Mohon tunggu...
Rilla Amanda
Rilla Amanda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Actively Job Seeker

Udah lulus malah bingung mau ngapain | Tyring to turn overthinking into a more serious thing

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mixue Semakin Laris dan Masyarakat yang FOMO akan Jajanan Manis

7 Januari 2023   09:10 Diperbarui: 7 Januari 2023   09:24 13316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertama kali menginjakkan kaki di Indonesia pada tahun 2020 lalu, tepatnya di Cihampelas Walk Kota Bandung, perusahaan es krim asal Negeri Tiongkok ini semakin bersemangat memperluas jangkauan bisnis usaha manisnya secara masif.

Laporan Detikfood menyebutkan, saat ini Es Krim Mixue telah tersedia di lebih 300 gerai yang tersebar se-Indonesia Raya. Hampir di setiap tikungan ada, katanya.

Kompasioner pastinya tidak akan melewatkan es krim viral satu ini.

Produk Mixue

Mixue [dibaca:mi-shuwe] adalah gabungan dari konsonan Mi dan Xue dalam Bahasa Mandarin, di mana Mi berarti madu/manis, dan Xue memiliki arti salju. Maka Mixue dapat dimaknai sebagai Salju yang Manis Seperti Madu. Pengertian ini digambarkan melalui logo brand dan badut maskotnya yang menggemaskan itu.

Foto Snow King, Badut Maskot Es Krim Mixue (Sumber: Popbela.com)
Foto Snow King, Badut Maskot Es Krim Mixue (Sumber: Popbela.com)

Es krim berlogo Snow King dengan dominasi warna merah putih ini (Indonesia sekali bukan?), menawarkan beberapa menu di setiap outletnya dalam empat jenis, yaitu fresh ice cream, milk tea, real fruit tea, dan fresh tea. 

Harga dari setiap varian es krim dan tehnya dibanderol dengan harga yang cukup murah, berkisar dari 18-24 ribuan rupiah. Bahkan satu porsi ice cream cone ukuran besarnya hanya 8 ribu. Harga yang relatif murah dibanding dengan jajanan minuman viral pesaingnya.

Snow King Siap Merajai Dunia Per-Eskriman Indonesia

Dominasi Es Krim Mixue dan produk China lainnya di Indonesia memang bukan hal yang dapat terhindarkan akibat kondisi geopolitik dan geoekonomi saat ini. 

Data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dimuat dalam laman Tempo.co menunjukkan bahwa saat ini China kembali membuktikan diri sebagai mitra perdagangan utama Indonesia.

Menargetkan pasar kepada kalangan menengah ke bawah yang cenderung sensitif akan harga, tidak mengherankan jika sering kita temukan produk-produk China yang memiliki harga cenderung lebih murah dibandingkan dengan produk impor lainnya.

Mencapai 300 cabang outlet di Indonesia selama dua tahun terakhir, adalah bukti keseriusan Mixue untuk menjadi franchise bisnis ice cream yang besar di Indonesia. Masyarakat yang awalnya tidak sadar, menjasi aware karena  popularitasnya yang tiada habis diperbincangkan di sosial media.

Dibalik Ekspansi Mixue

Selain harganya yang miring, Mixue laris tentu juga karena rasa. Rasa tetap yang utama. Tawaran produknya juga berbeda dari trend jajanan dan coffee shop yang sedang ramai saat ini.

CNBC Indonesia melaporkan, harga Mixue yang murah karena Mixue sanggup menekan biaya produksi yang rendah. Mixue membangun rantai pasokan sendiri dan mengelola proses produksi bahan baku hingga logistik.

Sementara dari konsep strategi marketing, Prof. Sri Hartini, Pakar Strategi Pemasaran Universitas Airlangga, dalam artikel Republika menilai keberhasilan Mixue mengandalkan kekuatan relationship dan kemitraan yang banyak.

Dari segi promosi, Mixue sangat berhasil membangun brand awareness-nya di berbagai sosial media seperti TikTok, Instagram, dan Twitter. Kekuatan e-word of mouth Netizen juga membantu es krim ini semakin dikenal.

Jika dibandingkan dengan McDonald-isasi di Indonesia, Mixue-isasi bisa jauh lebih masif karena penetrasi harga yang ditawarkannya akan membuat masyarakat lebih tertarik.

Jajanan Viral dan FOMO Milenial

Perubahan pola konsumsi dan belanja masyarakat tidak terlepas dari perkembangan teknologi. Belanja bukan karena butuh, tapi karena terpengaruh terpaan iklan dan promosi yang ada di mana-mana.

Penelitian yang berjudul The Influence of Social Media and Celebrity Endorsers on Culinary Purchase Intention by Viral Marketing as A Mediating Variable menunjukkan bahwa media sosial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan dan minat beli kuliner masyarakat.

Selain itu, perbincangan dari cuitan ke cuitan, review demi review yang ada di sosial media juga menjadi variabel yang mendukung keputusan belanja seseorang.

Satu orang membeli es krim Mixue, kemudian mengunggah vlognya berkunjung ke outlet itu, membuat penasaran publik maya lainnya. Rasa FOMO (Fear of Missing Out) yang tinggi, alias takut ketinggalan; membuat semua orang akhirnya ikut berbondong-bondong mencoba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun