Bersama senior kebun yang menjadi salah satu peneliti di sini, beberapa waktu lalu berkesempatan mengunjungi kebun durian lokal.Â
Koleksi durian lokal berada di bagian punthuk perbukitan (serasa gunungan wayang), mengitari embung sejenis telaga alit reservoir air di musim kemarau. Menikmati koleksi durian di tepian telaga sunyi, angin semilir sungguh nikmat.
Ada si cantik lincah menggemaskan Srikandi salah satu istri Raden Harjuna trah Pandawa. Cerdas, trengginas dalam kiprah dan setia. Kesetiaannya menanti di tepi telaga sunyi, embung di Bawen juga berarti setia memberikan rezeki kepada penanamnya.
Nah durian Drupadi ini juga menyediakan rezeki bagi pengusahanya. Penggemarnya rela antri meski buah masih tergantung erat di pohonnya menunggu masak.
Terlihat durian Baladewa, tegak seolah bertapa di tepi telaga. Rasanya seperti apa ya durian yang kelezatannya menjadi bala/sekutu para dewa? Demikian celoteh kami yang ditimpali oleh rekan lain ah kalau ada durian yang baladhewe alias teman sendiri, lebih suka karena berpeluang gratis.
Menjulang durian Wisanggeni. Nama Wisanggeni, mengingatkan pada tokoh pewayangan yang tidak ada dalam pakem wiracarita Mahabharata.Â
Wisanggeni adalah tokoh asli ciptaan pujangga Jawa, penguatan nama lokal.Putra Arjuna dari bidadari Batari Dresanala. Wisanggeni yang pemberani, memiliki kesaktian luar biasa dan tegas dalam bersikap.