Mohon tunggu...
Rilla Amanda
Rilla Amanda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Actively Job Seeker

Udah lulus malah bingung mau ngapain | Tyring to turn overthinking into a more serious thing

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Aku Tidak Sendirian

30 Juni 2022   06:29 Diperbarui: 30 Juni 2022   06:32 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Memang benar Amak tidak tahu apa-apa tentang di sana, tapi Amak tahu anak Amak. Amak yakin anak Amak satu ini tidak akan sendirian, tidak akan kesepian di sana"---Begitu Amak meyakinkan anak bungsunya yang berhasil menembus ujian masuk perguruan tinggi, yang akan berjarak lebih dari seribu kilometer darinya untuk tetap melangkah ke sana.

Sebagai anak berdarah Minang asli, yang terkenal dengan jiwa perantaunya, tetap saja tidak mudah untukku meyakinkan diri bahwa nanti di sana, di tanah rantau yang akan menjadi tempat aku menimba ilmu aku akan baik-baik saja.

Seseorang pernah mengingatkanku, "Ketika kita ingin mendapatkan sesuatu, kita mungkin harus melepaskan sesuatu lainnya. Juga ketika kita ingin mengejar sesuatu, kita mungkin harus meninggalkan beberapa hal lain terlebih dahulu". Ketika waktu itu datang kepadaku, mungkin ini adalah waktu di mana aku harus melepas dan meninggalkan banyak hal dengan harapan untuk mendapatkan banyak hal lainnya. Hari keputusan untuk pergi merantau adalah perhitungan panjang dramatis yang aku lalui. Jelas tujuannya untuk pendidikan tapi aku tidak berhenti berpikir. Pikirkan tentang biaya hidup, pikirkan tentang tempat tinggal, teman-teman, lingkungan baru. Aku harus yakin dan siap dengan berbagai kemungkinan yang akan terjadi ketika aku telah melangkah meninggalkan rumah.

Seperti kata Amak, aku tidak akan sendirian atau kesepian di sini. Setalah tibanya di tanah rantau, perlahan keraguanku hilang. Hanya sebentar, kurang lebih empat tahun cukup aku di sini, setelah itu aku bisa kembali pulang berkumpul bersama keluarga dan teman-teman lama ku seperti sedia kala.

Sekarang setelah empat tahun (duh, aku masih belum lulus), rindu pada kampung halaman tidak terasa terlalu buruk. Aku menghabiskan waktu di sini menemukan keluarga, teman-teman, dan lingkungan baru yang aku syukuri tidak membuatku merasa asing, tidak membuatku merasa sendirian.

Oh, awalnya aku kira ini lebay. Berkuliah di luar kota atau provinsi di sini adalah hal yang lumrah sebenarnya, apa sulitnya bertahan? Emang ada yang menyerah gitu? ADA.

Selain perhitungan biaya hidup yang mungkin tidak disanggupi beberapa mahasiswa yang tidak berhasil mendapatkan beasiswa, mahasiswa-mahasiswa rantau lainnya ada yang memilih kembali ke kampung halaman sebelum menyelesaikan studi dengan berbagai alasan, entah itu culture shock, sulit beradaptasi, tidak punya teman (seperti yang aku bayangkan di awal sebelum keberangkatan, benar adanya). Meskipun begitu, bukan berarti mereka gagal. Alasan sebenarnya kita tidak benar-benar tahu.

Lalu bagaimana denganku? Apa yang membuatku bertahan?

Pertama, keinginan belajar. Perlu diingat tujuan dan niat awal ketika mendaftar kuliah, apa niatmu? Apa tujuan yang ingin kita capai dan bagaimana kita akan menjalaninya nanti jika mendapatkan kesempatan. Semenjak kuliah telah dibantu pemerintah menjadi lebih mudah dan murah dibeberapa perguruan tinggi, pelajar-pelajar yang baru lulus sekolah bersemangat, berbondong-bondong mengejar masuk perguruan tinggi. Bagi yang memilih perguruan tinggi yang jauh dari rumah, tidak hanya akan belajar tentang studi yang kita pilih, belajar hidup mandiri, belajar menjaga diri, belajar mengatur hidup di lingkungan baru. Lakukan semua untuk tujuan awalmu tadi.

Kedua, jadi diri sendiri. Meskipun dituntut untuk beradaptasi ketika dihadapkan pada lingkungan baru, tapi jangan sampai kehilangan diri sendiri. Jika berubah, tentu sebisanya menjadi diri yang lebih baik. Seiring perjalanan hidup di tanah rantau ini, tidak sedikit aku menemukan teman-teman perantauan lainnya yang terlalu sibuk mengikuti arus, lupa diri, lupa belajar. Kita bisa mengikuti berbagai kegiatan, organisasi, komunitas, bahkan bekerja sambilan saat menjadi mahasiswa, tapi lakukan semuanya sebagai wadah untuk membantu kita menjadi lebih baik, dalam menambah ilmu atau bersosialisasi.

Menjadi diri sendiri penting untuk mengarahkan kita menemukan lingkungan pertemanan yang baik untuk diri kita. Seringkali bukan kita mendengar cricle-circle toxic dalam pertemanan kuliah? Sebuah university itu penuh dengan diversity. Kita akan menemukan berbagai macam orang dengan berbagai cerita dari berbagai latar belakang. Bagiku ini sangat asyik, setiap pertemuan aku pasti akan mendapatkan nilai atau pandangan baru. Dari setiap pertemuan bisa terjadi berbagai kemungkinan.

Kita harus belajar bagaimana untuk menghargai orang lain sekaligus menjadi yang tidak kehilangan harga diri. Sebagian tanah rantau tidak selalu ramah meskipun kamu sudah mencoba sebaik mungkin. Kalau aku bilang, pada akhirnya secara alamiah sebagaimana kita makhluk hidup kita akan menemukan cara sendiri untuk survive. 

Aku bertahan dengan dua prinsip utama itu. Tetap fokus pada niat dan tujuan dengan tetap menjadi diri sendiri sebaik mungkin. Beruntungnya, dengan sendirinya aku dipertemukan dengan berbagai kemungkinan yang tidak membuatku menyerah begitu saja, meskipun tak jarang juga kesulitan. Teman-teman baru mungkin tidak terlalu banyak, tapi kaya dengan value. Cukup fokus pada mereka yang memberikan nilai tambah untuk diri kamu, tetap hargai mereka yang meski hanya akan memberi semangat ketika dia butuh sesuatu. Kita akan selalu menemukan orang-orang seperti itu, mendapat kesempatan berkuliah juga menjadi kesempatan aku untuk bejalar keberagaman itu.

Meskipun dari jauh, akhirnya aku bisa merasa dekat dengan tanah rantau ini. Dan ketika semuanya sudah selesai, ketika aku harus kembali pulang atau merantau lagi entah kemana, pelajaran dan pengalaman selama merantau untuk mengejar pendidikan mampu membantuku bertahan lagi nantinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun