Mohon tunggu...
Suprihati
Suprihati Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar alam penyuka cagar

Penyuka kajian lingkungan dan budaya. Penikmat coretan ringan dari dan tentang kebun keseharian. Blog personal: https://rynari.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Candi Dwarawati Sendiri Menemani Petani Dieng

15 Agustus 2017   01:08 Diperbarui: 15 Agustus 2017   14:32 9076
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemukiman yang semakin mendekati Candi Dwarawati (dok pri)

Dieng Negeri di Atas Awan dan di Hyang

Dataran tinggi Dieng salah satu wilayah di Jawa Tengah yang sangat terkenal. Panorama alamnya sangat cantik dengan udara nan sejuk ke arah dingin. Pemandangan saat kabut yang memeluk bumi mulai tersingkap pelan alamak meragakan negeri di atas awan.

Dieng yang dipercaya berasal dari kata Di Hyang, Di merujuk pada kata ardi/gunung ataupun tempat dan Hyang bermakna dewata. Dieng atau Di Hyang adalah gunung tempat para dewa bersemayam. Dataran tinggi Dieng atau Dieng plateau (plato Dieng) adalah kaldera Gunung Prau Purba dengan gigir gunung mengelilinginya. Julukan pakuning tanah Jawi, paku raksasa yang ditancapkan di pusar Pulau Jawa agar mantap mengapung di tengah Samudera Indonesia diberikan kepada Dieng.

Kepercayaan Hindu Syiwa berakar kuat di wilayah pegunungan ini. Pegunungan tempat udara dan air bersih adalah tempat ideal bangunan pamujan didirikan. Kawasan Cagar Budaya Candi Arjuna yang berada di pusat dataran tinggi Dieng salah satu warisan budaya megahnya kawasan pemujaan saat itu. Selalu menghadirkan rasa syukur bangga, takjub dengan karya akbar dan kerja keras para leluhur yang membangun kawasan candi di daerah terpencil dengan peralatan minimum saat itu.

Candi Dwarawati Menyendiri

Pengunjung dataran tinggi Dieng pada umumnya mengetahui kompleks Candi Arjuna yang terdiri dari beberapa candi, juga Candi Gatotkaca, maupun Candi Bima bahkan Candi Setyaki yang lebih mungil agak minggir. Namun tidak semua pengunjung kawasan plato Dieng ini meluangkan waktu berkunjung ke Candi Dwarawati.

Candi Dwarawati di Desa Dieng Kulon (dok pri)
Candi Dwarawati di Desa Dieng Kulon (dok pri)
Seolah tersembunyi menyendiri, Candi Dwarawati yang berada di Desa Dieng Kulon, Kecamatan Batur, Kabupaten Banjarnegara ini, tidak berada di jalur lingkar kawasan wisata Dieng. Saya berkesempatan mengunjunginya bulan Juni 2016 dengan menyusuri jalan desa, berada di belakang kawasan pemukiman. Aksesnya cukup mudah koq, kendaraan bisa mencapainya dan parkir di ujung jalan di tepian ladang petani.

Berbeda dengan penamaan candi lain di kawasan Dieng yang berasal dari tokoh pewayangan. Nama Dwarawati mengingatkan pada nama kerajaan Dwarata, yang dipimpin oleh Prabu Kresna penasihat para Pandawa.

Pengunjung dapat masuk kawasan tanpa hambatan. Kompleks ini tanpa penjagaan khusus, pintu pagarnya cukup hanya ditutup tanpa digembok. Bahkan tepian candi ini menjadi sarana lalu lintas petani menuju ke ladang maupun mengusung hasil panennya.

Candi Dwarawati Sahabat Para Petani

Mengamati Candi Dwarawati yang berdiri kokoh menyendiri di tengah hamparan ladang, seolah menegaskan perannya, candi Dwarawati adalah sahabat para petani.

Petani melintas di Candi Dwarawati (dok pri)
Petani melintas di Candi Dwarawati (dok pri)
Dieng dikaruniai alam yang subur, mari tengok ladang-ladang tak henti mempersembahkan hasil bumi salah satunya berupa sayuran bagi kita. Petani dengan riang mengayunkan cangkul menebar benih dan akhirnya memanen umbi maupun biji. Keseimbangan bergulir. Pembeli selalu ingin mendapatkan barang berlimpah dengan harga nan murah. Hasil bumi berupa kentang, carica, terong Belanda maupun kacang Dieng merupakan sebagian kekhasan Dieng.

Terong Belanda dan Kacang Dieng di sekitar Candi Dwarawati (dok pri)
Terong Belanda dan Kacang Dieng di sekitar Candi Dwarawati (dok pri)
Telaah data menunjukkan produktivitas kentang di daerah ini kurang dari 16 ton per hektar, sementara di sentra produksi daerah lain mampu mencapai hingga 20 ton. Untuk menggenjot produksi terjadi peningkatan luas areal penanaman yang cukup signifikan.

Ladang kentang dan Carica di sekeliling Candi Dwarawati (dok pri)
Ladang kentang dan Carica di sekeliling Candi Dwarawati (dok pri)
Petani semakin giat mengolah bumi, mengayun cangkul lebih dalam dan berpeluang melukai bumi yang pada gilirannya mengancam keselamatan lingkungan termasuk manusia. Mari tengok betapa perbukitan yang melingkupi kawasan Dieng semakin gundul. Lereng yang curam berpadu dengan curah hujan tinggi siap menggulirkan tanah dari lereng atas ke lereng bawah melalui erosi bahkan longsor.

Pemukiman yang semakin mendekati Candi Dwarawati (dok pri)
Pemukiman yang semakin mendekati Candi Dwarawati (dok pri)
Begitupun perluasan pemukiman. Bila dulu Candi Dwarawati menyendiri di tengah hamparan ladang petani, kini pemukiman beberapa berupa home stay untuk memenuhi kebutuhan penginapan pengunjung semakin mendekati candi. Semoga pengunjung sekian tahun mendatang tidak mendapati lokasi Candi Dwarawati di tengah pemukiman ya. Biarkan Candi Dwarawati melaksanakan fitrahnya menemani para petani di ladang, layaknya Kresna raja Dwarawati mendampingi Pandawa. Pemaknaan kearifan lokal menjaga hijaunya bumi.

Keberadaan Candi Dwarawati seolah mengingatkan petani dan kita semua pemegang mandat pemelihara bumi bahwa di sisi berkah melimpah ada tanggung jawab memelihara alam. Lestari alam hijau kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun