari kepada generasi berikutnya.
Perolehan pengakuan status situs warisan dunia UNESCO, marilah bersama diletakkan dalam rangka bertindak dan berpikir makluk berbudaya. Upaya pewarisan bumi yang baik kepada generasi penerus. Mari diolah sebagai bagian pengungkit perbaikan kualitas hidup manusia.
Menjadikan 8 situs warisan dunia UNESCO di Indonesia sebagai kebanggaan nasional. Meneruskan nilai-nilai alam budaya kepada anak cucu sebagai pewarisan kultural. Mengelola situs warisan dunia UNESCO secara bertanggung jawab demi kebelanjutan kehidupan.
Cukup banyak situs warisan dunia UNESCO yang dikelola sebagai pariwisata alam maupun budaya. Lokomotif pariwisata ini akan menggeret gerbong utama perbaikan akses melalui aneka mode transportasi. Berdampak terhadap perekonomian setempat. Menggairahkan kreativitas industri dan usaha aneka skala.
Catatan dari aspek pariwisata berbasis situs warisan budaya, sangatlah perlu perancangan upaya pelestarian. Keterbukaan akses akan memperbesar interaksi lokal dengan dunia global, intervensi nilai dari luar kelokalan yang perlu harmonisasi.Â
Edukasi masyarakat sekitar dan juga perilaku pengunjung. Penutupan sementara Taman Nasional Komodo juga bagian dari wujud langkah tanggung jawab pengelola atas kepercayaan pengakuan situs warisan dunia UNESCO kategori alam.
Alam, budaya, karya budaya tak benda, di sekitar kita adalah anugerah tak terkira. Baik yang mendapat peringkat warisan dunia UNESCO, penetapan skala nasional bahkan skala lokal, mari bersama dipelihara.Â
Perhatian, apresiasi dan pemeliharaan atas cagar alam, cagar budaya di sekitar kita adalah tanggung jawab bersama. Demi kemaslahatan kesejahteraan umat.
Selamat mengasihi alam dan budaya di lingkungan sekitar. Salam bumi.
Seri Warisan Dunia UNESCO:
Indonesia dalam Kancah Situs Warisan Dunia UNESCO
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H