Mohon tunggu...
novy khayra
novy khayra Mohon Tunggu... Penulis - Aspire to inspire

Novy Khusnul Khotimah, S.I.Kom, M.A, SCL - Pegawai Negeri Sipil - Master Universitas Gadjah Mada - Penulis Buku -SDG Certified Leader

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Saatnya Lebih Agresif dalam Penanganan Covid-19

28 April 2020   13:42 Diperbarui: 28 April 2020   14:01 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sampai kapan? Sampai kapan pandemi covid ini akan berakhir ? dan sampai kapan kita boleh bebas lagi seperti sebelumnya? Pertanyaan ini telah dijawab oleh Data Driven bahwa paling tidak 97% corona di Indonesia berakhir pada tanggal 6 Juni 2020, sedangkan untuk clear atau dapat dikatakan 100% adalah September 2020. 

Berbeda lagi menurut pakar dari UGM yang awalnya akhir Mei lalu melihat aktivitas mudik bahwa Indonesia akan bebas corona kini mundur menjadi akhir Juli. Tentunya data ini bisa saja berubah tergantung faktor pendukungnya seperti kebijakan Pemerintahdan kepatuhan masyarakat. Lalu kapan kita bisa travelling keluar negeri ? 

Paling cepat adalah Januari 2021. Karena diprediksi dunia akan bebas covid-19 baru bulan Desember 2020. Apakah terjamin aman? Belum tentu. Karena bisa jadi datang bergelombang seperti flu Spanyol 100 tahun lalu selama belum disebarluaskan vaksinnya. 

Maka waktu yang benar-benar aman untuk keluar negeri adalah saat vaksin sudah ketemu dan dididistribusikan ke seluruh dunia antar 18-24 bulan lagi atau bahkan 5 tahun seperti yang dikatakan Bill Gates.

 Jadi bagaimana? masih sabar menunggu waktu itu terjadi? Bersabarlah. Karena sesungguhnya Tuhan  bersama orang yang sabar. Tapi mari samakan persepsi, sabar bukan berarti pasrah. Sabar yang harus disertai ikhtiar. Ya, terutama untuk pengambil kebijakan yaitu pemerintah. 

Sampai saat ini skenario yang digunakan adalah strategi bertahan (defensive mode) dengan menjadikan tenaga medis sebagai garda terdepan atau ujung tombak. Apa salah? Tidak salah! Karena mereka layak disebut pahlawa, namun kurang lengkap. Pola pikir seperti ini dalam paradigma kesehatan disebut dengan Asklepios atau Kuratif-Rehabilitatif. Bagaimana pola pikir yang lengkap dalam penanganan corona/covid-19?

Paradigma Kesehatan : Hygea dan Asklepios

Istilah yang meminjam dari Dr. Andrew  Weil (novykahyra, 2013) yang membedakan paradigma kesehatan menjadi dua yaitu Asklepios dan Hygea. Asklepios-isme lebih memilih "mengobati dari luar". 

Model kedokteran Asklepios ini meski tidak dipungkiri menyulap ilmu kedokteran menjadi sebuah ilmu yang sangat canggih namun juga bertanggung jawab menyeret dunia kesehatan menjadi begitu mahal dan menguras sangat banyak sumber daya ekonomi.

Kalau dalam jangka waktu panjang metode Asklepios ini masih menjadi titik berat sistem kesehatan negara kita, makin miskin negara ini terlebih telah dibuktikan dengan tekornya BPJS. Belum lagi mafia alkes seperti yang disampaikan oleh Menteri BUMN ,Erick Thohir, saat ini. 

Sudah begitu masih ditambah dengan penyakit pandemi yang diluar rencana APBN. BIla corona tidak sesuai target atau harapan dalam waktu yang ditentukan, anggaran pembiayaan dengan cara yang sama seperti sekarang akan makin merugikan negara.

Lalu apa itu Hygea? Dan Sudahkah Indonesia menerapkannya? Hygea mempunyai pusat perhatian yang berbeda, ia cenderung menjelajahi cara-cara untuk menguatkan ketahanan internal untuk melawan penyakit, konsep ini mengandaikan bahwa tubuh pada dasarnya memiliki kemampuan alami untuk bertahan dan mengadapi bibit-bibit penyakit. 

Hygea-isme lebih memilih penyembuhan dari "dalam" dengan membuat utuh, yakni mengembalika keutuhan dan keseimbangan, karena watak dasar tubuh adalah menginginkan kesehatan. 

Indonesia pada dasarnya telah menerapkan Hygea atau dapat kita sebut promotif-preventif,terbukti dengan kampanye Germas (Gerakan Masyarakat Sehat), serta penyuluhan bidang KB dan bahaya narkoba. Hanya saja trennya tidak sepopuler asklepios, karena pada umumnya masyarakat lebih suka hal yang praktis dan sistem kesehatan lebih mendukung asklepios.

Bagaimana konkrit Hygea pada penanganan virus covid-19 ini? PSBB dan Physical Distancing adalah bentuk konkrit dari Hygea. Namun karena penerapan yang agak sedikit terlambat, mungkin akan memperlama masa penderitaan kita. Bahkan bagi sebagian orang mempercepat dipanggil Sang Kuasa.

Iya, berbeda dengan Vietnam yang sudah persiapan sejak awal Januari karena wilayahnya yang berbatasan langsung dengan Cina membuat mereka lebih waspada. Maka pada akhirnya sampai saat ini, kasus positif hanya sampai di angka 200-an dengan jumlah angka kematian nol (0). Ini karena respon tanggap darurat dan kewaspadan yang cepat.

Canine Menggantikan Tenaga Medis di Garda Terdepan


Canine (bio detection dog) anjing pelacak penyakit. Sumber : agilitypr.news
Canine (bio detection dog) anjing pelacak penyakit. Sumber : agilitypr.news

Tapi daripada mengutukk egelapan, lebih baik menyalakan lilin. Daripada menyalahkan keterlambatan penanganan, lebih baik memberi saran. Walau corona sudah terlanjur menyebar di seluruh Indonesia, tindakan promotif-prevetif tetap perlu digaungkan. Meski gaya seperti ini (baca : defensive mode/ mode pertahanan) harus ada peningkatan lebih agresif.

Pencegahan paling efektif adalah pengetesan dengan jumlah yang besar, namun karena sudah menyebar diseluruh 34 propinsi cukup merepotkan juga. Berbeda jika karantina satu wilayah ketika belum terjadi transmisi lokal seperti sekarang, efektivitas test massal bisa jauh lebih tinggi.

Seperti opini saya bahwa defensive mode tidak bisa kita pertahankan terus. Saya khawatir bila terjadi gelombang kedua , ketiga, dan berikutnya seperti yang dialami Cina. Apa masih mampu pemerintah memberikan bantuan langsung untuk rakyat yang bantuannya menyedot APBN? Berapa tenaga medis yang sudah positif corona? Sudah berapa dari mereka yang tumbang? 

Bagaimanapun ekonomi harus pilih walau pelan-pelan karena ekkonomi juga yang menunjang . Maka menurut saya ada bagusnya meniru Inggris dengan menempatkan canine (K-9) alias anjing pelacak sebagai garda terdepan. Memundurkan posisi tenaga medis sebagai garda terakhir. 

Melansir dari BBC  bahwa di Inggris telah melatih anjing pelacak untuk melacak OTG (orang Tanpa Gejala) yang jadi biang penularan covid-19. 

Menurut mereka anjing-anjing ini perlu dilatih paling tidak 6-8 minggu untuk turun lapangan melaksanakan tugas mengendus OTG-OTG tersebut.

Ada baiknya pemerintah memanfaatan canine yang sudah ada di Bea cukai,  BNN, dan POLRI untuk dilatih mengendus orang-orang yang tanpa sengaja menjadi penular dan penyebar corona. Berbeda dengan test swab yang memerlukan waktu beberapa hari dan rapid test yang random serta tingkat akurasinya cukup rendah, Canine memiliki kelebihan langsung bisa mendeteksi dengan sekali endusan.

Dengan begini, Canine bisa memutus rantai lebih cepat daripada sebelumnya yang hanya mengandalkan test rapid dan test swab. Bagaimapun mencegah lebih baik daripada mengobati. Hygea lebih efektif dan efisien daripada asklepios. Meski keduanya harus saling melengkapi. Saatnya meletakkan tenaga medis digarda terakhir dan canine digarda terdepan. (NK)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun