Memasuki usia quarter life crisis,saya menyadari kalau permasalahan yang sedang saya hadapi tidak akan pernah selesai kecuali saya selesaikan sendiri. Meskipun saya sangat membutuhkan orang lain, namun yang paling saya butuhkan bukan solusi dari mereka, tapi kesediaan mereka untuk mendengarkan saya dengan segala keluh kesah akan dunia ini.
Tapi saya juga tahu, mendengarkan kisah orang lain tidak mudah. Tidak mudah untuk kita mendengar tanpa memberi penilaian (judgements), kalau ini mudah, para psikolog tidak akan dibayar mahal hanya untuk mendengarkan 'Curhat' pasiennya.
Ketika posisi kita sebagai orang yang bercerita juga kita bisa merasakan sebenarnya, orang yang mendengar kita benar-benar mendengarkan atau tidak. Kalau saya merasa kelegaan setelah menceritakan apa yang saya rasakan, saya tau kalau orang yang saya ajak bicara tadi benar-benar mendengarkan.
Karena itu, saya mencoba untuk selalu mendengarkan dengan tulus ketika ada orang lain yang percaya untuk berbicara dengan saya, mengesampingkan ego dan penilaian, mendengarkan dengan empati. Benar saja, itu tidak mudah. Â
Keresahan ini membawa saya memutar ulang lagu lawas yang dulu pernah saya dengar di Warnet semasa SD, begini liriknya;
"And in the naked light, I saw
Ten thousand people, maybe more.
People talking without speaking.
People hearing without listening".
Kutipan lirik diatas merupakan lirik lagu legendaris oleh penyanyi Amerika Simon dan Garfunkel yang berjudul The Sound of Silence, dirilis pada tahun 60an. Belakangan ini saya lebih suka yang versi aransemen terbarunya dari band metal orchestral, Disturbed. Terdengar dan terasa lebih dark dan powerfull.
Â
'People talking without speaking, people hearing without listening', penggalan lirik ini bahkan kemudian dikutip oleh Scott M. Cutlip, dkk., dalam buku "Effective Public Relation" yang juga menjadi buku pegangan para mahasiswa Ilmu Komunikasi atau Humas (public relations).
Lirik lagu lawas ini mencerminkan masalah krusial kita sebagai manusia dalam berkomunikasi dari masa ke masa. Kemampuan kita berkomuniksi tidak hanya sekedar saat berucap atau omong doang (talking only), namun saat berbicara (speaking) dengan memahami informasi atau pesan yang akan kita sampaikan dengan baik. Ini juga kenapa public speaking menjadi ilmu dan keterampilan yang perlu dipelajari.
Sebagai komunikan (pendengar / penerima pesan) kita juga bukan hanya sekadar mendengar (hearing), tetapi mendengarkan (listening) dengan memahami. Bukankah komunikasi efektif adalah ketika komunikator dan komunikan memiliki makna yang sama terhadap pesan yang disampaikan?
Betapa banyaknya kita melihat pidato-pidato menjanjikan dari para pejabat yang bertolak belakang dengan aksinya? Atau berapa banyak dari kita yang menghiraukan pesan-pesan dari saudara kita sesama manusia yang sedang kesulitan di luar sana yang ditayangkan di media?
Tak sedikit dari kita yang masih sibuk menggeser-geser layar hp ketika teman di depan muka sedang berbicara. Tak sedikit dari kita yang akhirnya kehilangan kepercayaan dan memilih berbicara dalam diam karena tidak menemukan tempat untuk didengarkan.
Duh, sedih. Saya lanjut nanyi dulu ya,
       In restless dreams I walked alone
      Narrow streets of cobblestone
      'Neath the halo of a street lamp
      I turned my collar to the cold and damp
      When my eyes were stabbed by the flash of neon light
      That split the night
      And touched the sound of silence
     Â
      And in the naked light, I saw
      Ten thousand people, maybe moreÂ
      People talking without speaking
      People hearing without listening
      People writing songs that voices never shared
      And no one dared
      Disturb the sound of silence
      "Fools", said I,Â
      "You don't know Silence like a cancer grows...."Â
          - The Sound of Silence | Simon and Garfunkel on Spotify
"This is a song about 'the inability of people to communicate with each other, not particularly intentionally but especially emotionally, so what you see around you are people unable to love each other" --Â Art Garfunkel
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI