"Jangan menjawabku dengan menceritakan masalah. Berilah solusi dan kita akan membuat keputusan bersama", kutipan kata Louis Bloom pada salah satu scene awal di Film Nightcrawler ini membuat saya kagum dengan tokoh Lou, yang diperankan oleh aktor Jake Gyllenhaal.Â
Bagaimana tidak, seorang mantan pencuri berbagai barang-barang untuk menyambung hidupnya ini, ternyata adalah sosok yang pekerja keras, tegas, rajin belajar, dan sangat paham bahwa komunikasi sangat penting untuk jalannya menuju sukses.
Saat pertama merekrut assistent 'penunjuk jalannya', dengan sangat tegas Lou jelaskan kepada Rick (diperankan oleh Riz Ahmed)---nama asistennya---"Dengar Rick, menurut penelitian ditemukan fakta bahwa setiap kerja sama, baik itu di sekolah atau profesional, mengatakan bahwa KOMUNIKASI adalah kunci utama untuk sukses".Â
Sebagai mahasiswa komunikasi yang sedang menuju gerbang akhir masa studi, saya sudah sangat puas mendengar kalimat yang diucapkan oleh Lou itu. Dan saya juga adalah orang yang meyakini penemuan fakta penelitian tersebut.
Sinopsis
Film Nightcrawler yang dirilis pada tahun 2014 lalu adalah film dengan tema jurnalistik yang menceritakan perjalanan Lou dari seorang pencuri barang-barang kecil hingga menjadi seorang direktur tim produksi video jurnalistik/news video yang didirikannya secara independen untuk dijual pada program berita di televisi.
Lou belajar merekam berbagai kejadian kriminal, peristiwa pembunuhan, kecelakaan, dan kejadian-kejadian lainnya secara otodidak. Ia tertarik untuk melakukan itu setelah pada suatu malam ia bertemu seorang jurnalis video yang merekam kejadian kecelakaan lalu lintas, dan mengatakan rekamannya bisa dijual, meskipun terkadang gajinya kurang dari cukup, mengingat resiko yang akan dilaluinya di lapangan.
Lou termotivasi, dengan caranya (dibaca: maling sepeda) berhasil mendapatkan uang untuk menyicil sebuah kamera dan alat pemindai suara polisi (police scanner).Â
Dengan dua alat tersebut, ia manfaatkan untuk memulai kegiatan pencarian kejadian-kejadian yang bisa dijadikan sebuah berita. Lou terutama melakukan perekam video pada kejadian atau peristiwa di malam hari di Los Angeles.
Video amatir pertamanya berhasil terjual ke salah satu program berita televisi yang dipimpin oleh Nina, yang diperankan oleh aktris Rene Russo, seorang news director dari KWLA TV.
Louis Bloom, setelah mempelajari secara otodidak dari internet berbagai hal untuk kegiatan perekam video jurnalistik, berhasil menjadi kontributor utama untuk program berita yang dipimpin oleh Nina tersebut.Â
Lou dengan video-videonya fokus pada framing berita yang menggambarkan betapa berbahaya dan menyeramkan suatu kejadian yang sedang diberitakan, sehingga harapanya, khalayak atau penonton akan terus mengupdate informasi berita terkait kejadian tersebut di program beritanya sebagai bentuk sikap was-was. Â
Etika Jurnalistik dan Penggambaran Kekerasan dalam MediaÂ
Lou dengan penggambaran latar belakangnya yang tidak terlalu gamblang dalam film, adalah pekerja keras dan giat belajar. Lou mempunyai ambisi yang tinggi mencapai tujuannya. Mendirikan sebuah produksi video berita adalah tujuan bisnisnya.
Setelah berhasil dengan penjualan video-videonya, ia mulai merekrut seorang asisten (Rick) agar ikut dengannya untuk membantu memantau informasi dari scanner police terkait kejadian-kejadian yang akan didatangi polisi, serta membantu untuk menunjukkan arah saat ia mengemudi. Dalam pandangan Rick, Lou adalah orang yang sangat tegas, ambisius, disiplin, dan pelit.Â
Etika Jurnalistik
Pada awal film, Lou bukanlah seorang profesional, tapi pekerja keras, yang akhirnya membuat ia dapat menghasilkan video-video yang selalu membuat news director KWLA TV tempat ia menjual videonya senang dan terkesan.
Lou pada beberapa kegiatan perekaman videonya cenderung menipulatif dan tidak mengindahkan kode etik serta prosedur dalam kegiatan jurnalistik.Â
Misalnya saat Lou memasuki lokasi kejadian atau TKP suatu peristiwa kecelakaan/pembunuhan tanpa izin pihak berwenang, dan bahkan ia suka mendahului polisi untuk kegiatan investigasi.Â
Nightcrawler menggambarkan kegiatan perekaman kejadian yang dilakukan oleh Lou berfokus pada kejadian-kejadian kekerasan, kecelakaan, dan pembunuhan pada malam hari.Â
Lou akan berusaha sekuat tenaga untuk bisa mendapatkan rekaman video yang "bombastis" agar diterima oleh news director-nya dan sesuai dengan konsep framingnya tadi.
Lou pada beberapa scene peliputannya juga memanipulasi tempat kejadian agar dia bisa mendapatkan gambaran yang lebih dramatis dan 'mengerikan'.Â
Hal ini bisa ia lakukan karena ia berhasil datang lebih dahulu ke TKP daripada polisi tadi, berkat bantuan alat police scanner-nya. Dengan rekaman-rekaman itu, headline berita dari KWLA TV yang mengambil video dari Lou menjadi perhatian publik.
Sebagaimana diketahui Lou ini sangat ambisius, dia melakukan berbagai cara untuk melawan persaingan. Pada beberapa scene akan terlihat "sisi curang" dari seoang Lou. ~tonton sendiri aja ya bagiannya!
Kekerasan dalam Media
Kekerasan dalam media yang ditayangkan dalam film ini, sejauh pengamatan saya adalah kekerasan dokumen. Kekerasan dokumen adalah penampilan gambar kekerasan yang dipahami pemirsa atau pembaca dengan mata telanjang sebagai dokumentasi atau rekaman fakta kekerasan(Haryatmoko, 128:2007).Â
Kekerasan dalam media massa bisa dipresentasikan melalui isinya, misalnya tindakan pembunuhan, pertengakaran, tembakan, dsb. Bisa juga dengan situasi, seperti konflik, luka, tangisan, dsb., yang melalui itu dapat membangkitkan dan mengundangkan berbagai simpati dari publik.
Dalam Nightcrawler, Lou sebagai jurnalis video cenderung meliput kejadian yang menampilkan korban-korban akibat kekerasan, yang masih terdapat darah-darah, atau sekarat.Â
Jenis kekerasan seperti ini tidak selamanya berarti negatif, dengan begitu dapat menarik simpati khalayak terhadap penderitaan korban, dan menjadi lebih hati-hati, karena jika masyarakat atau khalayak menonton berita dengan seksama, akan terlihat jelas bahwa kekerasan dan bahaya kriminal itu ada disekitarnya.
Media saat ini, seperti yang ditayangkan dalam Nightcrawler, tidak hanya sebagai peliput dan pemberi informasi terkait korban-korban kekerasan, ataupun meliput pengadilan pelakunya.Â
Media seakan tidak puas hanya melaporkan proses peradilan, lalu menempatkan diri sebagai penyidik atau jaksa penuntut. Para wartawan pun mengadopsi cara kerja polisi atau jaksa, sabar, mendetail, dan ulet (Civard-Racianis, dalam Haryatmoko, 130:2007).Â
Dalam scene-scene klimaks Nightcrawler, menuju bagian akhir film, Lou bekerja untuk mendapatkan rekaman terkait sebuah penempakan di sebuah rumah yang menewaskan seluruh anggota keluarga rumah tersebut, Lou sengaja mendahului polisi ke TKP, ia berhasil mendapat gambar pelaku, merekam semua korban dirumah itu, kemudian menayangkan lebih awal beritanya di stasiun televisi.Â
News director dari KWLA TV yang mempunyai hubungan cukup dekat dengan Lou menerima masukan Lou untuk segera menayangkannya, bahkan ketika tim editor televisinya meragukan demi kenyamanan khalayak. Saya melihat kemampuan komunikasi Louis Bloom atau Lou ini membuat ia berhasil memanipulasi cerita dan informasi yang ia temukan dilapangan.
Kekerasan yang ditampilkan dalam media harus menimbang berbagai sudut pandang khalayaknya. Seperti berita-berita kekerasan yang ditayangkan di KWLA TV, mereka selalu mengingatkan bahwa berita yang ditampilkan adalah khusus untuk penonton dewasa.Â
Meskipun ditonton oleh orang dewasa, yang ditakutkan dengan adanya kekerasan yang ditampilkan media ini ialah skenario penularan kekerasan dalam media menjadi kekerasan (atau menjadi contoh pada) sosial secara riill.Â
Selain itu, untuk anak-anak yang mengkonsumsi informasi kekerasan yang ditampilkan di media, berdasarkan studi oleh American Psychological Association pada tahun 1995, dapat mempengaruhi perilaku dan persepsi anak tentang dunia.
Kalau saya pikir-pikir, sebenarnya film itu (yang juga adalah media) adalah yang menampilkan kekerasan itu sendiri. Makanya itu penting ya untuk kita memperhatikan informasi pada media apa yang bisa kita terima, apalagi untuk konsumsi anak-anak.
Bagi saya film ini, adalah film pertama yang menggubah saya untuk menuliskan sebuah ulasan yang cukup panjang---dan kacau. Sebelumnya saya sering menulis ulasan untuk film-film yang saya tonton, cukup banyak penggemar saya di WhatsApp Stories yang memberi tanggapan hahaha. Kali ini, saya mencoba menuliskannya lebih panjang, sebagai latihan.Â
Tidak tau untuk apa, yang penting tulis saja dulu. Kebetulan juga saya sedang membaca buku Etika Komunikasi dari Dr. Haryatmoko yang beberapa kutipannya saya masukkan disini, halaman yang saya baca terasa relate gitu dengan film yang baru saya tonton ini.
Untuk yang sedang mencari film bertema jurnalistik, ini bisa jadi salah satu rekomendasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H